Tuesday, September 19, 2006

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA
(Daniel 1 : 1- 8, Dan 5 dan 6 , Mat 4 :1-11)

Kegoncangan iman akan terjadi dalam hidup kita apabila secara bertubi-tubi kita diperhadapkan dengan berbagai masalah, persoalan , tekanan dan sakit-penyakit. Bagi mereka yang tidak kuat, maka kegoyahkan dalam hidupnya akan terjadi. Bahkan kalau tidak hati-hati akan terjatuh. Namun bagi orang yang menyerahkan seratus persen hidupnya kepada Tuhan sebagai Penopang, justru menganggap goncangan ini sebagai suatu ujian dan latihan menuju hidup yang berkemenangan.

Di dunia modern ini, kegoncangan yang muncul dapat terjadi dari berbagai sudut. Mulai dari mainan anak-anak, film cartoon, buku bacaan (novel) Televisi, kebiasaan-kebiasaan, sakit-penyakit dan berbagai masalah. Bagaimana caranya kita menghadapi semua ini? Apakah diam saja? Cuek!

Mari kita coba telusuri dari seorang tokoh yang bernama Daniel. Siapa Daniel ini? Ia adalah seorang nabi Allah yang beberapa ribu tahun lalu hidup dalam pembuangan di Babel. Daniel ini pula yang telah menetapkan standard hidupnya untuk takut akan Tuhan. Apakah di dalam menjalankan hidup ini Daniel tidak menghadapi kesulitan? Tantangan apa yang dihadapinya sehingga membuatnya tangguh?

I . Meja Perjamuan Raja Nebukadnezar

Di dalam Daniel 1 :1 menceritakan bahwa Raja Yoyakim, raja Yehuda dikalahkan Nebukadnezar, raja Babel. Itu sebabnya perkakas-perkakas Bait Allah juga direbut dan dipakai oleh raja Nebukadnezar untuk perkakas di rumah dewanya. Bersamaan dengan itu dipilih orang-orang muda, kaum bangsawan Israel. Mereka yang tidak bercacat-cela, baik, berhikmat, cakap (pintar) untuk diajarkan tulisan dan bahasa Kasdim. Raja juga menetapkan bagi mereka suguhan pelabur, yakni santapan raja sebagai makanan mereka. Selama tiga tahun mereka akan digembleng tentang berbagai konsep tentang Babel, bahkan nama-nama mereka juga diubah. Dengan demikian setelah itu diharapkan orang-orang Isreal akan melupakan ke-Israelannya.

Menerima santapan raja itu berarti suatu penghargaan yang tertinggi dan makanan ini sudah tentu yang paling enak dan terbaik dari seluruh Babel dan sebaliknya. Apabila menolak santapan raja, itu berarti tidak taat pada raja. Pada jaman itu orang yang tidak taat akan mendapat hukuman yang berat, itu sebabnya Aspenas merasa takut. (lihat Daniel 1 : 10)

Mengapa Daniel menolak makanan itu? Sebenarnya semua makanan di Babel itu najis menurut ketentuan Allah (bnd Yehezkial 4 :13 rotinya najis, Hosea 9 :3,4 “Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis. Mereka tidak akan. mempersembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan, semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN” Jadi kalau Daniel bertekad menolak makanan itu bukan sekadar makanan itu najis, namun lebih dari itu karena makanan ini adalah hidangan bagi raja dan diperkirakan sudah dipersembahkan kepada dewa terlebih dahulu. Menerima makanan raja juga berarti berhutang budi dan harus taaat dan setia pada raja. Daniel menolak segala yang segala yang diharapkan dan kesempatan orang dunia, bukan karena Daniel itu sedang stress atau sakit jiwa. Tetapi karena Daniel sungguh-sungguh mencintai Tuhan, dan ia hanya mau taat kepada Tuhan saja.

Pengalaman hidup kita mungkin berbeda dengan Daniel, sebab kita tidak disajikan makanan yang dipersembahan kepada dewa (berhala). Namun jangan lupa, di jamam modern ini kita memiliki tantangan dalam bentuk lain. Bisa saja berupa menonton Televisi yang over dosis. Tidak jarang film telenovela Mexico dan drama Korea menyerap waktu kita berjam-jam, bukan hanya itu , film ini juga menghabiskan air mata Anda. Pesta-pesta, mobil mewah dan segala harta kekayaan juga menyerap waktu dan pikiran kita. Kita terbuai dengan semua itu dan bila tidak bijaksana dan hati-hati maka perlahan-perlahan kehidupan kita terserap ke arah sana. Sehingga walaupun kita pernah mengaku diri sebagai orang percaya, namun hidup kita telah diubah kembali, tidak seperti orang percaya.

Baru-baru ini saya bertanya pada salah seorang pemuda di gereja mengapa ia tidak ke gereja belakangan ini. Lalu ia menjawab bahwa dua minggu lalu orang tuanya merayakan HUT pernikahan, sehingga tidak dapat hadir, padahal orangtuanya juga orang percaya. Lalu saya bertanya lagi, kan minggu lalu Anda juga tidak hadir ke gereja?. Jawabnya minggu lalu ibu ulang tahun. Nah,. sebagai orang percaya yang sejati, seharusnya kita tahu jelas mana yang merupakan primer dan skunder. Yang mana yang harus didahulukan dan yang mana harus di nomerduakan atau selanjutnya. Orang Kristen yang sejati tidak dapat menawar-nawar lagi, Tuhan harus dinomer satukan. Daniel telah mempraktekkannya, ia telah mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya, termasuk terhadap sajian makanan yang paling enak di dunia.

II . Janji di malam Pesta Raja Belsyazar

Daniel 5 mencatat bahwa raja Belsyazar mengadakan pesta, para pembesar diundang menghadirinya. Dicatat bahwa yang hadir pada saat itu seribu orang. Ayat 2 terlihat perbuatan hujat dari Belsyazar. Dalam keadaan mabuk ia menitahkan orang-orangnya untuk membawa perkakas Bait Allah yang diambil ayahnya Nebukadnezar untuk mengisi minuman agar para pembesar , isteri dan gundik-gundiknya minum dari perkakas itu. Kurang ajar sekali bukan?

Pada saat itu tampak jari-jari tangan manusia pada kapur dinding istana raja di depan kaki dian (ay 5). Melihat kejadian ini maka raja menjadi pucat, pikiran gelisah, sendi-sendi pangkal pahanya lemas dan lututnya berantukan (ay 6). Kemungkinan besar temapat duduk raja Belsyazar tidak jauh dari kaki dian, karena biasanya para pembesar duduk dekat tempat terang semacam podium begitu. Dengan demikian maka tulisan itu dan tangan yang menulisnya dapat dilihat jelas sekali.

Orang-orang berhikmat yang hadir di sana tidak satupun yang dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu (ay 8). Itu sebabnya raja Belsyazar menjadi takut dan sangat cemas. Ia juga menjadi pucat, diikuti oleh para pembesar yang terperanjat.

Coba perhatikan, ternyata Daniel tidak hadir di sana. Seorang tokoh rohani sejati seperti dia harus berani tampil beda. Tatkala orang-orang lagi santai berpesta pora, ia harus berani menolaknya, karena ada tugas yang lebih penting yang harus dikerjakan untuk Tuhan. Ia harus senantiasa menyediakan waktu mengutamakan Tuhan. Beda dengan kebanyakan umat Tuhan masa kini. Kadang di gereja sudah memprogramkan acara jauh-jauh hari, masih saja ada umat Tuhan lebih suka memilih acara sekulernya sendiri. Daniel bahkan tidak segan-segan menolak hadiah yang diharapkan banyak orang, yakni kekuasaan yang ditawarkan sebagai hadiah baginya bila dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu.

“Tahanlah hadiahmu, berikanlah kepada orang lain” (ay 17) demikian kta Daniel. Hari ini tidak banyak orang yang sanggup berkata seperti Daniel. Bahkan orang percaya sekalipun, kalau sudah berbicara soal uang, tidak ada yang namanya saudara kandung; malah ada orang tua dan anak saling bertengkar dan memutuskan hubungan persaudaraan hanya gara-gara masalah ini.

