Thursday, September 07, 2006

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS
(1 Samuel 12 : 1-8)

“Jawab mereka: "Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun." (1 Sam 12 :4)

Apabila seseorang tidak berbuat salah, maka ia tidak perlu merasa takut. Selama pemerintah di dunia menjalankan pengawasan yang benar, maka orang-orang benar tidak perlu merasa takut, sebab yang benar tetaplah benar; kecuali dipersalahkan dengan cara yang diselewengkan. Di kota Gilgal kira-kira 3000 tahun yang lalu ada seorang yang sungguh berani mempertaruhkan hidupnya dihadapan orang banyak. Orang itu bernama Samuel.

Samuel menyampaikan pidato yang bukan sekadar muluk-muluk. Samsudin Berlian seorang Magister Etika dan Sosial juga seorang Sarjana Teologi di dalam Harian Kompas menuliskan bahwa pada waktu itu Samuel itu tidak berjanji tentang kemajuan ekonomi, politik dan keamanan. Ia bukan pula mengucapkan berbagai perbaikan diri atas kegagalan yang telah diperbuatnya. Namun ia justru berkata demikian “Di sinilah aku berdiri, berikanlah kesaksian menentang aku dihadapan Tuhan. Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya padamu?

Mengapa Samuel begitu berani secara gamblang menantang rakyatnya? Apa rahasianya? Mulanya orang Israel mendesak Samuel agar mereka boleh memiliki seorang raja seperti negeri-negeri lain. Sebenarnya selama ini Samuel sendiri memiliki dua jabatan. Ia sebagai Hakim yang memimpin orang Israel sanma seperti raja, dan ia juga sebagai nabi. Negeri Israel berlaku sistem pemerintahan yang Theokrasi, artinya Allah sendiri yang memimpin umat Israel secara langsung melalui Samuel.

Pasal 8 : 1 Di sana mencatat bahwa ketika Samuel telah tua, maka anak-anaknya Yoel dan Abia menggantikannya menjadi Hakim. Tetapi sayang sekali, anak-anaknya tidak hidup seperti ayahnya. Mereka senantiasa mengejar laba, menerima suap dan memutar balikkan keadilan. Itu sebabnya maka tua-tua Israel berkumpul, mereka datang pada Samuel di Rama dan berkata kepadanya. “Engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau, maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami seperti pada segala bangsa lain” Kalimat ini sangat mengesalkan hati Samuel. Itu sebabnya Samuel datang kepada Tuhan. Lalu Tuhan memberikan penghiburan kepadanya, bahwa sesungguhnya yang mereka tolak itu bukan engkau tetapi Aku. Dengan demikian maka Samuel diminta Tuhan untuk mengurapi seorang raja manusia bagi orang Israel. Waktu itu yang terpilih adalah Saul.

Nah pidato yang disampaikan oleh Samuel justru tatkala ia tidak lagi memegang jabatan. Saat itu Samuel sudah menjadi masyarakat biasa. Ia datang menantang di muka umum. Samsudin Berlian menambahkan bahwa seorang pemimpin yang licik akan menantang rakyatnya pada saat ia sedang berkuasa, sebab saat itu rakyatnya pasti tidak berani menyalahkannya. Sering kita mendengar ABS, Asal Bapak Senang, jadi walaupun sang pemimpin bobrok, berengsek, lebih baik diam saja. Salah berkomentar malah jabatan sendiri terdepak. Samuel tidak demikian, saat ini justru ia tidak berkuasa lagi; jadi terbuka kesempatan bagi rakyat untuk menyeledikinya. Saul raja yang terpilih juga hadir di sana, dan ia bertindak sebagai saksinya.

Memang Samuel bukan orang yang sempurna seratus persen, sebab anak-anaknya tidak menjadi teladan yang baik sebagai hakim. Itu sebabnya di dalam 1 Samuel 12 :2 Samuel berkata “Anak-anakku laki-laki ada diantara kamu” Banyak penafsir yang mengartikan bahwa Samuel itu telah mencabut kedudukan anak-anaknya dengan tegas. Sehingga saat ini anak-anaknuya bukan lagi sebagai hakim lagi namun masyarakat biasa yang ada bersama-sama ornag Israel. Samuel tidak kompromi, ia juga tidak KKN atau tutup sebelah mata seperti para pemimpin masa kini. Pemimpin masa kini AAUSB? Apa itu? Asal Ada Uang Semua Beres? Berbeda dengan Imam Eli, ia terlalu lemah bertindak terhadap anak-anaknya. Sehingga kesalahannya berlarut-larut.

Satu tantangan bagi setiap orang dan keluarga orang percaya yang memiliki anak-anak. “Berkat Tuhan, kalau tidak dijaga dan dipelihara serta dipakai baik-baik. Akan menjadi malapetaka” Kecantikan dan uang adalah berkat, bila tidak dipakai secara baik-baik maka akan menimbulkan malapetaka. Demikian juga kepandaian (otak cemerlang) bahkan anak-anak kita. Bila kepandaina tidak terkendali dan mengarah pada takut akan Tuhan, maka malapetaka akan terjadi.

Dua minggu yang lalu saya sempat mengunjungi sebuah Colegge di San Jose. Kami membuka stand di sana untuk menyambut anak-anak Indonesia yang baru datang sekolah di San Jose. Dalam rangka itu secara tidak langsung kami juga memperkenalkan pelayanan kaum muda di GII San Jose tentunya. Melalui perbincangan dengan seorang bapak yang kebetulan mengantar anaknya ke sekolah; kami sempat berbicara banyak tentang masalah kehidupan. Memang saya ada bertanya apa usahanya, namun beliau tidak sempat memberitahukan. Tetapi dari pembicaraan itu saya mengetahui bahwa beliau tinggal di Kalimantan, dan memiliki rumah di Surabaya.

Anaknya ada tiga orang, namun semua sudah di Amerika. Dia merasa kesepian sekali, sebab isterinya juga lebih sering di Amerika ketimbang di Indonesia. Setiap Sabtu ia terbang dari Kalimantan ke Surabaya, hanya berkumpul dengan teman-teman, kongkow-kongkow dan berolahraga. Dia katakan di dunia ini walaupun uangnya banyak, namun tidak bisa berbuat banyak. Dahulu ia berpikir kalau uang banyak maka ia boleh setiap hari berpesta, namun kenyataannya uang banyak, makan malah harus ditakar dan banayk pantangan. Salah makan maka darah tinggi kambuh.

Saya sempat makan siang bersama dengannya, namun karena keterbatasan waktu saya hanya katakan kalimat singkat padanya, bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat Anda yang sejati. Uang banyak akan menjadi malapetaka kalau tidak dipergunakan dengan penuh hikmat dari Tuhan bukan?

Lihat Amsal 13 : 24 “Siapa yang tidak menggunakan tongkat, benci kepada anak-anaknya tetapi siapa yang mengasihi anaknya menghajar dia pada waktunya” Amsal 19 :18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya. Amsal 23 : 13-14 Amsal 23:13-14 “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan.Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati. “

Pada ayat 3 Samuel menantang mereka; lihatlah tantangannya “ Lembu /keledai siapa yang pernah kuambil? Siapakah yang pernah kuperas/kuperlakukan dengan kekerasan? Dari siapa aku telah merima sogok atau suap? Saya mengutip apa yang dikatakan Budi Asali yakni kata sogok (bribe) terjemahan hurufiah a covering (penutup adalah sogok/suap untuk menutupi mata Hakim terhadap kesalahan seseorang sehingga membenarkan yang salah.

Tantangan Samuel dalam ayat 3 ini mirip dengan tantangan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 8 : 6a “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Ternyata tidak ada seorangpun yang berani menerima tantangan itu. Jawab mereka “ Engkau tidak memeras kami, dan engkau tidak memeperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun” Umat Israel tetap memuji integritas kepemimpinan Samuel. Ia bersih, ia bebas dari kesalahan. Jadi benar sekali apa yang Tuhan katakan bahwa umat Israel bukan menolak Samuel, tetapi mereka menolak Tuhan.

Apa yang bisa kita pelajari dari Samuel ini? Kehidupan manusia itu sifatnya sementara. Pengkhotbah mengatakan semua itu ada waktunya. Saya coba dengan bahasa saya sendiri menguraikannya. Ada waktu untuk bertemu dan ada waktu untuk berpisah. Ada waktu untuk naik dan ada waktu untuk turun. Ada waktu untuk sukses dan ada waktu untuk gagal. Ada waktu untuk hidup dan ada waktu untuk mati. Jadi bukan seberapa lanjutnya usia kita lalu menentukan kita ini hidup berkualitas; tetapi dalam kurun waktu yang diberikan Tuhan untuk kita boleh hidup di dunia ini. Apa yang kita isi di dalam hidup ini?

Salah seorang pemuda di San Francisco Jumat lalu bersaksi demikian. Senin siang ia makan di sebuah restoran di downtown. Baru saja ia meneguk segelas Coke, tiba-tiba ia merasa sesak dan dengan cepat ia jatuh tergeletak. Kepalanya bocor karena terbentur meja marmer dan saya lihat oleh dokter dijepretkan beberapa steples. Dalam kesaksiannya ia berkata, waktunya berlangsung cepat sekali, ia tidaka sempat bekata-kata, tidak ada pilihan lain kecuali jatuh. Saya coba menyimpulkan bahwa hidup kita yang rentan ini butuh hikmat supaya setiap kita memakai kesempatan yang ada. Hidup bukan mainan yang dapat dimain-mainkan.

Beranikah kita menantang orang-orang sekitar untuk mengecek dan menilai hidup kita?
Adakah salah ku?
Adakah orang-orang yang pernah aku rugikan?
Adalah orang yang pernah kusakiti hatinya?
Adakah ornag-orang yang pernah merasa terhina olehku?
Adakah orang-orang yang menemukan kesalahanku?
Apakah Anda juga ditemukan seperti Samuel yang bersih dan bebas dari kesalahan?
Lalu kita tingkatkan lagi, mungkin kepada manusia kita tidak bersalah, karena kepandaiana kita menutupi kesalahan kita. Namun bagaimana dihadapan Tuhan?
Beranikah kita bertanya juga pada Tuhan Yesus?
Lihat, dan ingat Ia begitu megasihi kita. Ia rela mati untuk kita di atas kayu salib. Ia menyelamatkan kita dari dosa-dosa.
Beranikah kita datang padanya dan manantang?
Tuhan Yesus, apakah aku setia pada Mu?
Tuhan Yesus apakah dalam pelayananku masih ada motivasi buruk yang terselubung?
Tuhan Yesus apakah aku lebih mengutamakan engkau atau hal-hal lain?
Sebagai orang percaya , beranikah kita mengambil konsekuensi ikut Tuhan. Banyak orang mengaku percaya pada Tuhan Yesus namun ia tidak berani kalau menghadapi tantangan. Contoh yang paling sederhana adalah masalah baptisan. Ada banyak orang percaya yang sudah bertahun-tahun ke gereja, namun masih enggan dibaptis? Ada apa dengan kekeristenan kita? Memang baptisan tidak menentukan keselamatan. Tetapi karena kita sudah diselamatkan Tuhanlah maka kita harus bersedia dibaptis. Baptisan menunjukkan kesaksian Anda bahwa Anda sudah bertobat dan beriman kepada Tuhan Yesus. Baptisan juga memproklamirkan kepada orang banyak bahwa Anda ini orang Kristen? Mengapa untuk hal-hal yang kecil ini ada ornag yang tidak berani mengambil resiko? Kalau masalah ini saja merupakan hambatan, bagaimana lagi kalau kita menghadapi masalah yang lebih besar? Samuel berani datang kepada orang banyak dan sekaligus menantang, ia bersih, ia bebas. Kita rindu demikian bukan. Kita rindu hidup yang bersih dan bebas dari kesalahan yang menyakiti hati Tuhan kita.

No comments: