Tuesday, September 19, 2006

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA
(Daniel 1 : 1- 8, Dan 5 dan 6 , Mat 4 :1-11)

Kegoncangan iman akan terjadi dalam hidup kita apabila secara bertubi-tubi kita diperhadapkan dengan berbagai masalah, persoalan , tekanan dan sakit-penyakit. Bagi mereka yang tidak kuat, maka kegoyahkan dalam hidupnya akan terjadi. Bahkan kalau tidak hati-hati akan terjatuh. Namun bagi orang yang menyerahkan seratus persen hidupnya kepada Tuhan sebagai Penopang, justru menganggap goncangan ini sebagai suatu ujian dan latihan menuju hidup yang berkemenangan.

Di dunia modern ini, kegoncangan yang muncul dapat terjadi dari berbagai sudut. Mulai dari mainan anak-anak, film cartoon, buku bacaan (novel) Televisi, kebiasaan-kebiasaan, sakit-penyakit dan berbagai masalah. Bagaimana caranya kita menghadapi semua ini? Apakah diam saja? Cuek!

Mari kita coba telusuri dari seorang tokoh yang bernama Daniel. Siapa Daniel ini? Ia adalah seorang nabi Allah yang beberapa ribu tahun lalu hidup dalam pembuangan di Babel. Daniel ini pula yang telah menetapkan standard hidupnya untuk takut akan Tuhan. Apakah di dalam menjalankan hidup ini Daniel tidak menghadapi kesulitan? Tantangan apa yang dihadapinya sehingga membuatnya tangguh?

I . Meja Perjamuan Raja Nebukadnezar

Di dalam Daniel 1 :1 menceritakan bahwa Raja Yoyakim, raja Yehuda dikalahkan Nebukadnezar, raja Babel. Itu sebabnya perkakas-perkakas Bait Allah juga direbut dan dipakai oleh raja Nebukadnezar untuk perkakas di rumah dewanya. Bersamaan dengan itu dipilih orang-orang muda, kaum bangsawan Israel. Mereka yang tidak bercacat-cela, baik, berhikmat, cakap (pintar) untuk diajarkan tulisan dan bahasa Kasdim. Raja juga menetapkan bagi mereka suguhan pelabur, yakni santapan raja sebagai makanan mereka. Selama tiga tahun mereka akan digembleng tentang berbagai konsep tentang Babel, bahkan nama-nama mereka juga diubah. Dengan demikian setelah itu diharapkan orang-orang Isreal akan melupakan ke-Israelannya.

Menerima santapan raja itu berarti suatu penghargaan yang tertinggi dan makanan ini sudah tentu yang paling enak dan terbaik dari seluruh Babel dan sebaliknya. Apabila menolak santapan raja, itu berarti tidak taat pada raja. Pada jaman itu orang yang tidak taat akan mendapat hukuman yang berat, itu sebabnya Aspenas merasa takut. (lihat Daniel 1 : 10)

Mengapa Daniel menolak makanan itu? Sebenarnya semua makanan di Babel itu najis menurut ketentuan Allah (bnd Yehezkial 4 :13 rotinya najis, Hosea 9 :3,4 “Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis. Mereka tidak akan. mempersembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan, semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN” Jadi kalau Daniel bertekad menolak makanan itu bukan sekadar makanan itu najis, namun lebih dari itu karena makanan ini adalah hidangan bagi raja dan diperkirakan sudah dipersembahkan kepada dewa terlebih dahulu. Menerima makanan raja juga berarti berhutang budi dan harus taaat dan setia pada raja. Daniel menolak segala yang segala yang diharapkan dan kesempatan orang dunia, bukan karena Daniel itu sedang stress atau sakit jiwa. Tetapi karena Daniel sungguh-sungguh mencintai Tuhan, dan ia hanya mau taat kepada Tuhan saja.

Pengalaman hidup kita mungkin berbeda dengan Daniel, sebab kita tidak disajikan makanan yang dipersembahan kepada dewa (berhala). Namun jangan lupa, di jamam modern ini kita memiliki tantangan dalam bentuk lain. Bisa saja berupa menonton Televisi yang over dosis. Tidak jarang film telenovela Mexico dan drama Korea menyerap waktu kita berjam-jam, bukan hanya itu , film ini juga menghabiskan air mata Anda. Pesta-pesta, mobil mewah dan segala harta kekayaan juga menyerap waktu dan pikiran kita. Kita terbuai dengan semua itu dan bila tidak bijaksana dan hati-hati maka perlahan-perlahan kehidupan kita terserap ke arah sana. Sehingga walaupun kita pernah mengaku diri sebagai orang percaya, namun hidup kita telah diubah kembali, tidak seperti orang percaya.

Baru-baru ini saya bertanya pada salah seorang pemuda di gereja mengapa ia tidak ke gereja belakangan ini. Lalu ia menjawab bahwa dua minggu lalu orang tuanya merayakan HUT pernikahan, sehingga tidak dapat hadir, padahal orangtuanya juga orang percaya. Lalu saya bertanya lagi, kan minggu lalu Anda juga tidak hadir ke gereja?. Jawabnya minggu lalu ibu ulang tahun. Nah,. sebagai orang percaya yang sejati, seharusnya kita tahu jelas mana yang merupakan primer dan skunder. Yang mana yang harus didahulukan dan yang mana harus di nomerduakan atau selanjutnya. Orang Kristen yang sejati tidak dapat menawar-nawar lagi, Tuhan harus dinomer satukan. Daniel telah mempraktekkannya, ia telah mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya, termasuk terhadap sajian makanan yang paling enak di dunia.

II . Janji di malam Pesta Raja Belsyazar

Daniel 5 mencatat bahwa raja Belsyazar mengadakan pesta, para pembesar diundang menghadirinya. Dicatat bahwa yang hadir pada saat itu seribu orang. Ayat 2 terlihat perbuatan hujat dari Belsyazar. Dalam keadaan mabuk ia menitahkan orang-orangnya untuk membawa perkakas Bait Allah yang diambil ayahnya Nebukadnezar untuk mengisi minuman agar para pembesar , isteri dan gundik-gundiknya minum dari perkakas itu. Kurang ajar sekali bukan?

Pada saat itu tampak jari-jari tangan manusia pada kapur dinding istana raja di depan kaki dian (ay 5). Melihat kejadian ini maka raja menjadi pucat, pikiran gelisah, sendi-sendi pangkal pahanya lemas dan lututnya berantukan (ay 6). Kemungkinan besar temapat duduk raja Belsyazar tidak jauh dari kaki dian, karena biasanya para pembesar duduk dekat tempat terang semacam podium begitu. Dengan demikian maka tulisan itu dan tangan yang menulisnya dapat dilihat jelas sekali.

Orang-orang berhikmat yang hadir di sana tidak satupun yang dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu (ay 8). Itu sebabnya raja Belsyazar menjadi takut dan sangat cemas. Ia juga menjadi pucat, diikuti oleh para pembesar yang terperanjat.

Coba perhatikan, ternyata Daniel tidak hadir di sana. Seorang tokoh rohani sejati seperti dia harus berani tampil beda. Tatkala orang-orang lagi santai berpesta pora, ia harus berani menolaknya, karena ada tugas yang lebih penting yang harus dikerjakan untuk Tuhan. Ia harus senantiasa menyediakan waktu mengutamakan Tuhan. Beda dengan kebanyakan umat Tuhan masa kini. Kadang di gereja sudah memprogramkan acara jauh-jauh hari, masih saja ada umat Tuhan lebih suka memilih acara sekulernya sendiri. Daniel bahkan tidak segan-segan menolak hadiah yang diharapkan banyak orang, yakni kekuasaan yang ditawarkan sebagai hadiah baginya bila dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu.

“Tahanlah hadiahmu, berikanlah kepada orang lain” (ay 17) demikian kta Daniel. Hari ini tidak banyak orang yang sanggup berkata seperti Daniel. Bahkan orang percaya sekalipun, kalau sudah berbicara soal uang, tidak ada yang namanya saudara kandung; malah ada orang tua dan anak saling bertengkar dan memutuskan hubungan persaudaraan hanya gara-gara masalah ini.

Dari berbagai penjelasan Daniel disimpulkan bahwa , Belsyazar telah meninggikan diri terhadap yang berkuasa di sorga. Perkakas dari Bait-Nya telah dipermainkan. Itu sebabnya “mene, mene, tekel ufarsin” demikian tulisan di dinding terbaca (ay 25). Yang artinya “mene” masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, “tekel” tuanku ditimbang dan kedapatan begitu ringan, “peres” kerajaan Babel akan pecah dan diberikan kepada orang Media-Persia. Inilah hasil uraian yang disampaikan Daniel. Raja merasa puas, dan Daniel diangkat menjadi orang ke tiga di sana. Sementara Belsyazar seketika juga meninggal dunia.

