Thursday, November 09, 2006

PEMIMPIN YANG PANTANG MUNDUR

PEMIMPIN YANG PANTANG MUNDUR
(Nehemia 1 : 1-4, 11; 2 : 1-8, 10, 18, 19; 4: 6; 6:1-3, 15-16)

Mugkin masih belum punah dari ingatan kita sebuah lagu yang berjudul “Maju Tak Gentar” yang selalu kita nyanyikan sewaktu upacara bendera atau memperingati Hari Kemerdekaan dan Hari Besar. Isinya “Maju tak gentar, membela yang benar. Maju serentak ,pasti kita menang. Maju tak gentar, saya lupa kata-katanya..” Lagu ini penuh semangat, dengan harapan bila musuh menyerang maka kitapun tetap maju tanpa gentar. Kondisi begini tidak segampang kita bernyanyi. Sering kali di dalam kenyataan, apabila kesulitan datang menyerang maka kita mundur terlebih dahulu. Pada kesempatan ini kita melihat seorang tokoh yang bernama Nehemia. Apa saja yang dilakukannya sehingga kita boleh sebut dia sebagai seorang pemimpin yang pantang mundur.

I. Pemimpin yang pantang mundur harus memiliki Visi dan Misi yang jelas.

Kita tidak ada informasi yang terlalu banyak mengenai siapa Nehemia ini. Namun di dalam Nehemia 2 :1 ia menyebut dirinya bin Hakhalya, dan juga pekerjaannya sebagai Juru Minuman raja ( ada penulis yang memberi dia gelar si Bar Tender). Pada jaman itu seorang Juru minuman raja disebut juga sebagai tangan-tangan yang murni dan ia juga adalah orang kepercayaan raja. Kepiawaian Juru minuman raja juga merupakan suatu kebangaan bagi Istana. Ratu Syeba sempat tercengang tatkala melihat Juru Minuman raja Salomo ( lihat 1 Raja 10 : 5, 2 Taw 9 :4).

Seorang Juru minuman raja tentu sangat dekat dengan raja, ia bisa saja menjadi pembisik raja dan keluarganya untuk hal-hal yang luput dari pengamatan orang lain. Namun ia juga harus menanggung resiko besar bila raja dibunuh (dikudeta) , maka kemungkinan ia pun harus disingkirkan atau dibunuh; sebab ia merupakan seorang yang terlalu banyak mengetahui rahasia kerajaan.

Nehemia 1 mencatat bahwa salah seorang saudaranya yang bernama Hanani melaporkan tentang keadaan orang-orang Yahudi yang terluput dalam penawanan dan tentang Yerusalem. Rupanya orang-orang Yerusalem itu saat ini sedang berada dalam kesukaran besar dan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. “Pada saat Nehemia mendengar ini maka duduklah ia menangis dan berkabung selama beberapa hari dan berdoa dihadirat Allah ( lih Nehemia 1: 4-11)

Rupanya Nehemia tidak mahir bersandiwara atau membohongi diri seperti kebanyakan orang percaya masa kini. Ia tidak dapat menutupi perasaan dirinya bahwa pada saat itu hatinya sedang gunda gulana dan wajahnya terlihat sedih. Jika mau gampang maka Nehemia bisa saja mengambil tabungannya lalu titipkan kepada Hanani untuk menolong orang-orang Yerusalem seperti yang dilakukan kebanyakan orang pada masa kini juga . Kirim saja sumbangan sekadarnya seperti yang dilakukan untuk mereka yang korban gelombang Tsunami di Nias, Aceh dan Pangandaran, setelah itu habis perkara. Tetapi Nehemia mau berbuat sesuatu yang lebih dari itu. Ia membiarkan ketenangan batinnya dan kenyamanan hidupnya digantikan dengan duka-cita.

Itu sebabnya tatkala raja Artahsasta melihat adanya perubahan di wajah Nehemia, maka bertanyalah ia sebenarnya apa gerangan yang terjadi?. Padahal dengan berwajah muram di depan raja adalah suatu perbuatan yang sangat membahayakan. Ia bisa dihukum mati. Kesempatan dialog ini dipakai oleh Nehemia untuk mengutarakan perasan dan visinya kepada raja. Ia menceritakan keadaan kampung halamannya sekaligus mengutarakan apa yang hendak ia perbuat. “ Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu, utuslah aku ke Yehuda ke kota pekuburan nenek-moyangku, supaya aku membangunnya kembali” ( Nehemia 2 : 5)

Nehemia memiliki visinya yang sangat jelas sekali. Ia bukan sekadar mendukung di dalam doa dan dana, tetapi sekaligus ia akan mendukung di dalam daya-nya. Terus terang ketika saya merenungkan kembali bagian ini, secara pribadi saya sangat tertegur. Gereja dan sekolah di kampung halaman saya saat ini sedang membutuhkan dana untuk membangun kembali kelas taman-kanak-kanak dan pastori gereja yang telah terbakar tahun yang lalu gara-gara keteledoran tetangga. Sejak kecil saya sekolah dan mengenal Tuhan di tempat ini. Bahkan saya juga boleh belajar melayani di tempat ini hingga saya sekolah teologia ke Malang juga atas bea siswa mereka. Saya berutang keselamatan pada pelayanan pendahulu di gereja ini. Saat ini mereka memiliki kebutuhan, itu sebabnya saya merasa sangat tertegur. Mungkin saya tidak dapat dapat seperti Nehemia menuju langsung ke kampung halaman saat ini, tetapi paling sedikit saya dapat berbuat sesuatu untuk mereka melalui cara saya tersendiri. Saya berdoa agar Tuhan memberikan hikmat kepada saya.