Dari berbagai penjelasan Daniel disimpulkan bahwa , Belsyazar telah meninggikan diri terhadap yang berkuasa di sorga. Perkakas dari Bait-Nya telah dipermainkan. Itu sebabnya “mene, mene, tekel ufarsin” demikian tulisan di dinding terbaca (ay 25). Yang artinya “mene” masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, “tekel” tuanku ditimbang dan kedapatan begitu ringan, “peres” kerajaan Babel akan pecah dan diberikan kepada orang Media-Persia. Inilah hasil uraian yang disampaikan Daniel. Raja merasa puas, dan Daniel diangkat menjadi orang ke tiga di sana. Sementara Belsyazar seketika juga meninggal dunia.

Tuhan itu maha penyabar dan penyayang, hingga hari ini Dia masih sabar terhadap kita sekalian. Walaupun kadang kala kita melakukan segala sesuatu yang mencoba untuk menantang kesabaran-Nya. Namun kita perlu hati-hati dan waspada, kita tidak tahu kapan Tuhan berhenti dari kesabaran-Nya?

III. Gua Singa Raja Darius

Kali ini Daniel tidak menghadapi masalah atau kehidupan pribadi. Namun musuh-musuhnya justru coba mengusik segi kehidupan rohaninya, yakni kehidupan doa.

Hidup manusia memang unik dan antik. Apabila ia kaya maka banyak yang iri hari, sebaliknya bila ia miskin maka yang diterima hanya hinaan. Bila berkedudukan, maka orang-orang merasa cemburu padanya, namun bila tidak berpangkat bahkan memandangpun orang tidak mau. Saat ini Daniel adalah orang yang berpangkat, bahkan karena kelebihannya maka ia diangkat lebih tinggi di atas para pembesar yang ada. (Dan 6 : 4) Itu sebabnya tentu timbul kecemburuan dari setiap rekan-rekan pejabat lainnya. Mereka berusaha mencari kesalahan Daniel, namun tidak diketemukan. Satu-satunya yang dapat dianggap kesalahan karena Daniel beribadah kepada Allah. Setiap hari , tiga kali Daniel berdoa kepada Tuhan.

Kesempatan ini dipakai oleh para pembesar lainnya untuk menjebak Daniel. Mereka datang kepada Raja Darius dengan mengiming-imingkan penghormatan tertinggi baginya. Secara manusia tentu raja Darius merasa terhormat sebab mereka menghendaki seluruh rakyat termasuk pejabat selama 30 hari berturut-turut tidak boleh menyembah kepada dewa apapun, kecuali menghormati dan menyembahnya. Siapa saja saja yang kedapatan tidak mengikuti peraturan ini, akan dimasukkan ke dalam gua singa yang sudah disediakan.

Walaupun demikian, oleh keteguhan Daniel maka ia tetap saja pada pendiriannya. Tiga kali sehari ia tetap berdoa pada Allah. Oleh sebab itu maka para pembesar lainnya, melaporkan masalah ini kepada raja Darius, sehingga ia dimasukan ke dalam gua singa. Namun heran sekali, Daniel yang berada di dalam gua singa, namun tidak diusik oleh singa itu, tetapi Raja Darius yang berada di istana justru tidak dapat tidur nyenyak. Pagi-pagi ia sudah bangun, untuk memastikan bahwa Daniel yang dikasihnya itu diselamatkan oleh Tuhan Allah yang disembahnya. Karena Daniel selamat, maka sebagai gantinya orang-orang yang menghasut Daniel itu yang dimasukkan ke dalam gua singa. Alkitab mencatat, belum saja mereka dimasukkan , para singa sudah siap menerkam.

Jaman ini kita tidak mendapat ancaman gua singa itu. Namun kadang –kadang gua singa kita bisa muncul dalam bentuk lain. Kesibukan sehari-hari dapat saja menyerang kerohanian kita. Kesuksesan dan bahkan kesibukan dalam pelayanan juga dapat menyita waktu kita menjadi jauh dari Tuhan. Jangan pikir kalau orang percaya itu sibuk melayani di gereja sudah dipastikan bahwa kerohaniannya baik? Belum tentu. Jangan-jangan justru ia yang paling jauh dari Tuhan. Daniel tangguh, bahkan gua singapun tidak dapat menggoyahkan kerohaniannya.

Apa yang dialami Daniel juga persis dialami Tuhan Yesus tatkala menghadapi pencobaan iblis di padang gurun. Pencobaan berupa makanan, iblis mengatakan jadikanlah batu menjadi roti. Yesus dicobai tepat pada waktunya, karena saat itu memang Yesus lagi lapar, karena berpuasa selama empat puluh hari. Pencobaan kedua berupa kekuasaan, iblis berkata jatuhkanlah tubuh-Mu dari bubungan Bait Allah. Dan yang ke tiga pencobaan akan kerohanian Tuhan Yesus, si iblis minta supaya Tuhan Yesus menyembahnya. Begitu beraninya iblis itu, namun Tuhan Yesus menjawab, “Enyahlah , Iblis! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada DIa sajalah engakau berbakti!” (Mat 4 : 1-11) Yesus menang, ia tetap teguh dan tangguh. Bagaimana dengan kita sekalian? Apakah kita juga memiliki ketangguhan tatkala menghadapi berbagai malalah dan kesulitan di dunia ini? Tuhan Yesus menang, Daniel menang, dan kita harus menang juga.

Thursday, September 07, 2006

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS
(1 Samuel 12 : 1-8)

“Jawab mereka: "Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun." (1 Sam 12 :4)

Apabila seseorang tidak berbuat salah, maka ia tidak perlu merasa takut. Selama pemerintah di dunia menjalankan pengawasan yang benar, maka orang-orang benar tidak perlu merasa takut, sebab yang benar tetaplah benar; kecuali dipersalahkan dengan cara yang diselewengkan. Di kota Gilgal kira-kira 3000 tahun yang lalu ada seorang yang sungguh berani mempertaruhkan hidupnya dihadapan orang banyak. Orang itu bernama Samuel.

Samuel menyampaikan pidato yang bukan sekadar muluk-muluk. Samsudin Berlian seorang Magister Etika dan Sosial juga seorang Sarjana Teologi di dalam Harian Kompas menuliskan bahwa pada waktu itu Samuel itu tidak berjanji tentang kemajuan ekonomi, politik dan keamanan. Ia bukan pula mengucapkan berbagai perbaikan diri atas kegagalan yang telah diperbuatnya. Namun ia justru berkata demikian “Di sinilah aku berdiri, berikanlah kesaksian menentang aku dihadapan Tuhan. Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya padamu?

Mengapa Samuel begitu berani secara gamblang menantang rakyatnya? Apa rahasianya? Mulanya orang Israel mendesak Samuel agar mereka boleh memiliki seorang raja seperti negeri-negeri lain. Sebenarnya selama ini Samuel sendiri memiliki dua jabatan. Ia sebagai Hakim yang memimpin orang Israel sanma seperti raja, dan ia juga sebagai nabi. Negeri Israel berlaku sistem pemerintahan yang Theokrasi, artinya Allah sendiri yang memimpin umat Israel secara langsung melalui Samuel.

Pasal 8 : 1 Di sana mencatat bahwa ketika Samuel telah tua, maka anak-anaknya Yoel dan Abia menggantikannya menjadi Hakim. Tetapi sayang sekali, anak-anaknya tidak hidup seperti ayahnya. Mereka senantiasa mengejar laba, menerima suap dan memutar balikkan keadilan. Itu sebabnya maka tua-tua Israel berkumpul, mereka datang pada Samuel di Rama dan berkata kepadanya. “Engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau, maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami seperti pada segala bangsa lain” Kalimat ini sangat mengesalkan hati Samuel. Itu sebabnya Samuel datang kepada Tuhan. Lalu Tuhan memberikan penghiburan kepadanya, bahwa sesungguhnya yang mereka tolak itu bukan engkau tetapi Aku. Dengan demikian maka Samuel diminta Tuhan untuk mengurapi seorang raja manusia bagi orang Israel. Waktu itu yang terpilih adalah Saul.

Nah pidato yang disampaikan oleh Samuel justru tatkala ia tidak lagi memegang jabatan. Saat itu Samuel sudah menjadi masyarakat biasa. Ia datang menantang di muka umum. Samsudin Berlian menambahkan bahwa seorang pemimpin yang licik akan menantang rakyatnya pada saat ia sedang berkuasa, sebab saat itu rakyatnya pasti tidak berani menyalahkannya. Sering kita mendengar ABS, Asal Bapak Senang, jadi walaupun sang pemimpin bobrok, berengsek, lebih baik diam saja. Salah berkomentar malah jabatan sendiri terdepak. Samuel tidak demikian, saat ini justru ia tidak berkuasa lagi; jadi terbuka kesempatan bagi rakyat untuk menyeledikinya. Saul raja yang terpilih juga hadir di sana, dan ia bertindak sebagai saksinya.

Memang Samuel bukan orang yang sempurna seratus persen, sebab anak-anaknya tidak menjadi teladan yang baik sebagai hakim. Itu sebabnya di dalam 1 Samuel 12 :2 Samuel berkata “Anak-anakku laki-laki ada diantara kamu” Banyak penafsir yang mengartikan bahwa Samuel itu telah mencabut kedudukan anak-anaknya dengan tegas. Sehingga saat ini anak-anaknuya bukan lagi sebagai hakim lagi namun masyarakat biasa yang ada bersama-sama ornag Israel. Samuel tidak kompromi, ia juga tidak KKN atau tutup sebelah mata seperti para pemimpin masa kini. Pemimpin masa kini AAUSB? Apa itu? Asal Ada Uang Semua Beres? Berbeda dengan Imam Eli, ia terlalu lemah bertindak terhadap anak-anaknya. Sehingga kesalahannya berlarut-larut.

Satu tantangan bagi setiap orang dan keluarga orang percaya yang memiliki anak-anak. “Berkat Tuhan, kalau tidak dijaga dan dipelihara serta dipakai baik-baik. Akan menjadi malapetaka” Kecantikan dan uang adalah berkat, bila tidak dipakai secara baik-baik maka akan menimbulkan malapetaka. Demikian juga kepandaian (otak cemerlang) bahkan anak-anak kita. Bila kepandaina tidak terkendali dan mengarah pada takut akan Tuhan, maka malapetaka akan terjadi.

Dua minggu yang lalu saya sempat mengunjungi sebuah Colegge di San Jose. Kami membuka stand di sana untuk menyambut anak-anak Indonesia yang baru datang sekolah di San Jose. Dalam rangka itu secara tidak langsung kami juga memperkenalkan pelayanan kaum muda di GII San Jose tentunya. Melalui perbincangan dengan seorang bapak yang kebetulan mengantar anaknya ke sekolah; kami sempat berbicara banyak tentang masalah kehidupan. Memang saya ada bertanya apa usahanya, namun beliau tidak sempat memberitahukan. Tetapi dari pembicaraan itu saya mengetahui bahwa beliau tinggal di Kalimantan, dan memiliki rumah di Surabaya.

Anaknya ada tiga orang, namun semua sudah di Amerika. Dia merasa kesepian sekali, sebab isterinya juga lebih sering di Amerika ketimbang di Indonesia. Setiap Sabtu ia terbang dari Kalimantan ke Surabaya, hanya berkumpul dengan teman-teman, kongkow-kongkow dan berolahraga. Dia katakan di dunia ini walaupun uangnya banyak, namun tidak bisa berbuat banyak. Dahulu ia berpikir kalau uang banyak maka ia boleh setiap hari berpesta, namun kenyataannya uang banyak, makan malah harus ditakar dan banayk pantangan. Salah makan maka darah tinggi kambuh.

Saya sempat makan siang bersama dengannya, namun karena keterbatasan waktu saya hanya katakan kalimat singkat padanya, bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat Anda yang sejati. Uang banyak akan menjadi malapetaka kalau tidak dipergunakan dengan penuh hikmat dari Tuhan bukan?

Lihat Amsal 13 : 24 “Siapa yang tidak menggunakan tongkat, benci kepada anak-anaknya tetapi siapa yang mengasihi anaknya menghajar dia pada waktunya” Amsal 19 :18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya. Amsal 23 : 13-14 Amsal 23:13-14 “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan.Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati. “

Pada ayat 3 Samuel menantang mereka; lihatlah tantangannya “ Lembu /keledai siapa yang pernah kuambil? Siapakah yang pernah kuperas/kuperlakukan dengan kekerasan? Dari siapa aku telah merima sogok atau suap? Saya mengutip apa yang dikatakan Budi Asali yakni kata sogok (bribe) terjemahan hurufiah a covering (penutup adalah sogok/suap untuk menutupi mata Hakim terhadap kesalahan seseorang sehingga membenarkan yang salah.