Tuhan itu maha penyabar dan penyayang, hingga hari ini Dia masih sabar terhadap kita sekalian. Walaupun kadang kala kita melakukan segala sesuatu yang mencoba untuk menantang kesabaran-Nya. Namun kita perlu hati-hati dan waspada, kita tidak tahu kapan Tuhan berhenti dari kesabaran-Nya?

III. Gua Singa Raja Darius

Kali ini Daniel tidak menghadapi masalah atau kehidupan pribadi. Namun musuh-musuhnya justru coba mengusik segi kehidupan rohaninya, yakni kehidupan doa.

Hidup manusia memang unik dan antik. Apabila ia kaya maka banyak yang iri hari, sebaliknya bila ia miskin maka yang diterima hanya hinaan. Bila berkedudukan, maka orang-orang merasa cemburu padanya, namun bila tidak berpangkat bahkan memandangpun orang tidak mau. Saat ini Daniel adalah orang yang berpangkat, bahkan karena kelebihannya maka ia diangkat lebih tinggi di atas para pembesar yang ada. (Dan 6 : 4) Itu sebabnya tentu timbul kecemburuan dari setiap rekan-rekan pejabat lainnya. Mereka berusaha mencari kesalahan Daniel, namun tidak diketemukan. Satu-satunya yang dapat dianggap kesalahan karena Daniel beribadah kepada Allah. Setiap hari , tiga kali Daniel berdoa kepada Tuhan.

Kesempatan ini dipakai oleh para pembesar lainnya untuk menjebak Daniel. Mereka datang kepada Raja Darius dengan mengiming-imingkan penghormatan tertinggi baginya. Secara manusia tentu raja Darius merasa terhormat sebab mereka menghendaki seluruh rakyat termasuk pejabat selama 30 hari berturut-turut tidak boleh menyembah kepada dewa apapun, kecuali menghormati dan menyembahnya. Siapa saja saja yang kedapatan tidak mengikuti peraturan ini, akan dimasukkan ke dalam gua singa yang sudah disediakan.

Walaupun demikian, oleh keteguhan Daniel maka ia tetap saja pada pendiriannya. Tiga kali sehari ia tetap berdoa pada Allah. Oleh sebab itu maka para pembesar lainnya, melaporkan masalah ini kepada raja Darius, sehingga ia dimasukan ke dalam gua singa. Namun heran sekali, Daniel yang berada di dalam gua singa, namun tidak diusik oleh singa itu, tetapi Raja Darius yang berada di istana justru tidak dapat tidur nyenyak. Pagi-pagi ia sudah bangun, untuk memastikan bahwa Daniel yang dikasihnya itu diselamatkan oleh Tuhan Allah yang disembahnya. Karena Daniel selamat, maka sebagai gantinya orang-orang yang menghasut Daniel itu yang dimasukkan ke dalam gua singa. Alkitab mencatat, belum saja mereka dimasukkan , para singa sudah siap menerkam.

Jaman ini kita tidak mendapat ancaman gua singa itu. Namun kadang –kadang gua singa kita bisa muncul dalam bentuk lain. Kesibukan sehari-hari dapat saja menyerang kerohanian kita. Kesuksesan dan bahkan kesibukan dalam pelayanan juga dapat menyita waktu kita menjadi jauh dari Tuhan. Jangan pikir kalau orang percaya itu sibuk melayani di gereja sudah dipastikan bahwa kerohaniannya baik? Belum tentu. Jangan-jangan justru ia yang paling jauh dari Tuhan. Daniel tangguh, bahkan gua singapun tidak dapat menggoyahkan kerohaniannya.

Apa yang dialami Daniel juga persis dialami Tuhan Yesus tatkala menghadapi pencobaan iblis di padang gurun. Pencobaan berupa makanan, iblis mengatakan jadikanlah batu menjadi roti. Yesus dicobai tepat pada waktunya, karena saat itu memang Yesus lagi lapar, karena berpuasa selama empat puluh hari. Pencobaan kedua berupa kekuasaan, iblis berkata jatuhkanlah tubuh-Mu dari bubungan Bait Allah. Dan yang ke tiga pencobaan akan kerohanian Tuhan Yesus, si iblis minta supaya Tuhan Yesus menyembahnya. Begitu beraninya iblis itu, namun Tuhan Yesus menjawab, “Enyahlah , Iblis! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada DIa sajalah engakau berbakti!” (Mat 4 : 1-11) Yesus menang, ia tetap teguh dan tangguh. Bagaimana dengan kita sekalian? Apakah kita juga memiliki ketangguhan tatkala menghadapi berbagai malalah dan kesulitan di dunia ini? Tuhan Yesus menang, Daniel menang, dan kita harus menang juga.

No comments: