Tuesday, September 05, 2006

CAN I MOVE A MOUNTAIN OF LIFE?

CAN I MOVE A MOUNTAIN OF LIFE?
(Matius 17 : 20)

“Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkatakepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. “

Kita harus mengerti dengan baik kata-kata Yesus dalam ayat ini. Jangan kita pahami secara harafiah. Sebab sering kali kita juga dalam percakapan sehari-hari memakai kata ‘Gunung’ tidak dalam arti yang sebenarnya atau istilahnya kiasan ~ idiom. Contohnya, tidak jarang kita mendengar kaum ibu mengomel bahwa selama minggu ini ia sibuk sekali dengan tugas-tugas sehingga pakaiannya sudah “segunung” belum di cuci dan strika. Atau ada mahasiswa yang mengatakan bahwa dalam bulan ini “paper” (tugas) yang harus dikerjakannya itu “segunung”. Dulu sewaktu saya kuliah di Seminari malah ada teman saya yang bernama “Gunung”; dan lucunya bertepatan itu juga ada teman saya yang lain bernama “Kilat”. Gunung dalam kalimat-kalimat ini tentu bukan berarti “Gunung” yang sebenarnya, namun dalam pengertian cucian banyak, paper banyak dan nama orang.

Boleh dibilang secara pribadi saya belum pernah mendengar kalau ada gunung yang berpindah karena iman. Namun saya juga tidak menutup kemungkinan kalau Tuhan kita dapat melakukannya. Memang ada berita-berita yang pernah mengatakan bahwa ada gunung yang bergeser sedikit karena masalah gempa. Kita harus ingat bahwa tatkala Tuhan Yesus mengatakan bahwa gunung itu pindah bukan berarti Tuhan Yesus sedang main sulap seperti David Coperfield. Lalu bagaimana ini? Apa yang dimaksud dengan perkataan Yesus ini?

Orang Yahudi mempunyai kebiasaan menggunakan “kiasan” yaitu bahasa bandingan. Tuhan Yesus juga sering menggunakan itu supaya kalimat yang diucapkan itu gampang diingat dan dimengerti oleh murid-murid-Nya. Coba bandingkan dengan Yohanes 16:25 “Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu”.

Biji Sesawi menggambarkan sesuatu yang kecil ~ saya sendiri tidak pernah melihat biji tersebut. Namun kalau Anda pernah melihat benih tumbuhan bunga, mungkin kira-kira besarnya seperti itu. Gordon Powell menggambarkan Biji Sesawi itu besarnya seperti sebutir gula pasir, atau sebesar lubang jarum. Jadi sangat kecil dan lemah sekali. Sebaliknya kontras dari “Biji Sesawi” adalah “Gunung” melambangkan sesuatu yang besar, kokoh , tinggi dan perkasa. Dalam bahasa Inggrisnya disebut “Over Whelming” Artinya saking hebat dan spektakuler membuat kita kecil dan tidak berdaya. Anda pernah berlayar ke tengah lautan? Di situ kita melihat ke angkasa luas, bahwa diri kita terasa begitu kecil.

Kebanyakan penafsir menandaskan bahwa “Gunung” yang dimaksud di sini adalah problem atau masalah yang ada dalam hidup ini. Tuhan Yesus katakan bahwa engkau dapat memindahkan “Gunung” itu. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya? Can I move A mountain Of life?

I. Yang pertama, kita memerlukan The Dynamic Of Faith (Perlu Iman Yang Dinamis)

Iman atau Faith, Forsaking All I Trust Him. Iman yang dinamis itu adalah iman yang memiliki potensi dan kekuatan. Kekuatan itu harus memiliki Penopang yakni Tuhan Yesus. Iman yang dinamis bukan sekadar percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup menolong, tetapi beranjak dari itu ia juga harus telah mengalami pertolongan secara pribadi.

Banyak orang kalau ditanya apakah engkau percaya pada Tuhan Yesus? Mereka dengan spontan menjawab ya. Lalu kalau kita bertanya lagi apakah Tuhan Yesus sanggup membereskan masalahnya, maka sekali lagi ia menjawab dengan tegas, ya. Selanjutnya kita bertanya lagi, apakah kamu sudah mempertaruhkan seluruh masalahmu kepada-Nya, maka dia menjawab belum? Mengapa demikian? Karena imannya hanya sekadar percaya saja, belum samapi pada tingkat mempercayakan.

. Jadi jika hanya sekadar percaya saja tidak cukup, sebab banyak orang di luar sana juga percaya. Penampakan di luar saja juga tidak cukup, ia harus secara dinamis atau ada semacam kekuatan yang menembus hati kita yang terdalam. Itu sebabnya orang-orang yang mengalami pengalaman bersama Yesus akan terlihat perubahan yang nyata di dalam hidupnya.

Seseorang yang mengalami kuasa Yesus di dalam hidupnya pasti ada perubahan menuju yang lebih baik. Kalau tadinya ia malas sekarang menjadi rajin. Kalau tadinya ia suka menyontek sewaktu ujian, sekarang tidak lagi. Ada perubahan yang nyata. Anda tentu kenal Hollywood. Di sana para bintang selebrity berkumpul. Salah seorang aktor yang sekaligus sutradara Mel Gibson juga di sana. Ia menjadi kesohor dan melejit karena film The Passion Of The Christ yang disutradarai. Namun beberapa waktu yang lalu ia berurusan dengan polisi karena dalam keadaan mabuk ia mengendara mobil dengan kecepatan 140. Kita tidak menghakimi dia, namun karena beliau adalah orang yang sangat berperan dalam film yang terkenal, sehingga sorotan sangat tertuju kepadanya. Apalagi sebelumnya beliau berkali-kali telah melakukan kesalahan yang sama.

Saya hendak menyimpulkan bahwa ~ Iman yang dinamis adalah Iman yang ditambah dengan tindakan. Contoh yang konkret dapat kita baca dalam Ibrani 11. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. (ay. 4) Hampir semua tokoh Alkitab memperlihatkan iman ditambah dengan tindakannya. Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. (ay. 7) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. (ay.8)

Jadi kalau belum terlihat tindakan yang nyata, sangat sulit sekali dikatakan bahwa Anda itu beriman.

II. Yang ke dua, kita memerlukan The Progressive Of Faith (Perlu Iman Yang Progresif)

Iman progresif ini artinya iman yang semakin hari semakin bertambah percaya atau makin bertumbuh. Iman yang progresif juga berarti iman yang hidup. Tadinya mungkin sebesar Biji Sesawi, namun karena iman itu hidup maka ia makin lama makin besar.

Bagi orang yang baru percaya pada Tuhan Yesus sering kali mereka dianggap imannya baru bertumbuh. sehingga mereka masih perlu banyak belajar, mendengar, supaya lebih peka terhadap suara Tuhan. Namun ada juga orang yang sudah lama percaya, tetapi imannya tidak bertumbuh, bahkan makin kerdil. Lumayan jika sebesar Biji Sesawi, masih bisa memindahkan gunung; tetapi celakanya imannya itu kosong melompong. Inilah yang disebut orang percaya Bonsai. Bonsai itu pendek, rendah kecil, kusut, dan keriput. Sebaliknya karena begitu rindu hati bagi orang yang baru percaya untuk belajar mengenal Tuhan, maka ada diantara mereka yang imannya bertumbuh dengan pesat dan dewasa.

Rasul Petrus mengalami iman yang secara progresif ini dengan luar biasa. Tadinya ia telah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan ia hampir putus asa melihat-Nya sudah mati. Itu sebabnya dengan cepat tanggap ia mengajak teman-temannya kembali kepada profesi lama yakni memangkap ikan. Namun Tuhan tetap memelihara panggilan Petrus, itu sebabnya di tepi pantai Petrus mengalami kebangunan rohani yang dahsyat. Dengan demikian tadinya ia telah berinisiatif untuk kembali menangkap ikan, sekarang ia harus ikut perintah Tuhan Yesus untuk menjala manusia. Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bahwa hasil pelayanannya cukup dahsyat, ada lima ribu orang yang bertobat dan dibaptis melalui kotbahnya, tidak termasuk wanita dan anak-anak. (lih Yoh 21, dan Kis 2) Kisah 2:41 “ Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”.

Hari ini mungkin masih ada dosa yang masih melekat dalam diri kita? Kebiasaan buruk yang belum terhapus tuntas. Sebagai orang percaya maka kita harus memilki iman yang progresif ini. Semakin percaya pada Yesus maka semestinya semakin bertambah iman kita. Akhirnya kita berani seperti rasul Paulus berkata “Dahulu yang saya anggap itu keuntungan ternyata adalah sampah” Filipi 3:8 “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” Iman yang progresif yakni iman yang ditambah dengan pertumbuhan.

III. Yang ke tiga, kita memerlukan The Reality Of Faith (Perlu Iman Yang Realistis)

Iman yang realistis (nyata) ~ faktual tidak harus selalu logika. Tatkala Tuhan Yesus berkata “Jika engkau memiliki iman sebesar Biji Sesawi, maka engakau dapat memindahkan gunung ini ke sana” maka ada sebagian ornag mengatakan hal ini tidak masuk akal. Namun Yesus menambahkan bahwa hal ini tidak mustahil bagi orang percaya. Maka inilah fakta.

Kita perlu sadar bahwa manusia itu bukan mahluk “swasembada” artinya ia butuh lingkungan, ia butuh orang lain, termasuk yang paling ia butuh adalah Tuhan. Jadi apabila seseorang meletakkan seluruh ketergantungannya kepada Tuhan, maka disitulah terletak seluruh kekuatannya. Namun di dalam kebergantungan yang total kepada Tuhan itu, kita juga mebutuhkan iman yang realita. Artinya kita tidak mengandalkan iman yang membabi buta. Racun yang ada di dalam gelas, tetap adalah racun, walaupun kita tetap mengakui jika Tuhan Yesus dapat mengubahnya menjadi Coca-cola. Tatkala berita tersebar bahwa ombak Tsunami akan menerjang kota Anda, maka sebagai orang percaya kita perlu berdoa minta perlindungn Tuhan dan tetap waspada mencari jalan menyelamatkan diri. Walau kitapun percaya tidak mustahil kalau Tuhan sanggup meyelamatkan kita. Jadi, jangan coba-coba mengadakan tes terhadap Tuhan kita. Kita yakin dan percaya bahwa mujijat Tuhan Yesus sanggup, namun tetap kita menjaga agar diri kita tidak jatuh ke dalam hal-hal yang ekstrim. Iman yang realistis adalah iman yang memiliki keberanian untuk menghadapi kenyataan.

IV. Yang ke empat, kita memerlukan The Consistency Of Faith (Perlu Iman Yang Konsisten)

Iman yang Konsisten artinya setelah penyerahan kita secara total kepada Tuhan, maka dalam perjalanan hidupnya ia tetap percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Ia juga percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik dan nomer satu..

Ingat saja, Yesus mengatakan “Because you have little faith, I tell you the Truth, if you have faith as small a mustard seed you can say to this mountain, move from here to there and it will move nothing will be impossible for you” Artinya apa? Dalam konteks ini Tuhan Yesus tidak mengatkan to delete atau trash menuju Recycle bin; seperti sampah yang ada di computer kita. Tetapi “move” dipindahkan. Itu artinya jika problem itu masih ada, sebabagai orang percaya yang memiliki iman yang Konsisten, maka ia tetap saja percaya kepada Tuhan tidak goyah. Iman ornag percaya yang sejati adalah tatkala ketika telah bersandar kepada Tuhan dan mempercayakan segala persoalan kepada-Nya.

Tatkala rasul Paulus dan kawan-kawan berada di penjara, kalau mereka masih boleh tetap bernyanyi memuji Tuhan bukan berarti mereka itu sinting atau stress; tetapi lebih dari itu karena mereka percaya bahwa Tuhan ada bersama mereka dan mereka konsisten percaya kepada-Nya. Demikian juga teman-temannya Daniel yaitu Sadrak, Mesack dan Abednego. Mereka tetap teguh dan tidak goyah walaupun ada ancaman bahwa mereka akan dibakar hidup-hidup jika mereka tidak mau menyembah kepada Nebukadnezar. (lih Daniel 3 :17-18) “ Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Inilah yang kita katakan dengan Iman yang konsisten, Iman yang ditambah dengan kekonsistenan hati.

Banyak orang yang merasa terkecoh mengikut Tuhan. Mereka berpikir bahwa kalau mengikut Tuhan Yesus itu segala sesuatunya pasti beres. Ikut Tuhan Yesus berarti menjadi orang kaya. Atau ikut Yesus maka usaha kita pasti sukses. Bahkan saya pernah mendengar ada hamba Tuhan (pendeta) yang berkata ikutlah Yesus, maka engkau yang ke gereja hari ini naik motor dipersilahkana membuang helm. Engkau pulang pasti naik mobil. Benar sekali, setelah helm dibuang maka ia pulang naik mobil, yaitu mobil Mikrolet. Sebab kalau naik motor tanpa helm bisa ditangkap polisi. Apabila kita beriman seperti model begini, maka kekeristenan kita sangat rentan, sedikit saja mengalami kesulitan maka kita tidak segan-segan akan meyalahkan Yesus, bahkan meninggalkan-Nya. Tidak heran banyak orang yang dahulunya mengaku Kristen namun kini mereka tidak ke gereja lagi.

Iman yang konsisten justru ingin mengajarkan kita bahwa kita tidak hanya minta Tuhan memindahkan Gunung persoalan hidup kita. Namun sekali-kali mungkin ada baiknya kita mohon supaya Tuhan ijinkan dan memberikan kekuatan kepada kita mengalami dan menghadapi masalah tersebut. Kalau hari ini kita merasa bebas dari masalah yang sulit, bersyukurlah; karena kemungkinan besar Tuhan mengetahui bahwa Anda itu lemah sehingga kalau Anda menghadapi masalah maka Anda tidak kuat. Namun bila Anda menghadapi banyak masalah saat ini, juga bersyukurlah; sebab Allah mengerti kemampuan dan kapasitas Anda, bahkan Ia telah memberikan kekuatan kepada Anda untuk menghadapinya. (Bnd 1 Korintus 10 : 13) "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." (1Yohanes 5:4)

No comments: