Thursday, November 09, 2006

PEMIMPIN YANG PANTANG MUNDUR

PEMIMPIN YANG PANTANG MUNDUR
(Nehemia 1 : 1-4, 11; 2 : 1-8, 10, 18, 19; 4: 6; 6:1-3, 15-16)

Mugkin masih belum punah dari ingatan kita sebuah lagu yang berjudul “Maju Tak Gentar” yang selalu kita nyanyikan sewaktu upacara bendera atau memperingati Hari Kemerdekaan dan Hari Besar. Isinya “Maju tak gentar, membela yang benar. Maju serentak ,pasti kita menang. Maju tak gentar, saya lupa kata-katanya..” Lagu ini penuh semangat, dengan harapan bila musuh menyerang maka kitapun tetap maju tanpa gentar. Kondisi begini tidak segampang kita bernyanyi. Sering kali di dalam kenyataan, apabila kesulitan datang menyerang maka kita mundur terlebih dahulu. Pada kesempatan ini kita melihat seorang tokoh yang bernama Nehemia. Apa saja yang dilakukannya sehingga kita boleh sebut dia sebagai seorang pemimpin yang pantang mundur.

I. Pemimpin yang pantang mundur harus memiliki Visi dan Misi yang jelas.

Kita tidak ada informasi yang terlalu banyak mengenai siapa Nehemia ini. Namun di dalam Nehemia 2 :1 ia menyebut dirinya bin Hakhalya, dan juga pekerjaannya sebagai Juru Minuman raja ( ada penulis yang memberi dia gelar si Bar Tender). Pada jaman itu seorang Juru minuman raja disebut juga sebagai tangan-tangan yang murni dan ia juga adalah orang kepercayaan raja. Kepiawaian Juru minuman raja juga merupakan suatu kebangaan bagi Istana. Ratu Syeba sempat tercengang tatkala melihat Juru Minuman raja Salomo ( lihat 1 Raja 10 : 5, 2 Taw 9 :4).

Seorang Juru minuman raja tentu sangat dekat dengan raja, ia bisa saja menjadi pembisik raja dan keluarganya untuk hal-hal yang luput dari pengamatan orang lain. Namun ia juga harus menanggung resiko besar bila raja dibunuh (dikudeta) , maka kemungkinan ia pun harus disingkirkan atau dibunuh; sebab ia merupakan seorang yang terlalu banyak mengetahui rahasia kerajaan.

Nehemia 1 mencatat bahwa salah seorang saudaranya yang bernama Hanani melaporkan tentang keadaan orang-orang Yahudi yang terluput dalam penawanan dan tentang Yerusalem. Rupanya orang-orang Yerusalem itu saat ini sedang berada dalam kesukaran besar dan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. “Pada saat Nehemia mendengar ini maka duduklah ia menangis dan berkabung selama beberapa hari dan berdoa dihadirat Allah ( lih Nehemia 1: 4-11)

Rupanya Nehemia tidak mahir bersandiwara atau membohongi diri seperti kebanyakan orang percaya masa kini. Ia tidak dapat menutupi perasaan dirinya bahwa pada saat itu hatinya sedang gunda gulana dan wajahnya terlihat sedih. Jika mau gampang maka Nehemia bisa saja mengambil tabungannya lalu titipkan kepada Hanani untuk menolong orang-orang Yerusalem seperti yang dilakukan kebanyakan orang pada masa kini juga . Kirim saja sumbangan sekadarnya seperti yang dilakukan untuk mereka yang korban gelombang Tsunami di Nias, Aceh dan Pangandaran, setelah itu habis perkara. Tetapi Nehemia mau berbuat sesuatu yang lebih dari itu. Ia membiarkan ketenangan batinnya dan kenyamanan hidupnya digantikan dengan duka-cita.

Itu sebabnya tatkala raja Artahsasta melihat adanya perubahan di wajah Nehemia, maka bertanyalah ia sebenarnya apa gerangan yang terjadi?. Padahal dengan berwajah muram di depan raja adalah suatu perbuatan yang sangat membahayakan. Ia bisa dihukum mati. Kesempatan dialog ini dipakai oleh Nehemia untuk mengutarakan perasan dan visinya kepada raja. Ia menceritakan keadaan kampung halamannya sekaligus mengutarakan apa yang hendak ia perbuat. “ Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu, utuslah aku ke Yehuda ke kota pekuburan nenek-moyangku, supaya aku membangunnya kembali” ( Nehemia 2 : 5)

Nehemia memiliki visinya yang sangat jelas sekali. Ia bukan sekadar mendukung di dalam doa dan dana, tetapi sekaligus ia akan mendukung di dalam daya-nya. Terus terang ketika saya merenungkan kembali bagian ini, secara pribadi saya sangat tertegur. Gereja dan sekolah di kampung halaman saya saat ini sedang membutuhkan dana untuk membangun kembali kelas taman-kanak-kanak dan pastori gereja yang telah terbakar tahun yang lalu gara-gara keteledoran tetangga. Sejak kecil saya sekolah dan mengenal Tuhan di tempat ini. Bahkan saya juga boleh belajar melayani di tempat ini hingga saya sekolah teologia ke Malang juga atas bea siswa mereka. Saya berutang keselamatan pada pelayanan pendahulu di gereja ini. Saat ini mereka memiliki kebutuhan, itu sebabnya saya merasa sangat tertegur. Mungkin saya tidak dapat dapat seperti Nehemia menuju langsung ke kampung halaman saat ini, tetapi paling sedikit saya dapat berbuat sesuatu untuk mereka melalui cara saya tersendiri. Saya berdoa agar Tuhan memberikan hikmat kepada saya.

Hari ini kita banyak bertemu dengan anak-anak Tuhan yang visi dan misinya tidak jelas. Mereka menggebu-gebu ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan, namun kalau sudah berhubungan dengan pengorbanan maka tunggu dulu. Orang-orang muda merasa bangga kalau menjadi guru Sekolah Minggu, namun kalau tiba pada saat kelas persiapan dan dan kehadirannya yang dituntut lebih awal maka hal ini menjadi pergumulan. Beranikah kita seperti Nehemia yang rela meninggalkan jabatan tertingginya, untuk terjun langsung ke dalam dunia pembangunan yang penuh dengan kesulitan dan tantangan?

Sebaliknya kita juga banyak menemukan anak-anak Tuhan yang baru berkorban sedikit saja telah merasa jasanya besar sekali. Orang seperti ini sangat bahaya, sebab kalau ternyata ia berkorban yang lebih banyak, maka ia bisa menginjak-injak kepala pendeta, para majelis di gereja dan anggota lainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena visinya tercemar pada motivasi dan ambisi. Dia pikir dengan uang dapat mengerjakan dan mengatur semuanya. Nehemia tidak demikian, motivasinya sangat murni sekali, ia rela tinggalkan kesenangannya, ia mau peduli , ia rela berkorban, ia juga cinta Tuhan dan sesama. Apakah Anda dan saya rindu berbuat demikian?

2. Pemimpin yang pantang mundur harus memiliki strategi yang mantap

Tatkala Nehemia telah mengantongi ijin dari raja, maka ia segera minta sebuah surat pengantar untuk disampaikan kepada para bupati dan juga kepada Asaf pengawas Taman Raja, supaya beliau menyediakan material untuk keperluan pembangunan awal.

Rupanya tidak semua niat baik kita selalu disenangi orang, itu sebabnya tidak heran bila Sanbalat dan Tobia tidak senang akan niat baik Nehemia ini. Padahal jelas sekali tujuannya adalah mengusahakan kesejahteran bagi orang Israel. Heran memang, di dunia ini masih ada saja orang yang senang bila melihat orang lain susah. Jaman dulu kita mengenal istilah “Tengkulak” , boleh dibilang mereka ini yang memonopoli hasil tanaman orang desa. Tatkala para mahasiswa KKN ke desa, mereka mengajarkan cara bercocok tanam yang lebih baik, cara memasarkan dan membuka wawasan bagi mereka, maka hal ini sangat menganggu kenyamanan para Tengkulak; sebab keuntungannya bakal berkurang. Tidak beda bukan bahwa para Tengkulak itu merasa tidak senang melihat kesejahteraan ornag lain. Pernahkah Anda punya pikiran seperti itu? Bila ada harus cepat-cepat bertobat.

Nehemia memulai visi dan misinya dengan cara yang cukup unik. Survey dilakukan pada malam hari (Nehemia 2 : 11- dst), tanpa diketahui oleh orang lain. Selesai mengadakan survey Nehemia memberitahukan dan sekaligus mengajak orang-orang Yahudi membangun kembali reruntuhan Yerusalem. “Ketika kuberitahukan kepada mereka betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi Aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka “ kami siap untuk membangun” Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang yang baik itu” Jadi walaupun masih ada orang-orang yang tidak mendukung seperti Sanbalat da kawan-kawan, namun ia tetap maju. Beda dengan para pemimpin masa kini, ada pemimpin yang “plin plan”, kadang hari ini ia mengatakan begini besoknya berkata begitu. Pemikirannya tidak pernah kita ketahui. Di wajahnya senyum-senyum dengan Anda, namun di hatinya penuh taktik dan akal busuk. Apa lagi Visi dan Misinya, sudah pasti tidak jelas, tergantung perasaan dan dapat diombang ambingkan orang lain. Kalau ia lagi senang maka semuanya akan berjalan lancar; namun kalau ia lagi bermasalah, bahkan yang gampangpun dapat dipersulit. Mereka yang “plin plan’ ini tidak cocok untuk menjadi pemimpin, sebab ia tidak berani mengambil keputusan dengan tegas. Saya harap pemimpin yang model begini tidak ada di gereja Anda.

Nehemia tidak demikian, dia bukan orang model “Plin Plan”, strateginya mantap dan melibatkan banyak orang. Ia tidak hanya bergantung pada orang-orang tertentu, tetapi ia ingin semua orang dapat mengerjakannya. Jemaat Tuhan sering kali kecewa karena mereka tidak dilibatkan dalam tugas pelayanan di gereja, sebab para pendeta dan majelis matanya lebih tertuju pada mereka yang kaya-raya saja. Kadang bagi mereka yang rohaninya tidak dewasa, maka apabila ia memberikan persembahan dalam jumlah “besar” , maka ia merasa sekan-akan gereja adalah miliknya.

3. Pemimpin yang pantang mundur harus memiliki Tekad yang Bulat

Bukan nabi Nehemia namanya kalau hanya mengalami sedikit tantangan saja langsung mundur dalam tugas-tugasnya. Nehemia telah mengorbankan segala-galanya untuk visi dan misinya yang luar biasa ini. Walaupun di depan mata ada Sanbalat dan Tobia beserta kawan-kawannya yang selalu mengancam segala suatu yang dikerjakannya, namun ia tetap saja melaksanakan rencananya. Sebab ia tahu bahwa Allah senantiasa menjadi perlindungannya. Nehemia 4 : 6 mencatat “Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.

Seorang pemimpin yang merasa dirinya kuat dan hebat karena mengandalkan diri sendiri sesungguhnya ia adalah pemimpin yang paling lemah. John Stott mengatakan bahwa seorang pemimpin Kristen semestinya memiliki lima unsur yakni Visi yang jelas, kerja keras, ketekunan, ketabahan dan pelayanan yang rendah hati dan disiplin baja; dan Nehemia ternyata memiliki semua ini. Kemudian Stott melanjutkan lagi bahwa sebenarnya ada dua dosa yang terbesar yang dimiliki oleh para pemimpin yakni;

Yang pertama, Pesimisme, jadi ada sedikit saja ancaman langsung mundur. Dalam konteks Indonesia kita biasa dididik dengan cara demikian. Apalagi mereka yang keturunan Tionghoa, para orang tua selalu mengajarkan sikap mengalah. Jangan memperbesar persoalan. Sikap mengalah ini yang kemudian berkembang hingga dewasa, cara menghadapi pejabat juga demikian. Mengalahnya dengan cara memakai uang, dan akibatnya timbul kolusi , KKN dan segalanya. Saya tidak mengatakan bahwa korupsi itu diakibatkan oleh mereka, tetapi cara mengalah inilah yang merupakan salah satu sumbernya.

Yang kedua, sikap Pasrah, sikap yang menerima keadaan. Hal ini juga mebauat kita tidka maju. Kiita harus tanggalkan sikap mengalah dan pasrah itu, dan coba mengambil sikap lain yang juga diajarkan oleh nenek moyang orang Tionghoa yakni “ Ai Pia Ciak Eh Ya” apa maksudnya? Jika Anda hendak berhasil, maka harus berjuang dan bersaing, kalau tidak mau ya tidak akan pernah berhasil

Nehemia memiliki mental baja seperti ini, Maju pantang mundur. Musuh berusaha menyerang dan menggagalkan, namun ia tetap berjuang. Olok-olokan, kritikan datang bertubi-tubi dari pihak Sanbalat dan kawan-kawan, namun ia tetap mengerahkan pekerjanya untuk mengerjakan tugasnya. Bahkan tatkala ada ancaman yang lebih membahayakan, maka para pekerjanya dilengkapi senjata, jadi di sebelah tangan mereka memegang senjata, lalu tangan lain memegang alat bekerja. Nehemia 6 : 15-16 mencatat bahwa akhirnya pekerjaan pembangunan itu selesai. Dan tatkala para musuh mengetahui ini maka takutlah mereka semua dan kehilangan muka. Mereka menjadi sadar bahwa tangan Allah turut membantu di dalam pembangunan ini.