Hari ini kita banyak bertemu dengan anak-anak Tuhan yang visi dan misinya tidak jelas. Mereka menggebu-gebu ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan, namun kalau sudah berhubungan dengan pengorbanan maka tunggu dulu. Orang-orang muda merasa bangga kalau menjadi guru Sekolah Minggu, namun kalau tiba pada saat kelas persiapan dan dan kehadirannya yang dituntut lebih awal maka hal ini menjadi pergumulan. Beranikah kita seperti Nehemia yang rela meninggalkan jabatan tertingginya, untuk terjun langsung ke dalam dunia pembangunan yang penuh dengan kesulitan dan tantangan?

Sebaliknya kita juga banyak menemukan anak-anak Tuhan yang baru berkorban sedikit saja telah merasa jasanya besar sekali. Orang seperti ini sangat bahaya, sebab kalau ternyata ia berkorban yang lebih banyak, maka ia bisa menginjak-injak kepala pendeta, para majelis di gereja dan anggota lainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena visinya tercemar pada motivasi dan ambisi. Dia pikir dengan uang dapat mengerjakan dan mengatur semuanya. Nehemia tidak demikian, motivasinya sangat murni sekali, ia rela tinggalkan kesenangannya, ia mau peduli , ia rela berkorban, ia juga cinta Tuhan dan sesama. Apakah Anda dan saya rindu berbuat demikian?

2. Pemimpin yang pantang mundur harus memiliki strategi yang mantap

Tatkala Nehemia telah mengantongi ijin dari raja, maka ia segera minta sebuah surat pengantar untuk disampaikan kepada para bupati dan juga kepada Asaf pengawas Taman Raja, supaya beliau menyediakan material untuk keperluan pembangunan awal.

Rupanya tidak semua niat baik kita selalu disenangi orang, itu sebabnya tidak heran bila Sanbalat dan Tobia tidak senang akan niat baik Nehemia ini. Padahal jelas sekali tujuannya adalah mengusahakan kesejahteran bagi orang Israel. Heran memang, di dunia ini masih ada saja orang yang senang bila melihat orang lain susah. Jaman dulu kita mengenal istilah “Tengkulak” , boleh dibilang mereka ini yang memonopoli hasil tanaman orang desa. Tatkala para mahasiswa KKN ke desa, mereka mengajarkan cara bercocok tanam yang lebih baik, cara memasarkan dan membuka wawasan bagi mereka, maka hal ini sangat menganggu kenyamanan para Tengkulak; sebab keuntungannya bakal berkurang. Tidak beda bukan bahwa para Tengkulak itu merasa tidak senang melihat kesejahteraan ornag lain. Pernahkah Anda punya pikiran seperti itu? Bila ada harus cepat-cepat bertobat.

Nehemia memulai visi dan misinya dengan cara yang cukup unik. Survey dilakukan pada malam hari (Nehemia 2 : 11- dst), tanpa diketahui oleh orang lain. Selesai mengadakan survey Nehemia memberitahukan dan sekaligus mengajak orang-orang Yahudi membangun kembali reruntuhan Yerusalem. “Ketika kuberitahukan kepada mereka betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi Aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka “ kami siap untuk membangun” Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang yang baik itu” Jadi walaupun masih ada orang-orang yang tidak mendukung seperti Sanbalat da kawan-kawan, namun ia tetap maju. Beda dengan para pemimpin masa kini, ada pemimpin yang “plin plan”, kadang hari ini ia mengatakan begini besoknya berkata begitu. Pemikirannya tidak pernah kita ketahui. Di wajahnya senyum-senyum dengan Anda, namun di hatinya penuh taktik dan akal busuk. Apa lagi Visi dan Misinya, sudah pasti tidak jelas, tergantung perasaan dan dapat diombang ambingkan orang lain. Kalau ia lagi senang maka semuanya akan berjalan lancar; namun kalau ia lagi bermasalah, bahkan yang gampangpun dapat dipersulit. Mereka yang “plin plan’ ini tidak cocok untuk menjadi pemimpin, sebab ia tidak berani mengambil keputusan dengan tegas. Saya harap pemimpin yang model begini tidak ada di gereja Anda.

Nehemia tidak demikian, dia bukan orang model “Plin Plan”, strateginya mantap dan melibatkan banyak orang. Ia tidak hanya bergantung pada orang-orang tertentu, tetapi ia ingin semua orang dapat mengerjakannya. Jemaat Tuhan sering kali kecewa karena mereka tidak dilibatkan dalam tugas pelayanan di gereja, sebab para pendeta dan majelis matanya lebih tertuju pada mereka yang kaya-raya saja. Kadang bagi mereka yang rohaninya tidak dewasa, maka apabila ia memberikan persembahan dalam jumlah “besar” , maka ia merasa sekan-akan gereja adalah miliknya.

3. Pemimpin yang pantang mundur harus memiliki Tekad yang Bulat

Bukan nabi Nehemia namanya kalau hanya mengalami sedikit tantangan saja langsung mundur dalam tugas-tugasnya. Nehemia telah mengorbankan segala-galanya untuk visi dan misinya yang luar biasa ini. Walaupun di depan mata ada Sanbalat dan Tobia beserta kawan-kawannya yang selalu mengancam segala suatu yang dikerjakannya, namun ia tetap saja melaksanakan rencananya. Sebab ia tahu bahwa Allah senantiasa menjadi perlindungannya. Nehemia 4 : 6 mencatat “Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.

Seorang pemimpin yang merasa dirinya kuat dan hebat karena mengandalkan diri sendiri sesungguhnya ia adalah pemimpin yang paling lemah. John Stott mengatakan bahwa seorang pemimpin Kristen semestinya memiliki lima unsur yakni Visi yang jelas, kerja keras, ketekunan, ketabahan dan pelayanan yang rendah hati dan disiplin baja; dan Nehemia ternyata memiliki semua ini. Kemudian Stott melanjutkan lagi bahwa sebenarnya ada dua dosa yang terbesar yang dimiliki oleh para pemimpin yakni;

Yang pertama, Pesimisme, jadi ada sedikit saja ancaman langsung mundur. Dalam konteks Indonesia kita biasa dididik dengan cara demikian. Apalagi mereka yang keturunan Tionghoa, para orang tua selalu mengajarkan sikap mengalah. Jangan memperbesar persoalan. Sikap mengalah ini yang kemudian berkembang hingga dewasa, cara menghadapi pejabat juga demikian. Mengalahnya dengan cara memakai uang, dan akibatnya timbul kolusi , KKN dan segalanya. Saya tidak mengatakan bahwa korupsi itu diakibatkan oleh mereka, tetapi cara mengalah inilah yang merupakan salah satu sumbernya.

Yang kedua, sikap Pasrah, sikap yang menerima keadaan. Hal ini juga mebauat kita tidka maju. Kiita harus tanggalkan sikap mengalah dan pasrah itu, dan coba mengambil sikap lain yang juga diajarkan oleh nenek moyang orang Tionghoa yakni “ Ai Pia Ciak Eh Ya” apa maksudnya? Jika Anda hendak berhasil, maka harus berjuang dan bersaing, kalau tidak mau ya tidak akan pernah berhasil

Nehemia memiliki mental baja seperti ini, Maju pantang mundur. Musuh berusaha menyerang dan menggagalkan, namun ia tetap berjuang. Olok-olokan, kritikan datang bertubi-tubi dari pihak Sanbalat dan kawan-kawan, namun ia tetap mengerahkan pekerjanya untuk mengerjakan tugasnya. Bahkan tatkala ada ancaman yang lebih membahayakan, maka para pekerjanya dilengkapi senjata, jadi di sebelah tangan mereka memegang senjata, lalu tangan lain memegang alat bekerja. Nehemia 6 : 15-16 mencatat bahwa akhirnya pekerjaan pembangunan itu selesai. Dan tatkala para musuh mengetahui ini maka takutlah mereka semua dan kehilangan muka. Mereka menjadi sadar bahwa tangan Allah turut membantu di dalam pembangunan ini.

Di dalam konteks kerja di kantor atau pelayanan di gereja juga kadang kita bertemu dengan kondisi yang sama. Ada saja orang-orang yang tidak senang dengan kita. Kadang karena kelicikannya sehingga kelakuannya sulit kita tebak. Kerjanya hanya mengeritik, mencari kesalahan bahkan ingin menghancurkan kita. Celakanya semua ini dilakukannya dibelakang kita, tidak pernah terus terang. Lalu apakah kita harus mundur menghadapi orang-orang model begini? Atau apakah kita harus memasang jurus melawan mereka? Kita akan kehabisan tenaga bila tergoda melawan mereka, sebab orang-orang begini ibarat sampah dan kita akan melawan kesia-siaan. Saya pikir apa yang dilakukan Nehemia dapat juga kita lakukan. Jika Tuhan Allah yang mendukung kita, maka orang-orang model begitu pasti segera ditelanjangi dan dipermalukan. Roma 8:31 mencatat “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

Wednesday, November 01, 2006

IDE CEMERLANG YANG TIDAK TERDUGA

IDE CEMERLANG YANG TIDAK TERDUGA
Keluaran 18 : 1-27

Coba kita ingat kembali, pernahkah di dalam kehidupan kita dibanjiri persoalan yang bertubi-tubi sehingga kita merasa seakan-akan tidak ada jalan keluar? Kita pikir tidak ada lagi harapan, buntu, karena sudah cukup lama mentok di dalam masalah yang sama. Kebosanan mulai muncul. Keletihan kerja mulai terasa, semangatnyapun sudah menurun. Namun uniknya di saat-saat itu tiba-tiba muncul orang-orang yang tidak kita duga, kemudian dengan ide cemerlangnya membangunkan semangat kita kembali. Jika bukan rancangan Tuhan tentu hal seperti ini tidak akan terjadi.

Naaman pernah mengalami kasus seperti ini. Tatkala ia menghadapi penyakit kustanya, dan boleh dibilang tanpa pengharapan lagi. Tiba-tiba muncul pembantunya memberi usul. Yang menarik adalah Naaman tidak mengabaikan usul itu, walaupun yang menyampaikannya seorang pembantu. Demikian juga dengan Musa, tatakala ia menghadapi berbagai tekanan dan pergumulan memimpin umat Israel. bahkan emosinya juga sudah tidak terkendali. Maka tanpa diduga Alah memakai seseorang yang diluar perhitungannya untuk memberi penyelesaian terhadap persoalan yang sedang dihadapainya. Siapa sebenarnya sumber yang diluar dugaan itu?

Yitro, mertua Musa yang juga seorang imam dari Midian. Ia telah mendengar bagaimana Allah telah memimpin Musa sang menantunya dengan penuh keajaiban tatkala merka keluar dari tanah Mesir. Dan ketika bangsa Israel menuju negaranya, maka Yitro mengambil kesempatan mengantar putrinya Zipora dan cucunya mengunjungi Musa yang sebelumnya Musa memulangkannya untuk sementara ke tempat mertuanya. (lihat Kel 18 :1-7)

Jadi walaupun Yitro telah mendengar kabar tersebut, tetap saja Musa menceritakan kejadian tersebut (ayat 8). Apa yang disaksikan Musa justru membuat Yitro sangat bersuka-cita, sebab ternyata Tuhan menyelamatkan Musa dari tangan orang-orang Mesir. Cerita ini membuat diri Yitro bertobat. Demikianlah apa yang dikatakan Yitro “ Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka." (Ayat 11) Sebagai respon ucapan syukur Yitro kepada Tuhan ia mempersembahkan korban sembelihan bagi Allah. Lalu Harun dan semua tua-tua Israel diundang datang untuk makan bersama dihadapan Allah.

Permisi Tanya? Pernahkah kita merasakan sebagai suatu ucapan syukur atas keselamatan yang diberikan Tuhan? Pernahkah kita mengungkapkannya dengan mengembalikan berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita? Kadang kita begitu “enjoy” dengan keadaan yang ada, sehingga kitapun lupa bahawa sesungguhnya kita perlu mengucap syukur dan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Selama ini kita menampung berkat yang dicurahkan, namun penyalurannya masih terhambat gara-gara kita tidak komitmen pada Tuhan. Hal ini tentu merupakan suatu tantangan bagi kita semua bukan? Sadarkah banyak sekali orang percaya yang tatkala waktu senggang lebih memikirkan untuk menyenangkan diri sendiri ketimbang Tuhan. Tatkala kalender merah, maka rencanapun menumpuk, mulai dari piknik di dalam bahkan di luar negeri; acapkali acara gereja dikorbankan. Antara Retreat dengan piknik ke luar negeri (Kapal Pesiar) otomatis yang lebih menarik adalah piknik. Namun pernahkah kita sebagai anak Tuhan memprioritaskan untuk Tuhan lebih utama? Kidapat mencobanya, asal minta pertolongan Tuhan.

Sebagai seorang mertua ternyata Yitro cukup memperhatikan menantunya yang saat itu sedang bertugas berat. Dari pengamatannya secara pribadi ternyata ia melihat bahwa tugas Musa itu sangat berat, apalagi ia harus mengerjakannya sendiri. Bayangkan saja, setiap hari Musa berhadapan dengan berbagai masalah yang timbul dari bangsa Israel. Satu persatu mereka datang untuk “konseling” pada Musa. Mulai dari masalah pribadi, keluarga dan masalah-masalah lainnya. (ayat 13-16) Dengan demikian bila menjelang malam Musa merasa sangat lelah, sementara itu mereka yang masih berdiri di dalam antrian pulang dengan kekecewaan dan frustrasi. Melihat keadaaan ini maka Yitro berkomentar demikian “ Tidak baik seperti yang kau lakukan itu, engkau akan menjadi sangat lelah. Baik engkau bangsa yang beserta engkau ini. Takkan engkau sanggup melakukannya sendiri. (Ayat 17-18)

Memang agak jangggal kelihatannya, sebab sejak mula tidak biasa kalau Musa mengerjakan sesuatu sendiri. Tatkala ia dipanggil Tuhan di semak belukar, ia mengaku tidak pandai berbicara, itu sebabnya Tuhan memberikan Harun sebagai pendampingnya. Namun herannya saat ini, ia menjalankan kerjanya sendiri. Melihat keadaan yang rumit ini maka Yitro memberikan saran dan ide yang cemerlang. Sungguh munculnya tidak terduga sama sekali.

Jaman sekarang sering kali orang yang lebih tua dianggap kuno, kolot tidak berteknologi dan sebagainya. Namun beda dengan Musa, ia mau belajar dari mertuanya, sebab ia tahu paling sedikit ada pelajaran yang berharga yang dapat diperolehnya. Coba kita lihat jurus cemerlang apa saja yang diajarkan Yitro kepada Musa?

1 .Musa harus menjadi penengah, antara Allah dan rakyat. Dengan demikian maka kehidupan Musa sendiri harus membawa prioritas kepada Tuhan. Dengan demikian ia boleh mengerti dengan jelas apa yang diinginkan-Nya.

2.Musa harus mengetahui Kehendak Alllah supaya penyampaiannya kepada rakyat Israel tidak salah

3. Musa harus mendelegasikan tanggung-jawabnya kebeberapa orang
Yitro menyerankan Musa mencari orang-orang yang cakap, takut akan Allah dan dapat dipercaya. Orang itu juga harus benci kepada pengejaran suap. Hanya merekalah yang boleh menjadi pemimpin ( 18 :21) Cara kerja yang disaran Yitro ini yang dipakai hingga hari ini oleh para ahli management dan juga organisasi-organisasi resmi. Pendelegasian tugas, sehingga menciptakan sinergi yang lebih besar.

Apa yang menjadi pelajaran kita hari ini?
Sebagai seorang percaya kita harus menentukan prioritas dalam hidup kita. Terlalu banyak tuntutan yang harus dijalankan dalam kehidupan orang percaya. Tanpa pertolongan Tuhan kita tidak sanggup menjalaninya. Makanya prioritaskan hidup kita agar senantiasa berjalan di dalam kehendak Tuhan. Ada empat syarat agar kita selalu menjadi prioritas kita :

1. Kita tidak boleh mengabaikan hubungan kita dengan Allah. Jadi demi menjaga agar hubungan kita semakin dewasa dihadapan Tuhan maka kita perlu pengalaman dengan Tuhan. Maka untuk mendapatkan pengalaman itu maka kita perlu sungguh-sungguh belajar firman Tuhan, setelah itu kita perlu juga mengalami hubungan yang intim dengan-Nya dengan demikian maka kita dapat menceritakan kepada orang lain.

2.Kita tidak boleh mengabaikan keluarga. Hubungan dengan Allah tidak boleh menggantikan hubungan kita dnegan orang-orang beriman sekitarnya terutama keluarga. Lihatlah Musa, di saat sibuk dengan segala tugas, ia masih sempat bertemu dengan isteri dan anak-anak dan juga dengan mertuanya. “Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya. Orang itu murtad dan lebih buruk dari seorang beriman (1 Tim 5 :8)

3. Kita tidak boleh mengabaikan tanggung-jawab pekerjaan kita. Di dalam Kolose 3 : 23, 24 rasul Paulus mengatakan “Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan baguimu sebagai upah “ Jadi fokus memusatkan perhatian kepada segala tugas dengan penuh tanggung –jawab sangat penting. Membaca Alkitab, melayani Tuhan itu penting bagi orang percaya, namun kalau pada saat jam kerja Anda membaca Alkitab dan melayani Tuhan; maka Anda telah melalaikan tanggung jawab sebagai orang percaya di tempat kerja.

4. Tidak mengangap remeh siapapun, baik dia orang yang lebih muda, maupun yang lebih tua, mereka yang lebih lemah atau bawahan. Mungkin bagi banyak orang menganggap sang mertua itu orang kolot dan ketinggalan jaman, namun bagi Musa justru mertuanya sebagai sang penyelamat sebab idenya sangat cemerlang dan munculnya tanpa di duga. Jika tidak ada intervensi Tuhan, kita yakin semua ini tidak bakal terjadi.

Lihatlah Tuhan Yesus, ia tetap menghargai semua orang, termasuk orang yang berdosa bahkan mereka yang memusuhi-Nya. Lalu sebagai pengikut-Nya kita melakukan kesalahan yang besar bila kita menganggap remeh orang lain. Tuhan menciptakan semua manusia unik, mereka memiliki kelebihan tersendiri. Mari kita ambil kesempatan untuk melihat kelebihan orang lain, tinggalkan kebiasaan yang selalu menganggap rendah seseorang. Mana tahu, mungkin Anda saat ini yang akan dipakai Tuhan memberi ide cemerlang pada orang lain?

ONE NIGHT WITH THE KING*)


ONE NIGHT WITH THE KING*)
(Kitab Ester )

Ada orang mengatakan “Lakukan hari ini apa yang baik yang hendak engkau lakukan hari ini, jangan tunggu sampai hari esok, atau untuk selama-lamanya engkau tidak pernah akan melakukannya” Artinya bahwa setiap kita yang hidup di dunia ini memiliki momen penting yang dapat kita gunakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang baik dan bermanfaat, namun jika momen tersebut tidak kita hargai dan pergunakan, dengan baik maka hasilnya adalah penyesalan untuk selama-lamanya. Kesempatan sering kali hanya berlaku satu kali.

Ester merupakan seorang sosok wanita yang telah mempergunakan kesempatan itu, walaupun di dalam prakteknya tidak segampang minum seteguk air atau memakan sesuap nasi. Apa yang dikerjakan Ester, sehingga karyanya patut dihargai dan dicatat dalam sejarah hingga hari ini?

1. One Night With The King, Ester terpilih menjadi ratu menggantikan wasti.

Sebelum jaman Ester, rupanya orang-orang Yahudi mengalami perang saudara sehingga bangsa Yahudi sendiri terbagi menjadi dua bagian. Kerajaan bagian Utara dan bagian Selatan. Kerajaan Utara biasanya disebut Israel dan Kerajaan Selatan disebut Yehuda. Raja-raja di dalam kedua kerajaan itu kebanyakan tidak berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, itu sebabnya Allah membawa penghukuman kepada mereka.

Yekhonya yang juga dikenal dengan nama Yoyakhin, raja muda yang memerintah th 597 SM. Namun sayang, ia hanya berkuasa selama tiga bulan saja sebelum Nebukadnezar dari Babel datang menyerang dan mengirimnya ke Babel beserta harta karun di Bait Suci. (2 Raja 24 : 8-17). Nah sebelas tahun kemudian, ia datang lagi menyerang dan sekaligus menghancurkan Yerusalem serta menawan orang-orang Yahudi di Babel. Sedangkan kerajaan Babel sendiri kemudian jatuh ke tangan raja Media dan Persia pada th 539 SM. Ahasyweros menjadi raja di kerajaan Media dan Persia th 485 SM sekitar seratus tahun setelah kejatuhan Yerusalem.

Kitab Ester merupakan sebagian kecil sejarah kehidupan orang Yahudi yang hidup dalam pengasingan di Persia. Uniknya kitab Ester ini tidak mencatat nama Tuhan atau Allah, sehingga ada beberpa teolog, termasuk Martin Luther menghendaki agar kitab ini diocopot saja dari Alkitab. Namun, kitab Ester ini mencatat kisah yang mengagumkan, dan ini merupakan bukti campur-tangan dan intervensi Tuhan sehingga kita tetap mempertahan kitab ini.

Dalam kisah Ester nanti kitya juga akan menjumpai beberpa tokoh penting, misalnya raja Ahasyweros (raja Media Persia), Mordekhai (saudara Ester yakni anak pamannya yang lebih tua dari dia, sehingga nantinya beliau yang mengasuih Ester, karean kedua orang tua Ester telah meninggal dunia), Haman (si biang kerok yang hendak melenyapkan ornag Yahudi) dan Ester ( Sang pengganti ratu Wasti) sendiri.

Pada tahun ke tiga tatkala raja Ahasyweros memerintah, ia mengadakan pesta. Para pembesar diundang untuk hadir. Selain itu juga diadakan pameran segala harta kekayaannya selama seratus delapan puluh hari (lih ay 4). Sementara pada waktu yang sama ratu wasti juga mengadakan pesta, beliau mengundang tenam-teman wanitanya. Selain itu juga diadakan tujuh hari pesta secata khusus, pada hari ke tujuh , raja Ahasyweros ingin kalau ratu wasti hadir dengan mengenakan pakaian ratunya, sebab wajah ratu wasti sangat elok. Tetapi entah kenapa ratu Wasti tidak memenuhi undangan tersebut, dengan kata lain ia menolak. Hal inilah yang membuat kekesalan dan kegeraman raja. Oleh karena itu raja memutuskan bahwa untuk selama-lamanya ia tidak akan bertemu dengan ratu wasti, karena kelakuannya dianggap penghinaan terhadap suami dan para pembesar Istana (Ester 1 : 19). Namun di dalam pasal 2, raja Ahasyweros sudah redah amarahnya, sehingga ia mengingat kembali akan ratu wasti itu. Tetapi sayangnya ia sudah mengambil keputusan sehingga tidak ada pengharapan lagi bertemu dengan wasti tersebut. Melihat keadaan demikian maka para biduanda di kerajaan mengusulkan agar dikumpulkan para wanita cantik sejagat dan meminta raja memilih seorang yang berkenan menggantikan wasti. Atas dorongan Mordekhai, maka Ester memakai kesempatan ini untuk ikut di dalam kontestan tersebut, padahal ia adalah orang Yahudi namuin ornag-ornag tidak mengetahuinya.

Biasanya sebelum menghadap raja mereka diharuskan merawat diri Selama satu tahun, enam bulan memakai minyak mur dan enam bulan lagi memakai minyak wangi-wangian. Setelah itu masih harus menunggu giliran dipanggil oleh raja. Biasanya mereka yang dipanggil untuk menghadap raja, boleh meminta apa saja sebelum bertemu dengan raja, namun tatkala giliran Ester , ia tidak meminta apa-apa. Itu sebabnya maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari semua perempuan lain. Baginda mengenakan mahkota kerajaan ke aats kepalanya dan mengangkatnya menjadi ratu menggantikan wasti.


2. One Night With The King, Mordekhai berhasil menyadarkan Ester

Di dalam kegembiraan raja memilih Ester menjadi ratu menggantikan wasti, teryata di depan pintu gerbang Istana sida Bigtan dan Teresh merasa sakit sakit hati kepada raja. Kita tidak tahu mengapa mereka sakit hati. Saya memperkirakan saja, mungkin saudara perempuannya tidak terpilih menjadi ratu? Itu sebabnya mereka berdua sepakat berniat hendak mebunuh raja. Namun rupanya niat buruk ini tercium oleh Mordekhai, sehingga secepatnya ia memberitahukan kepada Ester. Dan Esterpun dengan cepat tanggap mempersembahkan informasi ini kepada raja atas nama Mordekhai. Ester 2 : 23 mencatat “ Perkara itu benar, maka kedua orang itu disulahkan di tiang peristiwa itu dicatat dalam sejarah”

Yang agak mengherankan adalah, tatakala peristiwa pembunuhan itu berhasil terungkap dan digagalkan, Haman justru yang mengalami kenaikan pangkat. Padahal yang berjasa semestinya adalah Mordekhai. Haman adalah pejabat yang sangat benci kepada Mordekhai, karena Mordekhai tidak pernah sembah sujud dihadapannya. Mengapa demikian? Kemungkinan karena orang Yahudi memilki hukum Taurat yang mengajarkan bahwa “Jangan ada allah lain, apalagi sujud menyembah kepadanya”. Bersujud kepada sesama manusia berarti meperilah manusia itu, itu sama dengan menyembah berhala. Itu sebabnya maka Mordekhai mepertahankan keagamaannya, ia hanya mau sembah sujud kepada Tuhannya saja. Hal ini lah yang membuat rasa benci yang makin bertambah dari Haman, apalagi ketika diketahaui bahwa Mordekhai adalah orang Yahudi, maka Haman bukan hanya hendak membunuh Mordekhai, namun atas kehebatan Haman, raja telah menyetujui rancangannya untuk membunuh seluruh orang Yahudi. (lih Ester 3 : 6, 10)

Tatkala Mordekhai mendengar semua yang terjadi ini, maka ia mengoyakkan pakiannya pertanda ia berkabung, itu sebabnya ia tidak boleh masuk ke dalam pintu gerbang istana, karean tidak seorangpun yang boleh masuk dengan pakaian berkabung. Pada saat Ester mengetahui keadaan Mordekhai ini, maka sangatlah risau hatinya. Itu sebabnya Ester mengirim orang untuk bertanya apa gerangan yang sedang terjadi dengan Mordekhai itu. Kemudian Mordekhai menceritakan semua rancangan Haman dan menunjukkan salinan perundang-uadangan yang telah disahkan untuk membunuh orang Yahudi di Susan beberap waktu yang lalu. Kepada Hatah ornagnya Ester, Mordekhai memberi pesan agar Ester segera menghadap raja. Namun Ester menjawab Mordekhai bahwa walaupun ia sebagai ratu, ia tidak dapat begitu saja bertemu raja, kalau raja tidak mengulurkan tongkat emasnya. Sudah tiga puluh hari ini ia tidak dipanggil untuk menghadap raja.

Ester mendapat balasan dari Mordehkai yang nadanya sangar menantang: “ Jangan kira karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi” Kelanjutannnya , “Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu” ( Ester 4 : 13-14) Kalimat “Pertolongan dan kelepasan dari pihak lain” sengaja saya pertebal hurufnya, karena di sinilah letak intervensi dari Tuhan dan hal inilah yang membuat mengapa kitab Ester kita pertahankan masuk di dalam Alkitab kita. Kalimat ini sangat menggetarkan Ester, itu sebabnya Ester minta supaya Mordekhai berpuasa mendukungnya untuk menghadap raja.

Sekadar rileks, beberapa waktu lalu saya pernah menerima sebuah email yang mengkisahkan tentang Tikus. Seekor tikus mengintip celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada makanan pikirnya? Tapi, dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan; "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!" Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggrauki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku sakit kepala-lah." Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!" "Wah, aku menyesal dengan khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "Tetapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam doa-doaku!" Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. "Oh? Sebuah perangkap tikus? Jadi saya dalam bahaya besar yah?" kata lembu itu sambil ketawa, berleleran liur. Jadi tikus itu kembalilah ke rumah, dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.

Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsa. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Si istri kembali ke rumah dengan tubuh menggigil, demam. Dan, sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itu pun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, mencari ayam untuk bahan supnya. Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak langsung sembuh. Banyak tetangga yang datang membesuk, dan tamu pun tumpah ruah ke rumahnya. Ia pun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa, kambing di kandang dia jadikan gulai. Tapi, itu tak cukup, bisa itu tak dapat ditaklukkan. Si isteri mati, dan berpuluh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang pun dijadikan makanan, untuk puluhan pelayat dan peserta selamatan.

Dari cerita ini kita mendapat pelajaran bahwa, apabila kita mendengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan dipikir itu tidak ada kaitannya dengan dirinya, ingatlah bahwa apabila ada "perangkap tikus" di dalam rumah, seluruh "ladang pertanian" ikut menanggung resikonya. Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari pada baiknya. Oleh sebab itu Mordekhai menasihati Ester agar jangan anggap remeh dengan persoalan di luar kerajaan.

Bukankah sering kali kita menghadapi keadaan demikian? Di luar sana ada persoalan, dan masalah, kita masih berpikir tidak ada hubungannya dengan kita? Tatkala Korea Utara mengadakan pencobaan Nuklir, apakah masalah itu benar-benar tidak ada kaitannya dengan kita? Tatkala lingkungan kita bobrok, apakah hal itu benar-benar tidak ada hubungan dengan kita? Pernahkah terpikir dari kita untuk meperbaikinya? Pernahkah kita melakukan sesuatu? Lebaran kali ini saya mendengar banyak sekali orang-orang Indonesia yang berlibur ke Luar Negeri, beberapa orang memang saya ketemu di sini, karena mereka mengunjungi anak-anaknya. Ada teman saya yang ke Sydney Australia, yang lain lagi ke Kuala Lumpur , Malaysia. Masih ribuan orang yang saya tidak tahu dan tidak kenal yang juga berpergian ke Luar Negeri. Jika saya katakan pada orang-orang Amerika bahwa masyarakat Indoensia perlu ditolong karena mereka sedang krisis, banyak bencana terjadi dan sebagainya, saya yakin mereka akan menertawakan saya. Rakyat Indonesia sesungguhnya tidak krisis ekonomi, yang ada adalah Krisis Berbagi Kasih kepada mereka yang sedang mengalami kesulitan dan masalah. Akibatnya sekelompok ornag bersenang-senang, dan yang lainnya menderita. Kalaupun terpaksa, maka yang dibagikan hanya sekadar berupa bantuan Sembako


3. One Night With The King, raja Ahasyweros membalas jasa kebaikan yang dilakukan Mordekhai

Mata pelajaran apa yang paling membosankan kita? Sering kali bagi mereka yang tidak suka dengan sejarah menganggap bahwa mata pelajaran itu sangat membosankan, sebab selalu berbicara tentang tahun-tahun masa silam dan nama-nama orang yang sudah meninggal dunia. Saya tidak tahu siapa yang memulai kebiasaan ini, ada pula orang percaya yang mengatakan bahwa, bila tengah malam tidak bisa tidur, maka ambil Alkitab lalu membacanya supaya cepat tidur. Ingat, anjuran ini adalah ajaran sesat, bila tidak bisa tidur jangan membaca Alkitab, kualat. Justru kalau hendak membaca Alkitab, lakukanlah setelah Anda bangun dari tidur, sebab saat itu Anda lagi bersemangat dengan tenaga baru.

Ester 6 diawali dengan catatan bahwa raja Ahasyweros tidak dapat tidur malam itu. Itu sebabnya ia memanggil orangnya untuk membacakan catatan sejarah, tidak tahu apakah dengan mebacakan kitab sejarah, raja menjadi gampang tidur. Di dalam sejarah yang dibacakan tercatat bahwa Mordekhai pernah memberitakan bahwa Bigtan dan Teresy kedua sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu beriktiar membunuh raja. Maka rajapun bertanya, "Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apapun." Permisi Tanya, pernahkah Anda mengalami kondisi seperti Mordekhai ini? Anda telah mengeluarkan banyak tenaga dan usaha bahkan mengorbankan banyak uang demi membantu atau menolong seseorang, namun orang yang Anda tolong tidak menghargai Anda. Atau sebaliknya, Anda pernah ditolong, didukung , namun hingga hari ini sama seperti raja Ahasyweros Anda belum mengucapkan sepatah kata “Terima Kasih” kepada orang tersebut? Malam itu juga, raja merasa perlu memberikan sesuatu penghormatan kepada Mordekhai.

Raja bertanya kepada Haman, apakah yang harus dilakukan kepada orang yang berkenan menghormatinya? Kata Haman di dalam hati, siapa lagi kalau bukan dirinya yang paling berkenan dihadapan raja? Apalagi saat itu Haman baru mengantongi undangan dari Ester untuk hdir bersama raja did lam suatu perjamuan khusus. Itu sebabnya maka Haman menjawab, kepada orang yang patut mendapat penghormatan raja itu harus dikenakan pakaian kerajaan, lalu naikkan ke kuda yang pernah dinaiki raja dan kenakan mahkota di kepalanya. Sesudah itu arakkan orang tersebut kepada orang banyak. Betapa kaget dan jengkelnya Haman, tatkala raja Ahasyweros memerintahkan kepada Haman untuk melakukannya pada Mordekhai. Satu peringatan kepada kita, jangan pernah berniat jahat dan menganggap remah pada orang lain, kadang Tuhan bisa memakai cara tersendiri mempermalukan kita dihadapan orang tersebut.

Sekarang apakah Anda ada berhutang kebaikan pada seseorang yang sudah terlupakan? Terus terang saya tidak tahu ada atau tidak? Namun jika Anda mengaku diri sebagai orang yang sudah diselamatkan Tuhan, itu berarti Anda sedang berhutang kepada Tuhan Yesus bukan? Bagaimana cara Anda mengembalikan kebaikanNya? Kadang saya bertemu dengan orang yang mengaku percaya, namun di dalam kehidupannya tidak menunjukkan cirri dan tingkah bahwa ia orang percaya. Jangankan memberi persembahan untuk medukung pelayanan, hadir saja ke gereja sudah tersendat-sendat. Sedikit sibuk dengan pekerjaan, atau kuliah, maka kegiatan ke gereja dan pelayanan yang dikorbankan. Itukah rasa ungkapan terima kasih kita? Jika kita sungguh mengakui Tuhan Yesus sangat mengasihi kita dna telah menyelamatkan kita, maka apapun kita rela korbankan untuk Dia.

4. One Night With The King, Haman digantung dengan gantungan yang dibuat sendiri, orang Yahudi selamat

Kejengkelan Haman semakin bertambah, itu sebabnya ia harus dengan segera melenyapkan Mordekhai. Tiang gantungan sudah disediakan, tinggal tunggu waktu yang tepat untuk melenyapkannya. Haman merasa pengharapannya masih ada, sebab dia masih mengantongi undangan perjamuan dari sang ratu. Namun rupanya tanpa di duga, justru di perjamuan inilah, kedok Haman terbongkar. Ester membuka kartu Haman. Raja Ahasyweros murka, dan menaikkan Haman ke tiang gantungan yang telah diperbuatnya untuk Mordekhai dan ornag Yahudi.

Ester telah melakukan karya yang besar, coba bayangkan bila Haman tidak mendapat penghukuman ini, maka orang-orang Yahudi akan dibantai habis. Karya besar yang dilakukan Ester beresiko tinggi, bila raja tidak berkenan bertemu dengannya, maka ia bisa mendapat hukuman pula. Namun ia sudah siap dan rela mengorbankan segala-galanya demi penyelamatan satu bangsa. Tidak dapat kita pungkiri, tangan Tuhan terlibat di dalamnya.

Kita juga diingatkan kepada Tuhan Yesus bukan, ia rela mengambil resiko besar, ia mati sendiri di atas kayu salib demi penyelamatan kita dari kuasa maut. Bayangkan saja, jika Tuhan Yesus tidak bersedia mengalami pengorbanan, tentu Anugerah tersebut tidak kita terima hari ini.

One Nigh With The King mengajarkan kita bahwa sebagai orang percaya kita harus sungguh-sungguh menghargai kesempatan yang ada. Kita jangan menganggap remeh orang lain, apa lagi mereka yang sedang ditimpah persoalan. Hidup manusia itu seperti roda yang berputar, mungkin saat ini kita berada pada posisi yang paling puncak, jadi kelihatannya aman-aman saja. Namun jangan lengah, orang yang berada dipuncak berarti harus bersiap-siap menuju ke bawah. Jangan pernah merasa kecewa bila tidak mendapat perhatian atau penghargaan orang lain, sekali lagi penghargaan manusia sifatnya sementara. Tatkala Anda dipuji terus-menerus, justru Anda perlu hati-hati, mungkin besok Anda akan mendapatkan cacian. Ingatlah ayat ini , Ibrani 6:10 “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.

*) Tadinya saya tidak tahu kalau film Ester lagi main di Bioskop, sehabis kotbah di Sacramento salah seorang jemaat di sana bertanya, apakah saya terinsipirasi menyampaikan Ester dari film One Ninght With The King? Kaget juga, saya, namun inilah alasan saya untuk mengatakan bahwa saya tidak lagi promisi film itu, saya sendiri belum nonton film tersebut, kecuali ada tiket gratis.