Di dalam konteks kerja di kantor atau pelayanan di gereja juga kadang kita bertemu dengan kondisi yang sama. Ada saja orang-orang yang tidak senang dengan kita. Kadang karena kelicikannya sehingga kelakuannya sulit kita tebak. Kerjanya hanya mengeritik, mencari kesalahan bahkan ingin menghancurkan kita. Celakanya semua ini dilakukannya dibelakang kita, tidak pernah terus terang. Lalu apakah kita harus mundur menghadapi orang-orang model begini? Atau apakah kita harus memasang jurus melawan mereka? Kita akan kehabisan tenaga bila tergoda melawan mereka, sebab orang-orang begini ibarat sampah dan kita akan melawan kesia-siaan. Saya pikir apa yang dilakukan Nehemia dapat juga kita lakukan. Jika Tuhan Allah yang mendukung kita, maka orang-orang model begitu pasti segera ditelanjangi dan dipermalukan. Roma 8:31 mencatat “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

Wednesday, November 01, 2006

IDE CEMERLANG YANG TIDAK TERDUGA

IDE CEMERLANG YANG TIDAK TERDUGA
Keluaran 18 : 1-27

Coba kita ingat kembali, pernahkah di dalam kehidupan kita dibanjiri persoalan yang bertubi-tubi sehingga kita merasa seakan-akan tidak ada jalan keluar? Kita pikir tidak ada lagi harapan, buntu, karena sudah cukup lama mentok di dalam masalah yang sama. Kebosanan mulai muncul. Keletihan kerja mulai terasa, semangatnyapun sudah menurun. Namun uniknya di saat-saat itu tiba-tiba muncul orang-orang yang tidak kita duga, kemudian dengan ide cemerlangnya membangunkan semangat kita kembali. Jika bukan rancangan Tuhan tentu hal seperti ini tidak akan terjadi.

Naaman pernah mengalami kasus seperti ini. Tatkala ia menghadapi penyakit kustanya, dan boleh dibilang tanpa pengharapan lagi. Tiba-tiba muncul pembantunya memberi usul. Yang menarik adalah Naaman tidak mengabaikan usul itu, walaupun yang menyampaikannya seorang pembantu. Demikian juga dengan Musa, tatakala ia menghadapi berbagai tekanan dan pergumulan memimpin umat Israel. bahkan emosinya juga sudah tidak terkendali. Maka tanpa diduga Alah memakai seseorang yang diluar perhitungannya untuk memberi penyelesaian terhadap persoalan yang sedang dihadapainya. Siapa sebenarnya sumber yang diluar dugaan itu?

Yitro, mertua Musa yang juga seorang imam dari Midian. Ia telah mendengar bagaimana Allah telah memimpin Musa sang menantunya dengan penuh keajaiban tatkala merka keluar dari tanah Mesir. Dan ketika bangsa Israel menuju negaranya, maka Yitro mengambil kesempatan mengantar putrinya Zipora dan cucunya mengunjungi Musa yang sebelumnya Musa memulangkannya untuk sementara ke tempat mertuanya. (lihat Kel 18 :1-7)

Jadi walaupun Yitro telah mendengar kabar tersebut, tetap saja Musa menceritakan kejadian tersebut (ayat 8). Apa yang disaksikan Musa justru membuat Yitro sangat bersuka-cita, sebab ternyata Tuhan menyelamatkan Musa dari tangan orang-orang Mesir. Cerita ini membuat diri Yitro bertobat. Demikianlah apa yang dikatakan Yitro “ Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka." (Ayat 11) Sebagai respon ucapan syukur Yitro kepada Tuhan ia mempersembahkan korban sembelihan bagi Allah. Lalu Harun dan semua tua-tua Israel diundang datang untuk makan bersama dihadapan Allah.

Permisi Tanya? Pernahkah kita merasakan sebagai suatu ucapan syukur atas keselamatan yang diberikan Tuhan? Pernahkah kita mengungkapkannya dengan mengembalikan berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita? Kadang kita begitu “enjoy” dengan keadaan yang ada, sehingga kitapun lupa bahawa sesungguhnya kita perlu mengucap syukur dan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Selama ini kita menampung berkat yang dicurahkan, namun penyalurannya masih terhambat gara-gara kita tidak komitmen pada Tuhan. Hal ini tentu merupakan suatu tantangan bagi kita semua bukan? Sadarkah banyak sekali orang percaya yang tatkala waktu senggang lebih memikirkan untuk menyenangkan diri sendiri ketimbang Tuhan. Tatkala kalender merah, maka rencanapun menumpuk, mulai dari piknik di dalam bahkan di luar negeri; acapkali acara gereja dikorbankan. Antara Retreat dengan piknik ke luar negeri (Kapal Pesiar) otomatis yang lebih menarik adalah piknik. Namun pernahkah kita sebagai anak Tuhan memprioritaskan untuk Tuhan lebih utama? Kidapat mencobanya, asal minta pertolongan Tuhan.

Sebagai seorang mertua ternyata Yitro cukup memperhatikan menantunya yang saat itu sedang bertugas berat. Dari pengamatannya secara pribadi ternyata ia melihat bahwa tugas Musa itu sangat berat, apalagi ia harus mengerjakannya sendiri. Bayangkan saja, setiap hari Musa berhadapan dengan berbagai masalah yang timbul dari bangsa Israel. Satu persatu mereka datang untuk “konseling” pada Musa. Mulai dari masalah pribadi, keluarga dan masalah-masalah lainnya. (ayat 13-16) Dengan demikian bila menjelang malam Musa merasa sangat lelah, sementara itu mereka yang masih berdiri di dalam antrian pulang dengan kekecewaan dan frustrasi. Melihat keadaaan ini maka Yitro berkomentar demikian “ Tidak baik seperti yang kau lakukan itu, engkau akan menjadi sangat lelah. Baik engkau bangsa yang beserta engkau ini. Takkan engkau sanggup melakukannya sendiri. (Ayat 17-18)

Memang agak jangggal kelihatannya, sebab sejak mula tidak biasa kalau Musa mengerjakan sesuatu sendiri. Tatkala ia dipanggil Tuhan di semak belukar, ia mengaku tidak pandai berbicara, itu sebabnya Tuhan memberikan Harun sebagai pendampingnya. Namun herannya saat ini, ia menjalankan kerjanya sendiri. Melihat keadaan yang rumit ini maka Yitro memberikan saran dan ide yang cemerlang. Sungguh munculnya tidak terduga sama sekali.

Jaman sekarang sering kali orang yang lebih tua dianggap kuno, kolot tidak berteknologi dan sebagainya. Namun beda dengan Musa, ia mau belajar dari mertuanya, sebab ia tahu paling sedikit ada pelajaran yang berharga yang dapat diperolehnya. Coba kita lihat jurus cemerlang apa saja yang diajarkan Yitro kepada Musa?

1 .Musa harus menjadi penengah, antara Allah dan rakyat. Dengan demikian maka kehidupan Musa sendiri harus membawa prioritas kepada Tuhan. Dengan demikian ia boleh mengerti dengan jelas apa yang diinginkan-Nya.

2.Musa harus mengetahui Kehendak Alllah supaya penyampaiannya kepada rakyat Israel tidak salah

3. Musa harus mendelegasikan tanggung-jawabnya kebeberapa orang
Yitro menyerankan Musa mencari orang-orang yang cakap, takut akan Allah dan dapat dipercaya. Orang itu juga harus benci kepada pengejaran suap. Hanya merekalah yang boleh menjadi pemimpin ( 18 :21) Cara kerja yang disaran Yitro ini yang dipakai hingga hari ini oleh para ahli management dan juga organisasi-organisasi resmi. Pendelegasian tugas, sehingga menciptakan sinergi yang lebih besar.

Apa yang menjadi pelajaran kita hari ini?
Sebagai seorang percaya kita harus menentukan prioritas dalam hidup kita. Terlalu banyak tuntutan yang harus dijalankan dalam kehidupan orang percaya. Tanpa pertolongan Tuhan kita tidak sanggup menjalaninya. Makanya prioritaskan hidup kita agar senantiasa berjalan di dalam kehendak Tuhan. Ada empat syarat agar kita selalu menjadi prioritas kita :

1. Kita tidak boleh mengabaikan hubungan kita dengan Allah. Jadi demi menjaga agar hubungan kita semakin dewasa dihadapan Tuhan maka kita perlu pengalaman dengan Tuhan. Maka untuk mendapatkan pengalaman itu maka kita perlu sungguh-sungguh belajar firman Tuhan, setelah itu kita perlu juga mengalami hubungan yang intim dengan-Nya dengan demikian maka kita dapat menceritakan kepada orang lain.

2.Kita tidak boleh mengabaikan keluarga. Hubungan dengan Allah tidak boleh menggantikan hubungan kita dnegan orang-orang beriman sekitarnya terutama keluarga. Lihatlah Musa, di saat sibuk dengan segala tugas, ia masih sempat bertemu dengan isteri dan anak-anak dan juga dengan mertuanya. “Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya. Orang itu murtad dan lebih buruk dari seorang beriman (1 Tim 5 :8)

3. Kita tidak boleh mengabaikan tanggung-jawab pekerjaan kita. Di dalam Kolose 3 : 23, 24 rasul Paulus mengatakan “Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan baguimu sebagai upah “ Jadi fokus memusatkan perhatian kepada segala tugas dengan penuh tanggung –jawab sangat penting. Membaca Alkitab, melayani Tuhan itu penting bagi orang percaya, namun kalau pada saat jam kerja Anda membaca Alkitab dan melayani Tuhan; maka Anda telah melalaikan tanggung jawab sebagai orang percaya di tempat kerja.

4. Tidak mengangap remeh siapapun, baik dia orang yang lebih muda, maupun yang lebih tua, mereka yang lebih lemah atau bawahan. Mungkin bagi banyak orang menganggap sang mertua itu orang kolot dan ketinggalan jaman, namun bagi Musa justru mertuanya sebagai sang penyelamat sebab idenya sangat cemerlang dan munculnya tanpa di duga. Jika tidak ada intervensi Tuhan, kita yakin semua ini tidak bakal terjadi.

Lihatlah Tuhan Yesus, ia tetap menghargai semua orang, termasuk orang yang berdosa bahkan mereka yang memusuhi-Nya. Lalu sebagai pengikut-Nya kita melakukan kesalahan yang besar bila kita menganggap remeh orang lain. Tuhan menciptakan semua manusia unik, mereka memiliki kelebihan tersendiri. Mari kita ambil kesempatan untuk melihat kelebihan orang lain, tinggalkan kebiasaan yang selalu menganggap rendah seseorang. Mana tahu, mungkin Anda saat ini yang akan dipakai Tuhan memberi ide cemerlang pada orang lain?

ONE NIGHT WITH THE KING*)


ONE NIGHT WITH THE KING*)
(Kitab Ester )

Ada orang mengatakan “Lakukan hari ini apa yang baik yang hendak engkau lakukan hari ini, jangan tunggu sampai hari esok, atau untuk selama-lamanya engkau tidak pernah akan melakukannya” Artinya bahwa setiap kita yang hidup di dunia ini memiliki momen penting yang dapat kita gunakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang baik dan bermanfaat, namun jika momen tersebut tidak kita hargai dan pergunakan, dengan baik maka hasilnya adalah penyesalan untuk selama-lamanya. Kesempatan sering kali hanya berlaku satu kali.

Ester merupakan seorang sosok wanita yang telah mempergunakan kesempatan itu, walaupun di dalam prakteknya tidak segampang minum seteguk air atau memakan sesuap nasi. Apa yang dikerjakan Ester, sehingga karyanya patut dihargai dan dicatat dalam sejarah hingga hari ini?

1. One Night With The King, Ester terpilih menjadi ratu menggantikan wasti.

Sebelum jaman Ester, rupanya orang-orang Yahudi mengalami perang saudara sehingga bangsa Yahudi sendiri terbagi menjadi dua bagian. Kerajaan bagian Utara dan bagian Selatan. Kerajaan Utara biasanya disebut Israel dan Kerajaan Selatan disebut Yehuda. Raja-raja di dalam kedua kerajaan itu kebanyakan tidak berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, itu sebabnya Allah membawa penghukuman kepada mereka.

Yekhonya yang juga dikenal dengan nama Yoyakhin, raja muda yang memerintah th 597 SM. Namun sayang, ia hanya berkuasa selama tiga bulan saja sebelum Nebukadnezar dari Babel datang menyerang dan mengirimnya ke Babel beserta harta karun di Bait Suci. (2 Raja 24 : 8-17). Nah sebelas tahun kemudian, ia datang lagi menyerang dan sekaligus menghancurkan Yerusalem serta menawan orang-orang Yahudi di Babel. Sedangkan kerajaan Babel sendiri kemudian jatuh ke tangan raja Media dan Persia pada th 539 SM. Ahasyweros menjadi raja di kerajaan Media dan Persia th 485 SM sekitar seratus tahun setelah kejatuhan Yerusalem.

Kitab Ester merupakan sebagian kecil sejarah kehidupan orang Yahudi yang hidup dalam pengasingan di Persia. Uniknya kitab Ester ini tidak mencatat nama Tuhan atau Allah, sehingga ada beberpa teolog, termasuk Martin Luther menghendaki agar kitab ini diocopot saja dari Alkitab. Namun, kitab Ester ini mencatat kisah yang mengagumkan, dan ini merupakan bukti campur-tangan dan intervensi Tuhan sehingga kita tetap mempertahan kitab ini.

Dalam kisah Ester nanti kitya juga akan menjumpai beberpa tokoh penting, misalnya raja Ahasyweros (raja Media Persia), Mordekhai (saudara Ester yakni anak pamannya yang lebih tua dari dia, sehingga nantinya beliau yang mengasuih Ester, karean kedua orang tua Ester telah meninggal dunia), Haman (si biang kerok yang hendak melenyapkan ornag Yahudi) dan Ester ( Sang pengganti ratu Wasti) sendiri.

Pada tahun ke tiga tatkala raja Ahasyweros memerintah, ia mengadakan pesta. Para pembesar diundang untuk hadir. Selain itu juga diadakan pameran segala harta kekayaannya selama seratus delapan puluh hari (lih ay 4). Sementara pada waktu yang sama ratu wasti juga mengadakan pesta, beliau mengundang tenam-teman wanitanya. Selain itu juga diadakan tujuh hari pesta secata khusus, pada hari ke tujuh , raja Ahasyweros ingin kalau ratu wasti hadir dengan mengenakan pakaian ratunya, sebab wajah ratu wasti sangat elok. Tetapi entah kenapa ratu Wasti tidak memenuhi undangan tersebut, dengan kata lain ia menolak. Hal inilah yang membuat kekesalan dan kegeraman raja. Oleh karena itu raja memutuskan bahwa untuk selama-lamanya ia tidak akan bertemu dengan ratu wasti, karena kelakuannya dianggap penghinaan terhadap suami dan para pembesar Istana (Ester 1 : 19). Namun di dalam pasal 2, raja Ahasyweros sudah redah amarahnya, sehingga ia mengingat kembali akan ratu wasti itu. Tetapi sayangnya ia sudah mengambil keputusan sehingga tidak ada pengharapan lagi bertemu dengan wasti tersebut. Melihat keadaan demikian maka para biduanda di kerajaan mengusulkan agar dikumpulkan para wanita cantik sejagat dan meminta raja memilih seorang yang berkenan menggantikan wasti. Atas dorongan Mordekhai, maka Ester memakai kesempatan ini untuk ikut di dalam kontestan tersebut, padahal ia adalah orang Yahudi namuin ornag-ornag tidak mengetahuinya.

Biasanya sebelum menghadap raja mereka diharuskan merawat diri Selama satu tahun, enam bulan memakai minyak mur dan enam bulan lagi memakai minyak wangi-wangian. Setelah itu masih harus menunggu giliran dipanggil oleh raja. Biasanya mereka yang dipanggil untuk menghadap raja, boleh meminta apa saja sebelum bertemu dengan raja, namun tatkala giliran Ester , ia tidak meminta apa-apa. Itu sebabnya maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari semua perempuan lain. Baginda mengenakan mahkota kerajaan ke aats kepalanya dan mengangkatnya menjadi ratu menggantikan wasti.


2. One Night With The King, Mordekhai berhasil menyadarkan Ester

Di dalam kegembiraan raja memilih Ester menjadi ratu menggantikan wasti, teryata di depan pintu gerbang Istana sida Bigtan dan Teresh merasa sakit sakit hati kepada raja. Kita tidak tahu mengapa mereka sakit hati. Saya memperkirakan saja, mungkin saudara perempuannya tidak terpilih menjadi ratu? Itu sebabnya mereka berdua sepakat berniat hendak mebunuh raja. Namun rupanya niat buruk ini tercium oleh Mordekhai, sehingga secepatnya ia memberitahukan kepada Ester. Dan Esterpun dengan cepat tanggap mempersembahkan informasi ini kepada raja atas nama Mordekhai. Ester 2 : 23 mencatat “ Perkara itu benar, maka kedua orang itu disulahkan di tiang peristiwa itu dicatat dalam sejarah”

Yang agak mengherankan adalah, tatakala peristiwa pembunuhan itu berhasil terungkap dan digagalkan, Haman justru yang mengalami kenaikan pangkat. Padahal yang berjasa semestinya adalah Mordekhai. Haman adalah pejabat yang sangat benci kepada Mordekhai, karena Mordekhai tidak pernah sembah sujud dihadapannya. Mengapa demikian? Kemungkinan karena orang Yahudi memilki hukum Taurat yang mengajarkan bahwa “Jangan ada allah lain, apalagi sujud menyembah kepadanya”. Bersujud kepada sesama manusia berarti meperilah manusia itu, itu sama dengan menyembah berhala. Itu sebabnya maka Mordekhai mepertahankan keagamaannya, ia hanya mau sembah sujud kepada Tuhannya saja. Hal ini lah yang membuat rasa benci yang makin bertambah dari Haman, apalagi ketika diketahaui bahwa Mordekhai adalah orang Yahudi, maka Haman bukan hanya hendak membunuh Mordekhai, namun atas kehebatan Haman, raja telah menyetujui rancangannya untuk membunuh seluruh orang Yahudi. (lih Ester 3 : 6, 10)

Tatkala Mordekhai mendengar semua yang terjadi ini, maka ia mengoyakkan pakiannya pertanda ia berkabung, itu sebabnya ia tidak boleh masuk ke dalam pintu gerbang istana, karean tidak seorangpun yang boleh masuk dengan pakaian berkabung. Pada saat Ester mengetahui keadaan Mordekhai ini, maka sangatlah risau hatinya. Itu sebabnya Ester mengirim orang untuk bertanya apa gerangan yang sedang terjadi dengan Mordekhai itu. Kemudian Mordekhai menceritakan semua rancangan Haman dan menunjukkan salinan perundang-uadangan yang telah disahkan untuk membunuh orang Yahudi di Susan beberap waktu yang lalu. Kepada Hatah ornagnya Ester, Mordekhai memberi pesan agar Ester segera menghadap raja. Namun Ester menjawab Mordekhai bahwa walaupun ia sebagai ratu, ia tidak dapat begitu saja bertemu raja, kalau raja tidak mengulurkan tongkat emasnya. Sudah tiga puluh hari ini ia tidak dipanggil untuk menghadap raja.

Ester mendapat balasan dari Mordehkai yang nadanya sangar menantang: “ Jangan kira karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi” Kelanjutannnya , “Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu” ( Ester 4 : 13-14) Kalimat “Pertolongan dan kelepasan dari pihak lain” sengaja saya pertebal hurufnya, karena di sinilah letak intervensi dari Tuhan dan hal inilah yang membuat mengapa kitab Ester kita pertahankan masuk di dalam Alkitab kita. Kalimat ini sangat menggetarkan Ester, itu sebabnya Ester minta supaya Mordekhai berpuasa mendukungnya untuk menghadap raja.

Sekadar rileks, beberapa waktu lalu saya pernah menerima sebuah email yang mengkisahkan tentang Tikus. Seekor tikus mengintip celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada makanan pikirnya? Tapi, dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan; "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!" Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggrauki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku sakit kepala-lah." Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!" "Wah, aku menyesal dengan khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "Tetapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam doa-doaku!" Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. "Oh? Sebuah perangkap tikus? Jadi saya dalam bahaya besar yah?" kata lembu itu sambil ketawa, berleleran liur. Jadi tikus itu kembalilah ke rumah, dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.

Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsa. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Si istri kembali ke rumah dengan tubuh menggigil, demam. Dan, sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itu pun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, mencari ayam untuk bahan supnya. Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak langsung sembuh. Banyak tetangga yang datang membesuk, dan tamu pun tumpah ruah ke rumahnya. Ia pun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa, kambing di kandang dia jadikan gulai. Tapi, itu tak cukup, bisa itu tak dapat ditaklukkan. Si isteri mati, dan berpuluh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang pun dijadikan makanan, untuk puluhan pelayat dan peserta selamatan.

Dari cerita ini kita mendapat pelajaran bahwa, apabila kita mendengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan dipikir itu tidak ada kaitannya dengan dirinya, ingatlah bahwa apabila ada "perangkap tikus" di dalam rumah, seluruh "ladang pertanian" ikut menanggung resikonya. Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari pada baiknya. Oleh sebab itu Mordekhai menasihati Ester agar jangan anggap remeh dengan persoalan di luar kerajaan.

Bukankah sering kali kita menghadapi keadaan demikian? Di luar sana ada persoalan, dan masalah, kita masih berpikir tidak ada hubungannya dengan kita? Tatkala Korea Utara mengadakan pencobaan Nuklir, apakah masalah itu benar-benar tidak ada kaitannya dengan kita? Tatkala lingkungan kita bobrok, apakah hal itu benar-benar tidak ada hubungan dengan kita? Pernahkah terpikir dari kita untuk meperbaikinya? Pernahkah kita melakukan sesuatu? Lebaran kali ini saya mendengar banyak sekali orang-orang Indonesia yang berlibur ke Luar Negeri, beberapa orang memang saya ketemu di sini, karena mereka mengunjungi anak-anaknya. Ada teman saya yang ke Sydney Australia, yang lain lagi ke Kuala Lumpur , Malaysia. Masih ribuan orang yang saya tidak tahu dan tidak kenal yang juga berpergian ke Luar Negeri. Jika saya katakan pada orang-orang Amerika bahwa masyarakat Indoensia perlu ditolong karena mereka sedang krisis, banyak bencana terjadi dan sebagainya, saya yakin mereka akan menertawakan saya. Rakyat Indonesia sesungguhnya tidak krisis ekonomi, yang ada adalah Krisis Berbagi Kasih kepada mereka yang sedang mengalami kesulitan dan masalah. Akibatnya sekelompok ornag bersenang-senang, dan yang lainnya menderita. Kalaupun terpaksa, maka yang dibagikan hanya sekadar berupa bantuan Sembako


3. One Night With The King, raja Ahasyweros membalas jasa kebaikan yang dilakukan Mordekhai

Mata pelajaran apa yang paling membosankan kita? Sering kali bagi mereka yang tidak suka dengan sejarah menganggap bahwa mata pelajaran itu sangat membosankan, sebab selalu berbicara tentang tahun-tahun masa silam dan nama-nama orang yang sudah meninggal dunia. Saya tidak tahu siapa yang memulai kebiasaan ini, ada pula orang percaya yang mengatakan bahwa, bila tengah malam tidak bisa tidur, maka ambil Alkitab lalu membacanya supaya cepat tidur. Ingat, anjuran ini adalah ajaran sesat, bila tidak bisa tidur jangan membaca Alkitab, kualat. Justru kalau hendak membaca Alkitab, lakukanlah setelah Anda bangun dari tidur, sebab saat itu Anda lagi bersemangat dengan tenaga baru.

Ester 6 diawali dengan catatan bahwa raja Ahasyweros tidak dapat tidur malam itu. Itu sebabnya ia memanggil orangnya untuk membacakan catatan sejarah, tidak tahu apakah dengan mebacakan kitab sejarah, raja menjadi gampang tidur. Di dalam sejarah yang dibacakan tercatat bahwa Mordekhai pernah memberitakan bahwa Bigtan dan Teresy kedua sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu beriktiar membunuh raja. Maka rajapun bertanya, "Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apapun." Permisi Tanya, pernahkah Anda mengalami kondisi seperti Mordekhai ini? Anda telah mengeluarkan banyak tenaga dan usaha bahkan mengorbankan banyak uang demi membantu atau menolong seseorang, namun orang yang Anda tolong tidak menghargai Anda. Atau sebaliknya, Anda pernah ditolong, didukung , namun hingga hari ini sama seperti raja Ahasyweros Anda belum mengucapkan sepatah kata “Terima Kasih” kepada orang tersebut? Malam itu juga, raja merasa perlu memberikan sesuatu penghormatan kepada Mordekhai.

Raja bertanya kepada Haman, apakah yang harus dilakukan kepada orang yang berkenan menghormatinya? Kata Haman di dalam hati, siapa lagi kalau bukan dirinya yang paling berkenan dihadapan raja? Apalagi saat itu Haman baru mengantongi undangan dari Ester untuk hdir bersama raja did lam suatu perjamuan khusus. Itu sebabnya maka Haman menjawab, kepada orang yang patut mendapat penghormatan raja itu harus dikenakan pakaian kerajaan, lalu naikkan ke kuda yang pernah dinaiki raja dan kenakan mahkota di kepalanya. Sesudah itu arakkan orang tersebut kepada orang banyak. Betapa kaget dan jengkelnya Haman, tatkala raja Ahasyweros memerintahkan kepada Haman untuk melakukannya pada Mordekhai. Satu peringatan kepada kita, jangan pernah berniat jahat dan menganggap remah pada orang lain, kadang Tuhan bisa memakai cara tersendiri mempermalukan kita dihadapan orang tersebut.

Sekarang apakah Anda ada berhutang kebaikan pada seseorang yang sudah terlupakan? Terus terang saya tidak tahu ada atau tidak? Namun jika Anda mengaku diri sebagai orang yang sudah diselamatkan Tuhan, itu berarti Anda sedang berhutang kepada Tuhan Yesus bukan? Bagaimana cara Anda mengembalikan kebaikanNya? Kadang saya bertemu dengan orang yang mengaku percaya, namun di dalam kehidupannya tidak menunjukkan cirri dan tingkah bahwa ia orang percaya. Jangankan memberi persembahan untuk medukung pelayanan, hadir saja ke gereja sudah tersendat-sendat. Sedikit sibuk dengan pekerjaan, atau kuliah, maka kegiatan ke gereja dan pelayanan yang dikorbankan. Itukah rasa ungkapan terima kasih kita? Jika kita sungguh mengakui Tuhan Yesus sangat mengasihi kita dna telah menyelamatkan kita, maka apapun kita rela korbankan untuk Dia.

4. One Night With The King, Haman digantung dengan gantungan yang dibuat sendiri, orang Yahudi selamat

Kejengkelan Haman semakin bertambah, itu sebabnya ia harus dengan segera melenyapkan Mordekhai. Tiang gantungan sudah disediakan, tinggal tunggu waktu yang tepat untuk melenyapkannya. Haman merasa pengharapannya masih ada, sebab dia masih mengantongi undangan perjamuan dari sang ratu. Namun rupanya tanpa di duga, justru di perjamuan inilah, kedok Haman terbongkar. Ester membuka kartu Haman. Raja Ahasyweros murka, dan menaikkan Haman ke tiang gantungan yang telah diperbuatnya untuk Mordekhai dan ornag Yahudi.

Ester telah melakukan karya yang besar, coba bayangkan bila Haman tidak mendapat penghukuman ini, maka orang-orang Yahudi akan dibantai habis. Karya besar yang dilakukan Ester beresiko tinggi, bila raja tidak berkenan bertemu dengannya, maka ia bisa mendapat hukuman pula. Namun ia sudah siap dan rela mengorbankan segala-galanya demi penyelamatan satu bangsa. Tidak dapat kita pungkiri, tangan Tuhan terlibat di dalamnya.

Kita juga diingatkan kepada Tuhan Yesus bukan, ia rela mengambil resiko besar, ia mati sendiri di atas kayu salib demi penyelamatan kita dari kuasa maut. Bayangkan saja, jika Tuhan Yesus tidak bersedia mengalami pengorbanan, tentu Anugerah tersebut tidak kita terima hari ini.

One Nigh With The King mengajarkan kita bahwa sebagai orang percaya kita harus sungguh-sungguh menghargai kesempatan yang ada. Kita jangan menganggap remeh orang lain, apa lagi mereka yang sedang ditimpah persoalan. Hidup manusia itu seperti roda yang berputar, mungkin saat ini kita berada pada posisi yang paling puncak, jadi kelihatannya aman-aman saja. Namun jangan lengah, orang yang berada dipuncak berarti harus bersiap-siap menuju ke bawah. Jangan pernah merasa kecewa bila tidak mendapat perhatian atau penghargaan orang lain, sekali lagi penghargaan manusia sifatnya sementara. Tatkala Anda dipuji terus-menerus, justru Anda perlu hati-hati, mungkin besok Anda akan mendapatkan cacian. Ingatlah ayat ini , Ibrani 6:10 “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.

*) Tadinya saya tidak tahu kalau film Ester lagi main di Bioskop, sehabis kotbah di Sacramento salah seorang jemaat di sana bertanya, apakah saya terinsipirasi menyampaikan Ester dari film One Ninght With The King? Kaget juga, saya, namun inilah alasan saya untuk mengatakan bahwa saya tidak lagi promisi film itu, saya sendiri belum nonton film tersebut, kecuali ada tiket gratis.

Monday, October 16, 2006

MR. TROUBLE MAKER

MR. TROUBLE MAKER
Roma 16 : 17-20

Seorang penulis mengatakan bahwa di dunia ini ada empat tipe manusia. Yang pertama tipe manusia Lapangan, artinya orang tersebut tidak betah kalau duduk terus di kantor, dia lebih tertarik bekerja langsung di lapangan; di sana ia bisa berhubungan langsung dengan costumer atau konsumen. Bila ia diminta kerja di kantor, rasanya tersiksa sekali. Tipe yang ke dua adalah tipe Pemimpin, jadi orang ini lebih tertarik untuk mengatur, walaupun kadang ia lupa bahwa dia sendiri sebagai bawahan yang seharusnya diatur. Tipe yang ke tiga adalah tipe Konseptor, orang ini sangat berlian idenya, banyak hal yang dapat segera dirancang dan dipikirkan; namun jangan coba-coba minta dia yang kerjakan. Sedangkan tipe ke empat yang akan kita bahas adalah tipe Trouble Maker, orang ini lebih mengarah ke arah yang negatif, si pembuat kacau, suka merusak suasana dan menciptakan kegagalan.

Roma 16 : 17-20 yang kita baca, berhubungan dengan si Trouble Maker. Kehadirannya justru membuat gereja tidak nyaman, sebab sering kali pengajarannya bertentangan. Hal ini yang akan menyebabkan perselisihan dan perpecahan. Orang yang Trouble Maker suka sekali dengan keadaan yang kacau, ia sangat menikmati dan merasa senang bila orang lain mengalami kesusahan. Ia justru tidak aman kalau orang lain itu tenang dan menikmati keberhasilan. Rasanya hampir di setiap komunitas ada saja orang-orang yang suka berulah seperti itu. Kadang kita berpikir bahwa orang tersebut sedang mencari perhatian, namun karena berulang-ulang terus demikian maka mungkin inilah karakter orang tersebut. Itu sebabnya ia dijuluki si Trouble Maker. Dalam bahasa lain boleh kita sebut sebagai si “biang keladi”, “biang pengacau” atau “biang kerok”. Sering juga ia disebut sebagai si “Manusia Aneh”. Oleh karena orang ini suka berulah (bertingkah), maka sering kali timbul masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Memang benar, tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna, setiap kita sudah tercemar. Roma 3:23 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemulian Allah”. Jadi sering kali muncul “insiden”, padahal “insiden” tersebut tidak pernah kita ingin dan pikirkan. Cuma untungnya sebagai orang-orang percaya yang sudah diperbaharui Tuhan Yesus, hidup kita sudah terpasang “Rem (brake)” Namun rupanya “Rem (brake)” tersebut kadang “tidak menjamin”, sebab ada orang percaya justru tidak bersandar pada “Rem (brake)” tersebut. Dengan demikian “insiden” tersebut tetap saja terjadi bagi orang percaya. Makanya tidak jarang si Trouble Maker itu juga banyak muncul di gereja. Si Trouble Maker ini untuk selanjutnya kita sebut sebagai Mr. T

Siapa sebenarnya Mr T itu?

Jikalau ia adalah rekan kerja kita di kantor, maka kehadirannya sering kali membuat kita tidak nyaman bekerja. Biasanya orang ini setingkat manager yang tugasnya mengatur dan memerintah. Kadang kala apa yang diperintahkan tidak masuk akal, dan omelannya sangat “menggatalkan” telinga. Mr T ini juga ada kemungkinan pegawai kesayangan bos, yang sering menjadi mata-mata terhadap karyawan yang lain. Atau seseorang yang dijuluki si pacar gelap bos, boleh jadi beliau adalah familinya bos, yang selalu melaporkan segala kejadian di kantor. Dengan demikain maka Mr T ini sangat mengganggu kenyamanan suasana kerja.

Saya pernah diceritakan oleh seorang ibu yang bergumul berat tatkala setiap pagi ia harus berangkat kerja ke kantor. Ia mengatakan kadang ntah kenapa tubuhnya gemetar, sebab ia begitu teringat dengan manager di kantor yang selalu mencari kesalahannya. Untuk keluar dari perusahan tersebut ia masih belum berani, karena ia merasa sangat sulit mencari pekerjaan lain. Oleh karena hal ini ia sempat pergi mencari konselor , ia berpikir bahwa dirinya ada kelainan dan sakit jiwa. Lihatlah, Mr T itu sangat menyusahkan orang.

Dalam lingkungan pemerintahan juga ada Mr T, kadang ada saja oknum pejabat yang suka datang ke kantor minta uang kopi kepada para pengusaha. Yang celakanya setiap hari raya seakan-akan dirayakan oleh sang pengusaha. Mulai dari Hari Natal dan Tahun Baru, Hari Raya Imlek dan bahkan hari Raya Lebaran menjadi langanan dari Mr T ini. Belum lagi kalau di dalam konteks negeri tercinta, di sana-sini ada organisai pemuda ini dan itu, yang juga dapat menjadi Mr T bagi para pengusaha dan masyarakat.

Undang-undang atau peraturan pemerintah juga dapat menjadi Mr T seseorang atau sekelompok orang. Sebab konsep perundangan itu dimunculkan bukan berdasarkan pendapat umum, tetapi berdasarkan permintaan sekelompok orang. Salah satu yang menarik adalah mengenai UU Pornografi. Saya yakin semua orang percaya juga ingin memberantas masalah ini, namun konsep perundangannya dapat menjadi Mr T. Seorang rekan saya dengan seloro mengatakan bahwa seandainya UU pornografi ini diberlakukan, maka Kitab Kidung Agung harus dicopot dari Alkitab.

Dalam lingkungan kampus juga terkenal dosen yang “killer”, ia senang melihat mahasiswanya tidak lulus. Kadang saya berpikir seandainya para mahasiwanya tidak lulus semua, yang “bodoh” sang dosen atau sang mahasiswa? Sudah saatnya dosen model begini pensiun atau sekolah lagi, supaya dapat mengajar dengan baik dan pengajarannya mudah dipahami semua mahasiswa. Di rumah tangga juga ada Mr T ini, kadang mungkin beliau adalah orang tua kita. Saya pernah menyaksikan ada suami yang tidak mau kerja, dan membiarkan sang isteri bekerja mati-matian. Tidak hanya itu, bahkan sang suami juga mengambil uang isterinya untuk berjudi. Belum lagi sang anak terpengaruh narkoba. Hal ini menjadi Mr T di dalam keluarga bukan? Sebagai orang percaya, ia tidak berani bercerai? Jika mencoba melawan, kemungkinan besar bisa dipukul sang suami, dan itu tidak jarang terjadi. Inilah Mr T dalam lingkungan rumah kita. Belum lagi adik, kakak, dan kakak ipar yang sering kali dapat menjadi Mr T di dalam rumah tangga juga bukan?

Lalu apakah di gereja juga ada Mr T ini? Tadi kita sedikit menyinggungnya, bahwa orang tersebut rupanya bercokol di sana juga. Sering kali mereka yang sudah berkali-kali terpilih sebagai majelis, maka sekali saja tidak terpilih langsung sakit hati. Lalu tidak berniat lagi datang ke gereja. Tidak cukup itu, bahkan ada yang menghasut pengikutnya untuk membuka persekutuan lain? Bukankah orang ini adalah Mr T di dalam gereja? Kadang tanpa kita duga, juga ada pendeta yang menjadi Mr T, beliau sudah melayani cukup lama, mapan; tidak ada yang berani menegurnya. Majelis bungkam, ngomongnya dari belakang saja. Sebagai orang Kristen apalagi aktifis, takut kualat kalau ngomongin sang pendeta, namun dipihak lain yang hendak diomongin makin menjadi-jadi. Dengan rekan kerja ia tidak ada yang akur, sikut sana-sini dengan cara yang sangat rohani. Saya harap pendeta ini tidak sedang melayani di gereja Anda. Konsep dan cita-cita pelayanannya besar dan luar biasa, misinya juga luas; namun semuanya untuk kepentingan pribadi. Sungguh ia telah menjadi Mr T.

Masih banyak lagi, kadang teman juga dapat menjadi Mr T di dalam hidup kita. Ada teman yang kalau tidak ada kepentingan tidak pernah mencari kita; bahkan kalau kita memerlukan bantuannya jangan harap ia dapat melakukannya. Teman yang sejati adalah teman yang tatkala kita mengalami kesulitan, ia masih bersedia mendampingi dan menolong.

Ciri-ciri Mr T?

Mr T selalu menjadi penghambat, sebab ia tidak menghendaki kesuksesan seseorang. Ia lebih senang jika orang itu gagal, ketimbang berhasil
Mr T suka menciptakan masalah, persoalan yang gampang akan menjadi susah dan rumit serta berbelit.
MT juga sering memperbesar masalah yang kecil. Sebab dasar Mr T adalah pengacau keamanan.

Menurut para ahli psikologi setiap orang cenderung menjadi Mr T, hal ini diawali oleh Personality Trouble.

Iri Hati

Mr T tidak bisa melihat orang lain senang, ia jengkel kalau orang lain sukses. Ia lebih suka melihat penderitaan orang lain. Ia merasa gelisah bila melihat orang sudah punya pacar, lalu mulai melempar gossip di sana-sini. Pokoknya ia lebih senang orang “buntung” ketimbang “beruntung”. Amsal 14 : 30 , isinya kira-kira begini” Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” Jangankan tulung sudah busuk, orang yang terkilir saja sakitnya sudah tidak kepalang, apalagi iri hati yang sampai membusukkan tulang, tentu sangat menyakitkan bukan?

Tidak pernah merasa puas diri

Dalam satu sisi jika Anda tidak puas tentu tidak masalah, misalnya Anda tidak puas dengan nilai ujian hari ini, hasil pekerjaan hari ini. Namun kalau di dalam segala hal terjadi ketidakpuasan tentu ini merupakan masalah. Apalagi tidak puas terhadap seluruh hasil karya orang lain. Orang yang tidak merasa puas terhadap segala hal, hidupnya penuh kritikan sana-sini. Coba lihat 1 Timotius 6:8 “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah”. Bila tidak ditaati, maka akibatnya di ayat selanjutnya, 1 Timotius 6:9-10 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.


Rasa Sombong

· Mengapa seseorang menjadi sombong? Menganggap diri paling pintar, lebih kaya, lebih senior dan memiliki banyak gelar. Pendapatnya harus dituruti, bila tidak maka ia segera mengundurkan diri dalam sebuah organisasi termasuk juga di gereja. Ornag yang sombong tidak pernah menghargai pendapat orang lain. Lihat Yesaya 2:11 “Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu.” (lihat juga ayat 17)

Selalu memaksa kehendak

Ciri lain dari Personality Trouble adalah suka memaksakan kehendaknya pada ornag lain. Ia hidup seperti katak dalam tempurung, pikirannya hanya dia yang dapat melakukan sesuatu. Sama seperti cirri sombong tadi, maka ia selalu menempatkan apa yang ia mau ke depan, sedangkan kehendak orang lain baginya adalah “tong sampah”. Jika ia sebagai pemimpin rapat, maka sering kali ia bertanya kepada peserta usul dan pendapat, namun kesimpulannya adalah pendapatnya sendiri. Galatia 2:6 “ Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu--bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka--bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak memaksakan sesuatu yang lain kepadaku”.

Jika Personality Trouble ini tidak beres, dan tidak ada kesedian kita membuangnya jauh-jauh, cepat atau lambat sangat memungkinkan seseorang menjadi Mr T.

Mari kita melihat beberapa contoh Mr T di dalam Alkitab kita.

~ Nehemia 4 , di sini kita melihat bagaimana Nehemia mengalami hambatan tatkala ia hendak mebangun kembali tembok Yerusalem. Perhatikan Nehemia 4 : 1 “Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi”

~ 1 Raja-raja 21 : 1-16 , Nabot si pemilik kebun Anggur itu sangat tidak nyaman menghadapi raja Ahab. Nabot tidak bersedia menyerahkan kebun Anggurnya pada Ahab karena kebun itu hasil nenek moyangnya. Namun atas campur tangan isteri Ahab Izebel, maka akhirnya Nabot dibunuh 1 Raja-raja 21 :7 Kata Izebel, isterinya, kepadanya: "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu

~ Yosua 7 : 22 – 26 Akhan si Mr T itu, sebab Yosua telah memerintahkan padanya untuk tidak mengambil harta kekayaan musuh, namun secara diam-diam ia mengambilnya, itu sebabnya ornag Israel mendapat penghukuman dari Tuhan . Lihat Yosua 7:20-21 Lalu Akhan menjawab Yosua, katanya: "Benar, akulah yang berbuat dosa terhadap TUHAN, Allah Israel, sebab beginilah perbuatanku: aku melihat di antara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah sekali."

~ 1 Raja-raja 12 : 7-8 Raja Rehabeam tidak mendengar nasehat para tua-tua di Israel, ia lebih mendengar saran teman-teman sebayanya; akhirnya ia menaikan pajak sehingga timbul protes dari rakyatnya. 1 Raja-raja 12:8-10 Tetapi ia mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua itu, lalu ia meminta nasihat kepada orang-orang muda yang sebaya dengan dia dan yang mendampinginya, katanya kepada mereka: "Apakah nasihatmu, supaya kita dapat menjawab rakyat yang mengatakan kepadaku: Ringankanlah tanggungan yang dipikulkan kepada kami oleh ayahmu?" Lalu orang-orang muda yang sebaya dengan dia itu berkata: "Beginilah harus kaukatakan kepada rakyat yang telah berkata kepadamu: Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, tetapi engkau ini, berilah keringanan kepada kami--beginilah harus kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku!

Masih banyak lagi, misalnya 1 Raja 18 : 17-18 mengenai Ahab dan Elia , 1 Samuel 25 : 3-28 Daud dan Nabal, kitab Esther ada Haman dan Mordekhai dan Kisah Para Rasul 16 : 17-20 mengenai rasul Paulus.

Bagaimana caranya kita menghadapi Mr T ini?

Secara umum kita dapat coba melihat bagaimana orang-orang sekuler menghadapi Mr T

Tahan Emosi

Mr T tidak harus mempengaruhi kehidupan atau pekerjaan kita. Mari kita terapkan pikiran bahwa Mr T ini adalah orang yang pelu kita Bantu, itu sebabnya kita memerlukan emosi yang stabil. Amsal 19:19 “Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya”.

Tetap Fokus

Apabila teman kita si Mr T ini berulah, selama urusannya tidak ada hubungannya atau mengganggu kita, maka abaikan saja. Namun apabila ulahnya berhubungan dengan pekerjaan kita, maka fokuskan perhatian pada masalah kerja saja. Manusia sering kali sulit memisahkan antara masalah pribadi dengan masalah organisasi. Secara organisasi mungkin kita tidak sependapat dengan dia, namun secara pribadi kita adalah teman. Namun di lapangan yang terjadi adalah, secara organisasi kalau kita tidak menyetujui pendapatnya, maka kita akan dianggap musuh. Disinilah letak ketidak dewasaan kebanyakan orang, termasuk orang percaya di gereja.

Jaga Jarak

Jangan takut, kita tidak akan dicelah kalau kita menjauhi Mr T, sebab justru dengan dekat padanya sering terjadi keonaran. Namun karena Mr T juga adalah rekan kerja kita bahkan sangat mungkin ia adalah atasan kita, maka bagaimanapaun kita tetap mebina komunikasi dengannya. Kecuali kita terpaksa meningalkan pekerjaan itu. Tentu komunikasinya hanya sebatas masalah pekerjaan saja, lebih dari itu “No Way”

Selalu Waspada

Jangan lengah dengan maksud terselubung dari Mt T. Sebab kita sudah tahu ciri khasnya agar orang lain gagal. Kadang ia berpura-pura manis dan baik pada kita hanya dengan maksud untuk memanfaatkan kita. Bila kita terlena , maka kita akan kehilangan banyak teman.

Sikap Positip

Meskipun dianjurkan kepada kita menjaga jarak terhadap Mr T, namun tidak salahnya bila secara pelan-pelan kita berusaha mengajarkan dan mempengaruhinya hal-hal yang positip. Bagimanapun Mr T tetap adalah manusia, ia butuh teman yang mengasihi dia dan bersedia menolongnya.

Bagaimana Orang Percaya Menghadapi Mr T ini?

Kita harus kembali kepada ajaran Tuhan Yesus. Di dalam pelayanan Tuhan Yesus Ia tidak jarang bertemu dengan Mr T. Saya menemukan empat prinsip yang Tuhan Yesus ajarkan, dan mungkin Anda dapat menemukan yang lainnya.

Tuhan Yesus MENGASIHI Mr T ini, misalnya tatkala orang-orang sekitar menjauhi Zahkeus si Pemungut Cukai, namun Tuhan Yesus justru mendekatinya. (lihat Lukas 19)

Tuhan Yesus MENGAMPUNI Mr T ini, misalnya salah seorang penjahat yang disalibkan bersama dengan Tuhan Yesus atau terhadap orang-orang yang menyalibkan-Nya.


Tuhan Yesus MENGHINDARI si Mr T, misalnya pada waktu ancaman bahaya, dan belum saatnya Yesus disalibkan, ia menghindari dari ancaman tersebut. Yohanes 8 : 59 “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah”.

Tuhan Yesus MENGHADAPI si Mr T ini, misalnya sewaktu di Taman Getsemani, setelah Ia bergumul sedemikian rupa , akhirnya Ia menghadapi juga cawan pahit itu. Markus 14:42 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya “Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."

Saya tidak tahu bagaimana posisi Anda saat ini, apakah Anda sedang menghadapi Mr T atau Anda adalah Mr T itu sendiri? Setiap manusia cenderung menjadi Mr T, namun orang-orang yang takut akan Tuhan, yang telah menyerahkan seluruh kehidupan dan kehendak dirinya kepada Tuhan semestinya ia menjadi Mr P atau Peace Maker , karena Allah yang kita percayai itu adalah Allah yang Sumber Dami Sejahtera (lihat Roma 16 : 20). Jadilah Mr Peace Maker, tanggalkan gelar Mr. Trouble Maker Anda.




Tuesday, September 19, 2006

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA
(Daniel 1 : 1- 8, Dan 5 dan 6 , Mat 4 :1-11)

Kegoncangan iman akan terjadi dalam hidup kita apabila secara bertubi-tubi kita diperhadapkan dengan berbagai masalah, persoalan , tekanan dan sakit-penyakit. Bagi mereka yang tidak kuat, maka kegoyahkan dalam hidupnya akan terjadi. Bahkan kalau tidak hati-hati akan terjatuh. Namun bagi orang yang menyerahkan seratus persen hidupnya kepada Tuhan sebagai Penopang, justru menganggap goncangan ini sebagai suatu ujian dan latihan menuju hidup yang berkemenangan.

Di dunia modern ini, kegoncangan yang muncul dapat terjadi dari berbagai sudut. Mulai dari mainan anak-anak, film cartoon, buku bacaan (novel) Televisi, kebiasaan-kebiasaan, sakit-penyakit dan berbagai masalah. Bagaimana caranya kita menghadapi semua ini? Apakah diam saja? Cuek!

Mari kita coba telusuri dari seorang tokoh yang bernama Daniel. Siapa Daniel ini? Ia adalah seorang nabi Allah yang beberapa ribu tahun lalu hidup dalam pembuangan di Babel. Daniel ini pula yang telah menetapkan standard hidupnya untuk takut akan Tuhan. Apakah di dalam menjalankan hidup ini Daniel tidak menghadapi kesulitan? Tantangan apa yang dihadapinya sehingga membuatnya tangguh?

I . Meja Perjamuan Raja Nebukadnezar

Di dalam Daniel 1 :1 menceritakan bahwa Raja Yoyakim, raja Yehuda dikalahkan Nebukadnezar, raja Babel. Itu sebabnya perkakas-perkakas Bait Allah juga direbut dan dipakai oleh raja Nebukadnezar untuk perkakas di rumah dewanya. Bersamaan dengan itu dipilih orang-orang muda, kaum bangsawan Israel. Mereka yang tidak bercacat-cela, baik, berhikmat, cakap (pintar) untuk diajarkan tulisan dan bahasa Kasdim. Raja juga menetapkan bagi mereka suguhan pelabur, yakni santapan raja sebagai makanan mereka. Selama tiga tahun mereka akan digembleng tentang berbagai konsep tentang Babel, bahkan nama-nama mereka juga diubah. Dengan demikian setelah itu diharapkan orang-orang Isreal akan melupakan ke-Israelannya.

Menerima santapan raja itu berarti suatu penghargaan yang tertinggi dan makanan ini sudah tentu yang paling enak dan terbaik dari seluruh Babel dan sebaliknya. Apabila menolak santapan raja, itu berarti tidak taat pada raja. Pada jaman itu orang yang tidak taat akan mendapat hukuman yang berat, itu sebabnya Aspenas merasa takut. (lihat Daniel 1 : 10)

Mengapa Daniel menolak makanan itu? Sebenarnya semua makanan di Babel itu najis menurut ketentuan Allah (bnd Yehezkial 4 :13 rotinya najis, Hosea 9 :3,4 “Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis. Mereka tidak akan. mempersembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan, semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN” Jadi kalau Daniel bertekad menolak makanan itu bukan sekadar makanan itu najis, namun lebih dari itu karena makanan ini adalah hidangan bagi raja dan diperkirakan sudah dipersembahkan kepada dewa terlebih dahulu. Menerima makanan raja juga berarti berhutang budi dan harus taaat dan setia pada raja. Daniel menolak segala yang segala yang diharapkan dan kesempatan orang dunia, bukan karena Daniel itu sedang stress atau sakit jiwa. Tetapi karena Daniel sungguh-sungguh mencintai Tuhan, dan ia hanya mau taat kepada Tuhan saja.

Pengalaman hidup kita mungkin berbeda dengan Daniel, sebab kita tidak disajikan makanan yang dipersembahan kepada dewa (berhala). Namun jangan lupa, di jamam modern ini kita memiliki tantangan dalam bentuk lain. Bisa saja berupa menonton Televisi yang over dosis. Tidak jarang film telenovela Mexico dan drama Korea menyerap waktu kita berjam-jam, bukan hanya itu , film ini juga menghabiskan air mata Anda. Pesta-pesta, mobil mewah dan segala harta kekayaan juga menyerap waktu dan pikiran kita. Kita terbuai dengan semua itu dan bila tidak bijaksana dan hati-hati maka perlahan-perlahan kehidupan kita terserap ke arah sana. Sehingga walaupun kita pernah mengaku diri sebagai orang percaya, namun hidup kita telah diubah kembali, tidak seperti orang percaya.

Baru-baru ini saya bertanya pada salah seorang pemuda di gereja mengapa ia tidak ke gereja belakangan ini. Lalu ia menjawab bahwa dua minggu lalu orang tuanya merayakan HUT pernikahan, sehingga tidak dapat hadir, padahal orangtuanya juga orang percaya. Lalu saya bertanya lagi, kan minggu lalu Anda juga tidak hadir ke gereja?. Jawabnya minggu lalu ibu ulang tahun. Nah,. sebagai orang percaya yang sejati, seharusnya kita tahu jelas mana yang merupakan primer dan skunder. Yang mana yang harus didahulukan dan yang mana harus di nomerduakan atau selanjutnya. Orang Kristen yang sejati tidak dapat menawar-nawar lagi, Tuhan harus dinomer satukan. Daniel telah mempraktekkannya, ia telah mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya, termasuk terhadap sajian makanan yang paling enak di dunia.

II . Janji di malam Pesta Raja Belsyazar

Daniel 5 mencatat bahwa raja Belsyazar mengadakan pesta, para pembesar diundang menghadirinya. Dicatat bahwa yang hadir pada saat itu seribu orang. Ayat 2 terlihat perbuatan hujat dari Belsyazar. Dalam keadaan mabuk ia menitahkan orang-orangnya untuk membawa perkakas Bait Allah yang diambil ayahnya Nebukadnezar untuk mengisi minuman agar para pembesar , isteri dan gundik-gundiknya minum dari perkakas itu. Kurang ajar sekali bukan?

Pada saat itu tampak jari-jari tangan manusia pada kapur dinding istana raja di depan kaki dian (ay 5). Melihat kejadian ini maka raja menjadi pucat, pikiran gelisah, sendi-sendi pangkal pahanya lemas dan lututnya berantukan (ay 6). Kemungkinan besar temapat duduk raja Belsyazar tidak jauh dari kaki dian, karena biasanya para pembesar duduk dekat tempat terang semacam podium begitu. Dengan demikian maka tulisan itu dan tangan yang menulisnya dapat dilihat jelas sekali.

Orang-orang berhikmat yang hadir di sana tidak satupun yang dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu (ay 8). Itu sebabnya raja Belsyazar menjadi takut dan sangat cemas. Ia juga menjadi pucat, diikuti oleh para pembesar yang terperanjat.

Coba perhatikan, ternyata Daniel tidak hadir di sana. Seorang tokoh rohani sejati seperti dia harus berani tampil beda. Tatkala orang-orang lagi santai berpesta pora, ia harus berani menolaknya, karena ada tugas yang lebih penting yang harus dikerjakan untuk Tuhan. Ia harus senantiasa menyediakan waktu mengutamakan Tuhan. Beda dengan kebanyakan umat Tuhan masa kini. Kadang di gereja sudah memprogramkan acara jauh-jauh hari, masih saja ada umat Tuhan lebih suka memilih acara sekulernya sendiri. Daniel bahkan tidak segan-segan menolak hadiah yang diharapkan banyak orang, yakni kekuasaan yang ditawarkan sebagai hadiah baginya bila dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu.

“Tahanlah hadiahmu, berikanlah kepada orang lain” (ay 17) demikian kta Daniel. Hari ini tidak banyak orang yang sanggup berkata seperti Daniel. Bahkan orang percaya sekalipun, kalau sudah berbicara soal uang, tidak ada yang namanya saudara kandung; malah ada orang tua dan anak saling bertengkar dan memutuskan hubungan persaudaraan hanya gara-gara masalah ini.

Dari berbagai penjelasan Daniel disimpulkan bahwa , Belsyazar telah meninggikan diri terhadap yang berkuasa di sorga. Perkakas dari Bait-Nya telah dipermainkan. Itu sebabnya “mene, mene, tekel ufarsin” demikian tulisan di dinding terbaca (ay 25). Yang artinya “mene” masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, “tekel” tuanku ditimbang dan kedapatan begitu ringan, “peres” kerajaan Babel akan pecah dan diberikan kepada orang Media-Persia. Inilah hasil uraian yang disampaikan Daniel. Raja merasa puas, dan Daniel diangkat menjadi orang ke tiga di sana. Sementara Belsyazar seketika juga meninggal dunia.

Tuhan itu maha penyabar dan penyayang, hingga hari ini Dia masih sabar terhadap kita sekalian. Walaupun kadang kala kita melakukan segala sesuatu yang mencoba untuk menantang kesabaran-Nya. Namun kita perlu hati-hati dan waspada, kita tidak tahu kapan Tuhan berhenti dari kesabaran-Nya?

III. Gua Singa Raja Darius

Kali ini Daniel tidak menghadapi masalah atau kehidupan pribadi. Namun musuh-musuhnya justru coba mengusik segi kehidupan rohaninya, yakni kehidupan doa.

Hidup manusia memang unik dan antik. Apabila ia kaya maka banyak yang iri hari, sebaliknya bila ia miskin maka yang diterima hanya hinaan. Bila berkedudukan, maka orang-orang merasa cemburu padanya, namun bila tidak berpangkat bahkan memandangpun orang tidak mau. Saat ini Daniel adalah orang yang berpangkat, bahkan karena kelebihannya maka ia diangkat lebih tinggi di atas para pembesar yang ada. (Dan 6 : 4) Itu sebabnya tentu timbul kecemburuan dari setiap rekan-rekan pejabat lainnya. Mereka berusaha mencari kesalahan Daniel, namun tidak diketemukan. Satu-satunya yang dapat dianggap kesalahan karena Daniel beribadah kepada Allah. Setiap hari , tiga kali Daniel berdoa kepada Tuhan.

Kesempatan ini dipakai oleh para pembesar lainnya untuk menjebak Daniel. Mereka datang kepada Raja Darius dengan mengiming-imingkan penghormatan tertinggi baginya. Secara manusia tentu raja Darius merasa terhormat sebab mereka menghendaki seluruh rakyat termasuk pejabat selama 30 hari berturut-turut tidak boleh menyembah kepada dewa apapun, kecuali menghormati dan menyembahnya. Siapa saja saja yang kedapatan tidak mengikuti peraturan ini, akan dimasukkan ke dalam gua singa yang sudah disediakan.

Walaupun demikian, oleh keteguhan Daniel maka ia tetap saja pada pendiriannya. Tiga kali sehari ia tetap berdoa pada Allah. Oleh sebab itu maka para pembesar lainnya, melaporkan masalah ini kepada raja Darius, sehingga ia dimasukan ke dalam gua singa. Namun heran sekali, Daniel yang berada di dalam gua singa, namun tidak diusik oleh singa itu, tetapi Raja Darius yang berada di istana justru tidak dapat tidur nyenyak. Pagi-pagi ia sudah bangun, untuk memastikan bahwa Daniel yang dikasihnya itu diselamatkan oleh Tuhan Allah yang disembahnya. Karena Daniel selamat, maka sebagai gantinya orang-orang yang menghasut Daniel itu yang dimasukkan ke dalam gua singa. Alkitab mencatat, belum saja mereka dimasukkan , para singa sudah siap menerkam.

Jaman ini kita tidak mendapat ancaman gua singa itu. Namun kadang –kadang gua singa kita bisa muncul dalam bentuk lain. Kesibukan sehari-hari dapat saja menyerang kerohanian kita. Kesuksesan dan bahkan kesibukan dalam pelayanan juga dapat menyita waktu kita menjadi jauh dari Tuhan. Jangan pikir kalau orang percaya itu sibuk melayani di gereja sudah dipastikan bahwa kerohaniannya baik? Belum tentu. Jangan-jangan justru ia yang paling jauh dari Tuhan. Daniel tangguh, bahkan gua singapun tidak dapat menggoyahkan kerohaniannya.

Apa yang dialami Daniel juga persis dialami Tuhan Yesus tatkala menghadapi pencobaan iblis di padang gurun. Pencobaan berupa makanan, iblis mengatakan jadikanlah batu menjadi roti. Yesus dicobai tepat pada waktunya, karena saat itu memang Yesus lagi lapar, karena berpuasa selama empat puluh hari. Pencobaan kedua berupa kekuasaan, iblis berkata jatuhkanlah tubuh-Mu dari bubungan Bait Allah. Dan yang ke tiga pencobaan akan kerohanian Tuhan Yesus, si iblis minta supaya Tuhan Yesus menyembahnya. Begitu beraninya iblis itu, namun Tuhan Yesus menjawab, “Enyahlah , Iblis! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada DIa sajalah engakau berbakti!” (Mat 4 : 1-11) Yesus menang, ia tetap teguh dan tangguh. Bagaimana dengan kita sekalian? Apakah kita juga memiliki ketangguhan tatkala menghadapi berbagai malalah dan kesulitan di dunia ini? Tuhan Yesus menang, Daniel menang, dan kita harus menang juga.

Thursday, September 07, 2006

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS
(1 Samuel 12 : 1-8)

“Jawab mereka: "Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun." (1 Sam 12 :4)

Apabila seseorang tidak berbuat salah, maka ia tidak perlu merasa takut. Selama pemerintah di dunia menjalankan pengawasan yang benar, maka orang-orang benar tidak perlu merasa takut, sebab yang benar tetaplah benar; kecuali dipersalahkan dengan cara yang diselewengkan. Di kota Gilgal kira-kira 3000 tahun yang lalu ada seorang yang sungguh berani mempertaruhkan hidupnya dihadapan orang banyak. Orang itu bernama Samuel.

Samuel menyampaikan pidato yang bukan sekadar muluk-muluk. Samsudin Berlian seorang Magister Etika dan Sosial juga seorang Sarjana Teologi di dalam Harian Kompas menuliskan bahwa pada waktu itu Samuel itu tidak berjanji tentang kemajuan ekonomi, politik dan keamanan. Ia bukan pula mengucapkan berbagai perbaikan diri atas kegagalan yang telah diperbuatnya. Namun ia justru berkata demikian “Di sinilah aku berdiri, berikanlah kesaksian menentang aku dihadapan Tuhan. Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya padamu?

Mengapa Samuel begitu berani secara gamblang menantang rakyatnya? Apa rahasianya? Mulanya orang Israel mendesak Samuel agar mereka boleh memiliki seorang raja seperti negeri-negeri lain. Sebenarnya selama ini Samuel sendiri memiliki dua jabatan. Ia sebagai Hakim yang memimpin orang Israel sanma seperti raja, dan ia juga sebagai nabi. Negeri Israel berlaku sistem pemerintahan yang Theokrasi, artinya Allah sendiri yang memimpin umat Israel secara langsung melalui Samuel.

Pasal 8 : 1 Di sana mencatat bahwa ketika Samuel telah tua, maka anak-anaknya Yoel dan Abia menggantikannya menjadi Hakim. Tetapi sayang sekali, anak-anaknya tidak hidup seperti ayahnya. Mereka senantiasa mengejar laba, menerima suap dan memutar balikkan keadilan. Itu sebabnya maka tua-tua Israel berkumpul, mereka datang pada Samuel di Rama dan berkata kepadanya. “Engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau, maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami seperti pada segala bangsa lain” Kalimat ini sangat mengesalkan hati Samuel. Itu sebabnya Samuel datang kepada Tuhan. Lalu Tuhan memberikan penghiburan kepadanya, bahwa sesungguhnya yang mereka tolak itu bukan engkau tetapi Aku. Dengan demikian maka Samuel diminta Tuhan untuk mengurapi seorang raja manusia bagi orang Israel. Waktu itu yang terpilih adalah Saul.

Nah pidato yang disampaikan oleh Samuel justru tatkala ia tidak lagi memegang jabatan. Saat itu Samuel sudah menjadi masyarakat biasa. Ia datang menantang di muka umum. Samsudin Berlian menambahkan bahwa seorang pemimpin yang licik akan menantang rakyatnya pada saat ia sedang berkuasa, sebab saat itu rakyatnya pasti tidak berani menyalahkannya. Sering kita mendengar ABS, Asal Bapak Senang, jadi walaupun sang pemimpin bobrok, berengsek, lebih baik diam saja. Salah berkomentar malah jabatan sendiri terdepak. Samuel tidak demikian, saat ini justru ia tidak berkuasa lagi; jadi terbuka kesempatan bagi rakyat untuk menyeledikinya. Saul raja yang terpilih juga hadir di sana, dan ia bertindak sebagai saksinya.

Memang Samuel bukan orang yang sempurna seratus persen, sebab anak-anaknya tidak menjadi teladan yang baik sebagai hakim. Itu sebabnya di dalam 1 Samuel 12 :2 Samuel berkata “Anak-anakku laki-laki ada diantara kamu” Banyak penafsir yang mengartikan bahwa Samuel itu telah mencabut kedudukan anak-anaknya dengan tegas. Sehingga saat ini anak-anaknuya bukan lagi sebagai hakim lagi namun masyarakat biasa yang ada bersama-sama ornag Israel. Samuel tidak kompromi, ia juga tidak KKN atau tutup sebelah mata seperti para pemimpin masa kini. Pemimpin masa kini AAUSB? Apa itu? Asal Ada Uang Semua Beres? Berbeda dengan Imam Eli, ia terlalu lemah bertindak terhadap anak-anaknya. Sehingga kesalahannya berlarut-larut.

Satu tantangan bagi setiap orang dan keluarga orang percaya yang memiliki anak-anak. “Berkat Tuhan, kalau tidak dijaga dan dipelihara serta dipakai baik-baik. Akan menjadi malapetaka” Kecantikan dan uang adalah berkat, bila tidak dipakai secara baik-baik maka akan menimbulkan malapetaka. Demikian juga kepandaian (otak cemerlang) bahkan anak-anak kita. Bila kepandaina tidak terkendali dan mengarah pada takut akan Tuhan, maka malapetaka akan terjadi.

Dua minggu yang lalu saya sempat mengunjungi sebuah Colegge di San Jose. Kami membuka stand di sana untuk menyambut anak-anak Indonesia yang baru datang sekolah di San Jose. Dalam rangka itu secara tidak langsung kami juga memperkenalkan pelayanan kaum muda di GII San Jose tentunya. Melalui perbincangan dengan seorang bapak yang kebetulan mengantar anaknya ke sekolah; kami sempat berbicara banyak tentang masalah kehidupan. Memang saya ada bertanya apa usahanya, namun beliau tidak sempat memberitahukan. Tetapi dari pembicaraan itu saya mengetahui bahwa beliau tinggal di Kalimantan, dan memiliki rumah di Surabaya.

Anaknya ada tiga orang, namun semua sudah di Amerika. Dia merasa kesepian sekali, sebab isterinya juga lebih sering di Amerika ketimbang di Indonesia. Setiap Sabtu ia terbang dari Kalimantan ke Surabaya, hanya berkumpul dengan teman-teman, kongkow-kongkow dan berolahraga. Dia katakan di dunia ini walaupun uangnya banyak, namun tidak bisa berbuat banyak. Dahulu ia berpikir kalau uang banyak maka ia boleh setiap hari berpesta, namun kenyataannya uang banyak, makan malah harus ditakar dan banayk pantangan. Salah makan maka darah tinggi kambuh.

Saya sempat makan siang bersama dengannya, namun karena keterbatasan waktu saya hanya katakan kalimat singkat padanya, bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat Anda yang sejati. Uang banyak akan menjadi malapetaka kalau tidak dipergunakan dengan penuh hikmat dari Tuhan bukan?

Lihat Amsal 13 : 24 “Siapa yang tidak menggunakan tongkat, benci kepada anak-anaknya tetapi siapa yang mengasihi anaknya menghajar dia pada waktunya” Amsal 19 :18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya. Amsal 23 : 13-14 Amsal 23:13-14 “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan.Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati. “

Pada ayat 3 Samuel menantang mereka; lihatlah tantangannya “ Lembu /keledai siapa yang pernah kuambil? Siapakah yang pernah kuperas/kuperlakukan dengan kekerasan? Dari siapa aku telah merima sogok atau suap? Saya mengutip apa yang dikatakan Budi Asali yakni kata sogok (bribe) terjemahan hurufiah a covering (penutup adalah sogok/suap untuk menutupi mata Hakim terhadap kesalahan seseorang sehingga membenarkan yang salah.

Tantangan Samuel dalam ayat 3 ini mirip dengan tantangan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 8 : 6a “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Ternyata tidak ada seorangpun yang berani menerima tantangan itu. Jawab mereka “ Engkau tidak memeras kami, dan engkau tidak memeperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun” Umat Israel tetap memuji integritas kepemimpinan Samuel. Ia bersih, ia bebas dari kesalahan. Jadi benar sekali apa yang Tuhan katakan bahwa umat Israel bukan menolak Samuel, tetapi mereka menolak Tuhan.

Apa yang bisa kita pelajari dari Samuel ini? Kehidupan manusia itu sifatnya sementara. Pengkhotbah mengatakan semua itu ada waktunya. Saya coba dengan bahasa saya sendiri menguraikannya. Ada waktu untuk bertemu dan ada waktu untuk berpisah. Ada waktu untuk naik dan ada waktu untuk turun. Ada waktu untuk sukses dan ada waktu untuk gagal. Ada waktu untuk hidup dan ada waktu untuk mati. Jadi bukan seberapa lanjutnya usia kita lalu menentukan kita ini hidup berkualitas; tetapi dalam kurun waktu yang diberikan Tuhan untuk kita boleh hidup di dunia ini. Apa yang kita isi di dalam hidup ini?

Salah seorang pemuda di San Francisco Jumat lalu bersaksi demikian. Senin siang ia makan di sebuah restoran di downtown. Baru saja ia meneguk segelas Coke, tiba-tiba ia merasa sesak dan dengan cepat ia jatuh tergeletak. Kepalanya bocor karena terbentur meja marmer dan saya lihat oleh dokter dijepretkan beberapa steples. Dalam kesaksiannya ia berkata, waktunya berlangsung cepat sekali, ia tidaka sempat bekata-kata, tidak ada pilihan lain kecuali jatuh. Saya coba menyimpulkan bahwa hidup kita yang rentan ini butuh hikmat supaya setiap kita memakai kesempatan yang ada. Hidup bukan mainan yang dapat dimain-mainkan.

Beranikah kita menantang orang-orang sekitar untuk mengecek dan menilai hidup kita?
Adakah salah ku?
Adakah orang-orang yang pernah aku rugikan?
Adalah orang yang pernah kusakiti hatinya?
Adakah ornag-orang yang pernah merasa terhina olehku?
Adakah orang-orang yang menemukan kesalahanku?
Apakah Anda juga ditemukan seperti Samuel yang bersih dan bebas dari kesalahan?
Lalu kita tingkatkan lagi, mungkin kepada manusia kita tidak bersalah, karena kepandaiana kita menutupi kesalahan kita. Namun bagaimana dihadapan Tuhan?
Beranikah kita bertanya juga pada Tuhan Yesus?
Lihat, dan ingat Ia begitu megasihi kita. Ia rela mati untuk kita di atas kayu salib. Ia menyelamatkan kita dari dosa-dosa.
Beranikah kita datang padanya dan manantang?
Tuhan Yesus, apakah aku setia pada Mu?
Tuhan Yesus apakah dalam pelayananku masih ada motivasi buruk yang terselubung?
Tuhan Yesus apakah aku lebih mengutamakan engkau atau hal-hal lain?
Sebagai orang percaya , beranikah kita mengambil konsekuensi ikut Tuhan. Banyak orang mengaku percaya pada Tuhan Yesus namun ia tidak berani kalau menghadapi tantangan. Contoh yang paling sederhana adalah masalah baptisan. Ada banyak orang percaya yang sudah bertahun-tahun ke gereja, namun masih enggan dibaptis? Ada apa dengan kekeristenan kita? Memang baptisan tidak menentukan keselamatan. Tetapi karena kita sudah diselamatkan Tuhanlah maka kita harus bersedia dibaptis. Baptisan menunjukkan kesaksian Anda bahwa Anda sudah bertobat dan beriman kepada Tuhan Yesus. Baptisan juga memproklamirkan kepada orang banyak bahwa Anda ini orang Kristen? Mengapa untuk hal-hal yang kecil ini ada ornag yang tidak berani mengambil resiko? Kalau masalah ini saja merupakan hambatan, bagaimana lagi kalau kita menghadapi masalah yang lebih besar? Samuel berani datang kepada orang banyak dan sekaligus menantang, ia bersih, ia bebas. Kita rindu demikian bukan. Kita rindu hidup yang bersih dan bebas dari kesalahan yang menyakiti hati Tuhan kita.

WEJANGAN ORANG TUA

WEJANGAN ORANG TUA
( Yosua 23 & 24)

Yang paling ditakutkan kita adalah apabila “orang-orang yang dipakai begitu luar biasa oleh Tuhan pada masa mudanya, namun begitu lanjut usia justru mengecewakan Tuhan”. Tidak jarang kita menemukan contoh-contoh seperti ini di dalam Alkitab, misalnya Salomo dan Daud. Bahkan hamba Allah yang luar biasa seperti Musa, ia telah mengecewakan Allah pada masa hidupnya; sehinga Allah tidak mengijin kan di memasuki tanha Kanaan. Para pemimpin dunia juga ada yang demikian, misalnya presiden Marcos dari Filipina, atau presiden Soeharto dari negeri tercinta.

Namun ada satu pengecualian yakni Yosua. Ia seorang tokoh dan sekaligus pemimpin yang secara konsisten mengikuti Allah. Sebagai manusia memang Yosua pernah melakukan kesalahan juga seperti pada saat ia ditipu oleh bangsa Gibeon. Ceritanya begini ; bangsa Gibeon mendengar tentang apa yang dilakukan Yosua terhadap penduduk Yerikho dan Ai, itu sebabnya mereka menjadi takut maka demi menyelamatkan diri, mereka menyamar menjadi orang miskin dengan pakaian robek-robek mendatangi Yosua meminta belas kasihan. Akibatnya maka Yosua berjanji demi Allah bahwa mereka tidak akan dibinasakan.

Nah janji ini atas nama Allah, sehingga mereka benar-benar tidak boleh diusik lagi (lih psl 9). Namun kejadian ini diketahui oleh Yosua pada hari yang ke tiga. Lalu Yosua bertanya mengapa mereka menipunya? Yosua tidak dapat mebatalkan janji itu, karena atas nama Allah. Namun Yosua kemudian mengutuk mereka atas nama Allah supaya mereka menjadi budak Israel. Orang Gibeon tidak mengeluh, sebab sebagai budak mereka masih dapat hidup berdampingan dengan orang Israel, dan mereka masih mendapat perlindungan. Dan pada waktu itu mereka dijadikan Yosua tukang belah kayu dan tukang timba air.

Secara umum Yosua ini bersih. Itu sebabnya mengapa saya menganggap wejangannya begitu penting untuk kita pelajari. Mari kita lihat sekilas Wejangan tersebut .

I. YOSUA TELAH MENAATI SEMUA PERINTAH TUHAN

Siapa Yosua itu? Mulanya ia adalah Abdi Musa (lih Yos 1 :1), namun karena Musa mati, maka Yosua harus menggantikannya. Inilah regenerasi kepemimpinan dalam pelayanan. Pemimpin boleh saja mati, namun pekerjaan Tuhan tetap berlanjut. Jaman sekarang banyak pemimpin yang berkharisma. Kepemimpinannya luar biasa, namun ia tidak dapat menciptakan pelanjutnya. Tidak hanya itu, bahkan ada yang tidak berani berbicara tentang masalah pelanjut, kalau bisa jabatannya seumur hidup. Tidak salah menjabat seumur hidup seperti Musa, namun jauh-jauh hari semestinya sudah dipersiapkan calon pangganti. Supaya kharismanya bisa tertular pada generasi selanjutnya. Namun sebaliknya, banyak sekali pemimpin yang sudah uzur, masih mempertahankan kursinya. Jangan coba Anda menyentuhnya, kalau tidak mencari kesulitan.

Tentu tidak gampang bagi Yosua yang masih muda sebagai pengganti Musa. Ia bakal menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Dengan mata kepala sendiri Yosua pernah menyaksikan betapa tegar tengkuknya orang-orang Israel tatkala berontak kepada Musa. Ia juga pernah menyaksikan bagaimana orang-orang Israel itu bersungut-sungut tatkala mereka tidak puas dengan masalah konsumsi. Hingga hari ini Yosua masih ingat terhadap kedahsyatan Musa memepinpin orang Israel menyeberangi Laut Teberau dalam keadaan kering. Tentu semua ini menjadi tantangan yang besar? Apakah ia juga sanggup sejajar dengan Musa si pendahulunya itu? Bagaimana pendapat orang-orang Israel?

Namun kita bersyukur, berkali-kali Yosua mendapat perintah dan dukungan dari Tuhan Allah supaya kuat dan teguhkan hati. Peringatan Tuhan agar dia jangan pula menyimpang ke kanan ataupun ke kiri. Dan hingga usia lanjut semua perintah Tuhan sudah ditaati, itu lah yang membuat Yosua terhitung sebagai orang yang berhasil.

Setiap manusia memiliki hidup yang cukup rentan dan riskan. Khilaf saja sedikit kita akan jatuh pada kesalahan (dosa). Hingga hari ini tidak ada asuransi yang dapat kita beli untuk menjamin agar kita akan hidup bersih hingga masa tua. Oleh sebab itu yang kita butuh hanyalah ketaatan seperti Yosua. Format dari Tuhan itu selalu sama, apabila orang Israel taat, maka mereka menang. Sebaliknya apabila mereka tidak taat maka mereka kalah.

Kita datang dari latar belakang yang berbeda, namun kebutuhan kita sama. Kita butuh Tuhan, kita butuh petunjuk Arah hidup. Khususnya bagi mereka yang merantau ke luar kota untuk sekolah , bekerja dan menetap di sana. Apalagi mereka yang baru saja pindah ke suatu kota, kadang merasa sangat kesepian, teman belum ada, suasana asing sekali. Atau sebaliknya ada juga yang merasa justru bebas merdeka, tidak dikungkung lagi oleh orang tua. Dalam kondisi ini jika tidak ada firman Tuhan yang kita taati dan sebagai penopang hidup tentu akan menggoyahkan hidup kita.

II YOSUA TELAH MENGERJAKAN SEMUA PERINTAH TUHAN

Yosua sudah tua (lanjut usia). Saat itulah ia mengumpulkan para tua-tua Israel untuk membagikan beban yang ada dalam hatinya ( Yos 23 : 1). Ia telah menyelesaikan tugas di bumi ini, Ia telah memimpin umat Israel memasuki Tanah Perjanjian. Ia telah mengalahkan kekuatan-kekuatan Kanaan yang mengancam Israel. Ia telah menyelesaikan tugasnya untuk membagi tanah kepada suku-suku Israel. Dan saat ini ia akan meninggalkan pesan-pesan yang terakhir untuk umat Israel.

Menarik sekali ~ Yosua tidak menonjolkan nama pribadinya, tidak seperti para pemimpin masa kini, padahal boleh dibilang ia yang berjasa dan layak untuk semua ini. Para pemimpin masa kini sering menyebut, saya telah membangun ini dan itu. Saya telah mengangat siapa dan siapa. Saya merencanakan apa dan apa. Beda dengan Yosua, nama Tuhan yang ia kedepankan. Lihat ayat 3 “Dan kamu ini telah melihat segala yang dilakukan Tuhan Allahmu kepada semua bangsa di sini demi kamu, sebab Tuhan Allahmu, Dia telah berperang bagi kamu” Lalu ayat 5 mencatat “Tuhan Allah yang mengusir dan menghalau mereka dari depanmu”

Ayat 6 Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab Hukum Musa supaya kamu jangan menyimpang ke kanan maupun ke kiri. Nasihat yang ia terima dahulu waktu masih muda dari Tuhan, sekarang dengan nasihat yang sama ia pakai untuk menasihati umat Israel. Bahkan Yosua menambah kata “benar-benar” , menunjukkan ketegasan. Yosua tahu bahwa dengan menjalankan nasihat tersebut , maka langkah umat Israel juga akan berhasil.

Saya tidak tahu hingga detik ini masih adakah tersisa dalam hidup Anda segala janji yang belum terpenuhi. Apakah Anda sudah mengerjakannya? Hutang janji apa yang Anda belum bayar? Pelayanan apa yang belum Anda kerjakan? Komitmen apa yang Anda belum penuhi? Yosua telah melaksanakan semua? Lalu, kita bagaimana? Anda bagaimana?

III. YOSUA TELAH MEYERAHKAN SEMUA KEPADA TUHAN

Bagi Yosua, kemenangan demi kemenangan yang ia rebut tidak terlepas dari sangkut-paut dirinya dengan Tuhan. Makanya di ayat 8 nasihatnya supaya umat Israel harus berpaut kepada Tuhan; seperti yang telah dilakukan selama ini. Bagi Yosua apabila ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan maka Tuhan tidak segan-segan menolong dan meberikan kekuatan yang sangat dahsyat. Ayat 10 mencatat “ Satu orang saja dari padamu dapat mengejar seribu, sebab Tuhan Allahmu Dialah yang berperang bagi kamu” Satu melawan seribu, tidak tanggung-tanggung. Semua kekuatan ini tentu berasal dari Tuhan. Itulah sebabnya di ayat 11 dikatakan “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allah Mu”

Seseorang yang menyerahkan semua kepada Tuhan, pasti di dalam kehidupannya terlihat nilai plus. Tatakala Musa mengirim dua belas orang pengintai untuk mengintip kota Kanaan yakni negeri Perjanjian ini, maka sepuluh orang kembali dengan bersungut-sungut. Mereka berkata di kota itu penuh melimpah susu dan madu dan tinggal juga orang-orang yang bertubuh tegap (raksana) orang Enak; dengan demikian maka tidak ada harapan lagi bagi kita untuk merebut kota tersebut. Beda dengan pendapat dua orang lain yakni Yosua dan Kaleb, mereka juga melihat kota Kanaan penuh dengan susu dan madu, dan dihuni oleh orang-orang besar (raksasa), namun Yosua berkeyakinan akan merebut kota itu. Inilah letaknya kelebihan orang yang menyerahkan semua kepada Tuhan. Ada nilai plusnya.

Pada kesempatan lain tatkala Yosua menyampaikan pidato lanjutannya di Sikhem. Secara panjang lebar ia menyampaikan sejarah perjalanan panggilan mulai dari Abraham hingga memasuki negeri perjanjian itu. (lih dan banding dengan Yosua 24). Yosua juga menantang para pendengarnya untuk mengambil keputusan dalam hal keagamaan mereka. Yos 24:15 “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Sekali lagi letak perbedaan Yosua dengan umat Isreal lainnya. Ia memiliki nilai plus dari yang lain.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda memiliki nilai plus atau minus? Nilai minus nadanya biasanya sumbang atau tidak enak. Orang yang dipakai Tuhan dengan sungguh-sungguh harus memiliki nilai plus. Dengan demikian maka pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menebus dosa kita juga tidak sia-sia. Akhirnya biarlah kita tetap memegang wejangan orang tua yang bernama Yosua ini. Ia sukses karena keteguhan dan ketaatan serta kesetiaannya pada Firman Tuhan. Perjalanan hidupnya tidak menyimpang dari Firman Tuhan. Bahkan hingga akhir riwayat hidupnya ia ditemukan bersih.Kita juga rindu kehidupan yang demikian bukan? “Hanya, kuatkan dan teguhkan hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hokum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa, jangan menyimpang ke kanan dan ke kiri, supaya engaku beruntung kemanapun engkau pergi”.(Yos 1 : 7)

Tuesday, September 05, 2006

CAN I MOVE A MOUNTAIN OF LIFE?

CAN I MOVE A MOUNTAIN OF LIFE?
(Matius 17 : 20)

“Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkatakepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. “

Kita harus mengerti dengan baik kata-kata Yesus dalam ayat ini. Jangan kita pahami secara harafiah. Sebab sering kali kita juga dalam percakapan sehari-hari memakai kata ‘Gunung’ tidak dalam arti yang sebenarnya atau istilahnya kiasan ~ idiom. Contohnya, tidak jarang kita mendengar kaum ibu mengomel bahwa selama minggu ini ia sibuk sekali dengan tugas-tugas sehingga pakaiannya sudah “segunung” belum di cuci dan strika. Atau ada mahasiswa yang mengatakan bahwa dalam bulan ini “paper” (tugas) yang harus dikerjakannya itu “segunung”. Dulu sewaktu saya kuliah di Seminari malah ada teman saya yang bernama “Gunung”; dan lucunya bertepatan itu juga ada teman saya yang lain bernama “Kilat”. Gunung dalam kalimat-kalimat ini tentu bukan berarti “Gunung” yang sebenarnya, namun dalam pengertian cucian banyak, paper banyak dan nama orang.

Boleh dibilang secara pribadi saya belum pernah mendengar kalau ada gunung yang berpindah karena iman. Namun saya juga tidak menutup kemungkinan kalau Tuhan kita dapat melakukannya. Memang ada berita-berita yang pernah mengatakan bahwa ada gunung yang bergeser sedikit karena masalah gempa. Kita harus ingat bahwa tatkala Tuhan Yesus mengatakan bahwa gunung itu pindah bukan berarti Tuhan Yesus sedang main sulap seperti David Coperfield. Lalu bagaimana ini? Apa yang dimaksud dengan perkataan Yesus ini?

Orang Yahudi mempunyai kebiasaan menggunakan “kiasan” yaitu bahasa bandingan. Tuhan Yesus juga sering menggunakan itu supaya kalimat yang diucapkan itu gampang diingat dan dimengerti oleh murid-murid-Nya. Coba bandingkan dengan Yohanes 16:25 “Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu”.

Biji Sesawi menggambarkan sesuatu yang kecil ~ saya sendiri tidak pernah melihat biji tersebut. Namun kalau Anda pernah melihat benih tumbuhan bunga, mungkin kira-kira besarnya seperti itu. Gordon Powell menggambarkan Biji Sesawi itu besarnya seperti sebutir gula pasir, atau sebesar lubang jarum. Jadi sangat kecil dan lemah sekali. Sebaliknya kontras dari “Biji Sesawi” adalah “Gunung” melambangkan sesuatu yang besar, kokoh , tinggi dan perkasa. Dalam bahasa Inggrisnya disebut “Over Whelming” Artinya saking hebat dan spektakuler membuat kita kecil dan tidak berdaya. Anda pernah berlayar ke tengah lautan? Di situ kita melihat ke angkasa luas, bahwa diri kita terasa begitu kecil.

Kebanyakan penafsir menandaskan bahwa “Gunung” yang dimaksud di sini adalah problem atau masalah yang ada dalam hidup ini. Tuhan Yesus katakan bahwa engkau dapat memindahkan “Gunung” itu. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya? Can I move A mountain Of life?

I. Yang pertama, kita memerlukan The Dynamic Of Faith (Perlu Iman Yang Dinamis)

Iman atau Faith, Forsaking All I Trust Him. Iman yang dinamis itu adalah iman yang memiliki potensi dan kekuatan. Kekuatan itu harus memiliki Penopang yakni Tuhan Yesus. Iman yang dinamis bukan sekadar percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup menolong, tetapi beranjak dari itu ia juga harus telah mengalami pertolongan secara pribadi.

Banyak orang kalau ditanya apakah engkau percaya pada Tuhan Yesus? Mereka dengan spontan menjawab ya. Lalu kalau kita bertanya lagi apakah Tuhan Yesus sanggup membereskan masalahnya, maka sekali lagi ia menjawab dengan tegas, ya. Selanjutnya kita bertanya lagi, apakah kamu sudah mempertaruhkan seluruh masalahmu kepada-Nya, maka dia menjawab belum? Mengapa demikian? Karena imannya hanya sekadar percaya saja, belum samapi pada tingkat mempercayakan.

. Jadi jika hanya sekadar percaya saja tidak cukup, sebab banyak orang di luar sana juga percaya. Penampakan di luar saja juga tidak cukup, ia harus secara dinamis atau ada semacam kekuatan yang menembus hati kita yang terdalam. Itu sebabnya orang-orang yang mengalami pengalaman bersama Yesus akan terlihat perubahan yang nyata di dalam hidupnya.

Seseorang yang mengalami kuasa Yesus di dalam hidupnya pasti ada perubahan menuju yang lebih baik. Kalau tadinya ia malas sekarang menjadi rajin. Kalau tadinya ia suka menyontek sewaktu ujian, sekarang tidak lagi. Ada perubahan yang nyata. Anda tentu kenal Hollywood. Di sana para bintang selebrity berkumpul. Salah seorang aktor yang sekaligus sutradara Mel Gibson juga di sana. Ia menjadi kesohor dan melejit karena film The Passion Of The Christ yang disutradarai. Namun beberapa waktu yang lalu ia berurusan dengan polisi karena dalam keadaan mabuk ia mengendara mobil dengan kecepatan 140. Kita tidak menghakimi dia, namun karena beliau adalah orang yang sangat berperan dalam film yang terkenal, sehingga sorotan sangat tertuju kepadanya. Apalagi sebelumnya beliau berkali-kali telah melakukan kesalahan yang sama.

Saya hendak menyimpulkan bahwa ~ Iman yang dinamis adalah Iman yang ditambah dengan tindakan. Contoh yang konkret dapat kita baca dalam Ibrani 11. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. (ay. 4) Hampir semua tokoh Alkitab memperlihatkan iman ditambah dengan tindakannya. Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. (ay. 7) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. (ay.8)

Jadi kalau belum terlihat tindakan yang nyata, sangat sulit sekali dikatakan bahwa Anda itu beriman.

II. Yang ke dua, kita memerlukan The Progressive Of Faith (Perlu Iman Yang Progresif)

Iman progresif ini artinya iman yang semakin hari semakin bertambah percaya atau makin bertumbuh. Iman yang progresif juga berarti iman yang hidup. Tadinya mungkin sebesar Biji Sesawi, namun karena iman itu hidup maka ia makin lama makin besar.

Bagi orang yang baru percaya pada Tuhan Yesus sering kali mereka dianggap imannya baru bertumbuh. sehingga mereka masih perlu banyak belajar, mendengar, supaya lebih peka terhadap suara Tuhan. Namun ada juga orang yang sudah lama percaya, tetapi imannya tidak bertumbuh, bahkan makin kerdil. Lumayan jika sebesar Biji Sesawi, masih bisa memindahkan gunung; tetapi celakanya imannya itu kosong melompong. Inilah yang disebut orang percaya Bonsai. Bonsai itu pendek, rendah kecil, kusut, dan keriput. Sebaliknya karena begitu rindu hati bagi orang yang baru percaya untuk belajar mengenal Tuhan, maka ada diantara mereka yang imannya bertumbuh dengan pesat dan dewasa.

Rasul Petrus mengalami iman yang secara progresif ini dengan luar biasa. Tadinya ia telah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan ia hampir putus asa melihat-Nya sudah mati. Itu sebabnya dengan cepat tanggap ia mengajak teman-temannya kembali kepada profesi lama yakni memangkap ikan. Namun Tuhan tetap memelihara panggilan Petrus, itu sebabnya di tepi pantai Petrus mengalami kebangunan rohani yang dahsyat. Dengan demikian tadinya ia telah berinisiatif untuk kembali menangkap ikan, sekarang ia harus ikut perintah Tuhan Yesus untuk menjala manusia. Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bahwa hasil pelayanannya cukup dahsyat, ada lima ribu orang yang bertobat dan dibaptis melalui kotbahnya, tidak termasuk wanita dan anak-anak. (lih Yoh 21, dan Kis 2) Kisah 2:41 “ Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”.

Hari ini mungkin masih ada dosa yang masih melekat dalam diri kita? Kebiasaan buruk yang belum terhapus tuntas. Sebagai orang percaya maka kita harus memilki iman yang progresif ini. Semakin percaya pada Yesus maka semestinya semakin bertambah iman kita. Akhirnya kita berani seperti rasul Paulus berkata “Dahulu yang saya anggap itu keuntungan ternyata adalah sampah” Filipi 3:8 “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” Iman yang progresif yakni iman yang ditambah dengan pertumbuhan.

III. Yang ke tiga, kita memerlukan The Reality Of Faith (Perlu Iman Yang Realistis)

Iman yang realistis (nyata) ~ faktual tidak harus selalu logika. Tatkala Tuhan Yesus berkata “Jika engkau memiliki iman sebesar Biji Sesawi, maka engakau dapat memindahkan gunung ini ke sana” maka ada sebagian ornag mengatakan hal ini tidak masuk akal. Namun Yesus menambahkan bahwa hal ini tidak mustahil bagi orang percaya. Maka inilah fakta.

Kita perlu sadar bahwa manusia itu bukan mahluk “swasembada” artinya ia butuh lingkungan, ia butuh orang lain, termasuk yang paling ia butuh adalah Tuhan. Jadi apabila seseorang meletakkan seluruh ketergantungannya kepada Tuhan, maka disitulah terletak seluruh kekuatannya. Namun di dalam kebergantungan yang total kepada Tuhan itu, kita juga mebutuhkan iman yang realita. Artinya kita tidak mengandalkan iman yang membabi buta. Racun yang ada di dalam gelas, tetap adalah racun, walaupun kita tetap mengakui jika Tuhan Yesus dapat mengubahnya menjadi Coca-cola. Tatkala berita tersebar bahwa ombak Tsunami akan menerjang kota Anda, maka sebagai orang percaya kita perlu berdoa minta perlindungn Tuhan dan tetap waspada mencari jalan menyelamatkan diri. Walau kitapun percaya tidak mustahil kalau Tuhan sanggup meyelamatkan kita. Jadi, jangan coba-coba mengadakan tes terhadap Tuhan kita. Kita yakin dan percaya bahwa mujijat Tuhan Yesus sanggup, namun tetap kita menjaga agar diri kita tidak jatuh ke dalam hal-hal yang ekstrim. Iman yang realistis adalah iman yang memiliki keberanian untuk menghadapi kenyataan.

IV. Yang ke empat, kita memerlukan The Consistency Of Faith (Perlu Iman Yang Konsisten)

Iman yang Konsisten artinya setelah penyerahan kita secara total kepada Tuhan, maka dalam perjalanan hidupnya ia tetap percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Ia juga percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik dan nomer satu..

Ingat saja, Yesus mengatakan “Because you have little faith, I tell you the Truth, if you have faith as small a mustard seed you can say to this mountain, move from here to there and it will move nothing will be impossible for you” Artinya apa? Dalam konteks ini Tuhan Yesus tidak mengatkan to delete atau trash menuju Recycle bin; seperti sampah yang ada di computer kita. Tetapi “move” dipindahkan. Itu artinya jika problem itu masih ada, sebabagai orang percaya yang memiliki iman yang Konsisten, maka ia tetap saja percaya kepada Tuhan tidak goyah. Iman ornag percaya yang sejati adalah tatkala ketika telah bersandar kepada Tuhan dan mempercayakan segala persoalan kepada-Nya.

Tatkala rasul Paulus dan kawan-kawan berada di penjara, kalau mereka masih boleh tetap bernyanyi memuji Tuhan bukan berarti mereka itu sinting atau stress; tetapi lebih dari itu karena mereka percaya bahwa Tuhan ada bersama mereka dan mereka konsisten percaya kepada-Nya. Demikian juga teman-temannya Daniel yaitu Sadrak, Mesack dan Abednego. Mereka tetap teguh dan tidak goyah walaupun ada ancaman bahwa mereka akan dibakar hidup-hidup jika mereka tidak mau menyembah kepada Nebukadnezar. (lih Daniel 3 :17-18) “ Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Inilah yang kita katakan dengan Iman yang konsisten, Iman yang ditambah dengan kekonsistenan hati.

Banyak orang yang merasa terkecoh mengikut Tuhan. Mereka berpikir bahwa kalau mengikut Tuhan Yesus itu segala sesuatunya pasti beres. Ikut Tuhan Yesus berarti menjadi orang kaya. Atau ikut Yesus maka usaha kita pasti sukses. Bahkan saya pernah mendengar ada hamba Tuhan (pendeta) yang berkata ikutlah Yesus, maka engkau yang ke gereja hari ini naik motor dipersilahkana membuang helm. Engkau pulang pasti naik mobil. Benar sekali, setelah helm dibuang maka ia pulang naik mobil, yaitu mobil Mikrolet. Sebab kalau naik motor tanpa helm bisa ditangkap polisi. Apabila kita beriman seperti model begini, maka kekeristenan kita sangat rentan, sedikit saja mengalami kesulitan maka kita tidak segan-segan akan meyalahkan Yesus, bahkan meninggalkan-Nya. Tidak heran banyak orang yang dahulunya mengaku Kristen namun kini mereka tidak ke gereja lagi.

Iman yang konsisten justru ingin mengajarkan kita bahwa kita tidak hanya minta Tuhan memindahkan Gunung persoalan hidup kita. Namun sekali-kali mungkin ada baiknya kita mohon supaya Tuhan ijinkan dan memberikan kekuatan kepada kita mengalami dan menghadapi masalah tersebut. Kalau hari ini kita merasa bebas dari masalah yang sulit, bersyukurlah; karena kemungkinan besar Tuhan mengetahui bahwa Anda itu lemah sehingga kalau Anda menghadapi masalah maka Anda tidak kuat. Namun bila Anda menghadapi banyak masalah saat ini, juga bersyukurlah; sebab Allah mengerti kemampuan dan kapasitas Anda, bahkan Ia telah memberikan kekuatan kepada Anda untuk menghadapinya. (Bnd 1 Korintus 10 : 13) "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." (1Yohanes 5:4)