Tantangan Samuel dalam ayat 3 ini mirip dengan tantangan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 8 : 6a “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Ternyata tidak ada seorangpun yang berani menerima tantangan itu. Jawab mereka “ Engkau tidak memeras kami, dan engkau tidak memeperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun” Umat Israel tetap memuji integritas kepemimpinan Samuel. Ia bersih, ia bebas dari kesalahan. Jadi benar sekali apa yang Tuhan katakan bahwa umat Israel bukan menolak Samuel, tetapi mereka menolak Tuhan.

Apa yang bisa kita pelajari dari Samuel ini? Kehidupan manusia itu sifatnya sementara. Pengkhotbah mengatakan semua itu ada waktunya. Saya coba dengan bahasa saya sendiri menguraikannya. Ada waktu untuk bertemu dan ada waktu untuk berpisah. Ada waktu untuk naik dan ada waktu untuk turun. Ada waktu untuk sukses dan ada waktu untuk gagal. Ada waktu untuk hidup dan ada waktu untuk mati. Jadi bukan seberapa lanjutnya usia kita lalu menentukan kita ini hidup berkualitas; tetapi dalam kurun waktu yang diberikan Tuhan untuk kita boleh hidup di dunia ini. Apa yang kita isi di dalam hidup ini?

Salah seorang pemuda di San Francisco Jumat lalu bersaksi demikian. Senin siang ia makan di sebuah restoran di downtown. Baru saja ia meneguk segelas Coke, tiba-tiba ia merasa sesak dan dengan cepat ia jatuh tergeletak. Kepalanya bocor karena terbentur meja marmer dan saya lihat oleh dokter dijepretkan beberapa steples. Dalam kesaksiannya ia berkata, waktunya berlangsung cepat sekali, ia tidaka sempat bekata-kata, tidak ada pilihan lain kecuali jatuh. Saya coba menyimpulkan bahwa hidup kita yang rentan ini butuh hikmat supaya setiap kita memakai kesempatan yang ada. Hidup bukan mainan yang dapat dimain-mainkan.

Beranikah kita menantang orang-orang sekitar untuk mengecek dan menilai hidup kita?
Adakah salah ku?
Adakah orang-orang yang pernah aku rugikan?
Adalah orang yang pernah kusakiti hatinya?
Adakah ornag-orang yang pernah merasa terhina olehku?
Adakah orang-orang yang menemukan kesalahanku?
Apakah Anda juga ditemukan seperti Samuel yang bersih dan bebas dari kesalahan?
Lalu kita tingkatkan lagi, mungkin kepada manusia kita tidak bersalah, karena kepandaiana kita menutupi kesalahan kita. Namun bagaimana dihadapan Tuhan?
Beranikah kita bertanya juga pada Tuhan Yesus?
Lihat, dan ingat Ia begitu megasihi kita. Ia rela mati untuk kita di atas kayu salib. Ia menyelamatkan kita dari dosa-dosa.
Beranikah kita datang padanya dan manantang?
Tuhan Yesus, apakah aku setia pada Mu?
Tuhan Yesus apakah dalam pelayananku masih ada motivasi buruk yang terselubung?
Tuhan Yesus apakah aku lebih mengutamakan engkau atau hal-hal lain?
Sebagai orang percaya , beranikah kita mengambil konsekuensi ikut Tuhan. Banyak orang mengaku percaya pada Tuhan Yesus namun ia tidak berani kalau menghadapi tantangan. Contoh yang paling sederhana adalah masalah baptisan. Ada banyak orang percaya yang sudah bertahun-tahun ke gereja, namun masih enggan dibaptis? Ada apa dengan kekeristenan kita? Memang baptisan tidak menentukan keselamatan. Tetapi karena kita sudah diselamatkan Tuhanlah maka kita harus bersedia dibaptis. Baptisan menunjukkan kesaksian Anda bahwa Anda sudah bertobat dan beriman kepada Tuhan Yesus. Baptisan juga memproklamirkan kepada orang banyak bahwa Anda ini orang Kristen? Mengapa untuk hal-hal yang kecil ini ada ornag yang tidak berani mengambil resiko? Kalau masalah ini saja merupakan hambatan, bagaimana lagi kalau kita menghadapi masalah yang lebih besar? Samuel berani datang kepada orang banyak dan sekaligus menantang, ia bersih, ia bebas. Kita rindu demikian bukan. Kita rindu hidup yang bersih dan bebas dari kesalahan yang menyakiti hati Tuhan kita.

WEJANGAN ORANG TUA

WEJANGAN ORANG TUA
( Yosua 23 & 24)

Yang paling ditakutkan kita adalah apabila “orang-orang yang dipakai begitu luar biasa oleh Tuhan pada masa mudanya, namun begitu lanjut usia justru mengecewakan Tuhan”. Tidak jarang kita menemukan contoh-contoh seperti ini di dalam Alkitab, misalnya Salomo dan Daud. Bahkan hamba Allah yang luar biasa seperti Musa, ia telah mengecewakan Allah pada masa hidupnya; sehinga Allah tidak mengijin kan di memasuki tanha Kanaan. Para pemimpin dunia juga ada yang demikian, misalnya presiden Marcos dari Filipina, atau presiden Soeharto dari negeri tercinta.

Namun ada satu pengecualian yakni Yosua. Ia seorang tokoh dan sekaligus pemimpin yang secara konsisten mengikuti Allah. Sebagai manusia memang Yosua pernah melakukan kesalahan juga seperti pada saat ia ditipu oleh bangsa Gibeon. Ceritanya begini ; bangsa Gibeon mendengar tentang apa yang dilakukan Yosua terhadap penduduk Yerikho dan Ai, itu sebabnya mereka menjadi takut maka demi menyelamatkan diri, mereka menyamar menjadi orang miskin dengan pakaian robek-robek mendatangi Yosua meminta belas kasihan. Akibatnya maka Yosua berjanji demi Allah bahwa mereka tidak akan dibinasakan.

Nah janji ini atas nama Allah, sehingga mereka benar-benar tidak boleh diusik lagi (lih psl 9). Namun kejadian ini diketahui oleh Yosua pada hari yang ke tiga. Lalu Yosua bertanya mengapa mereka menipunya? Yosua tidak dapat mebatalkan janji itu, karena atas nama Allah. Namun Yosua kemudian mengutuk mereka atas nama Allah supaya mereka menjadi budak Israel. Orang Gibeon tidak mengeluh, sebab sebagai budak mereka masih dapat hidup berdampingan dengan orang Israel, dan mereka masih mendapat perlindungan. Dan pada waktu itu mereka dijadikan Yosua tukang belah kayu dan tukang timba air.

Secara umum Yosua ini bersih. Itu sebabnya mengapa saya menganggap wejangannya begitu penting untuk kita pelajari. Mari kita lihat sekilas Wejangan tersebut .

I. YOSUA TELAH MENAATI SEMUA PERINTAH TUHAN

Siapa Yosua itu? Mulanya ia adalah Abdi Musa (lih Yos 1 :1), namun karena Musa mati, maka Yosua harus menggantikannya. Inilah regenerasi kepemimpinan dalam pelayanan. Pemimpin boleh saja mati, namun pekerjaan Tuhan tetap berlanjut. Jaman sekarang banyak pemimpin yang berkharisma. Kepemimpinannya luar biasa, namun ia tidak dapat menciptakan pelanjutnya. Tidak hanya itu, bahkan ada yang tidak berani berbicara tentang masalah pelanjut, kalau bisa jabatannya seumur hidup. Tidak salah menjabat seumur hidup seperti Musa, namun jauh-jauh hari semestinya sudah dipersiapkan calon pangganti. Supaya kharismanya bisa tertular pada generasi selanjutnya. Namun sebaliknya, banyak sekali pemimpin yang sudah uzur, masih mempertahankan kursinya. Jangan coba Anda menyentuhnya, kalau tidak mencari kesulitan.

Tentu tidak gampang bagi Yosua yang masih muda sebagai pengganti Musa. Ia bakal menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Dengan mata kepala sendiri Yosua pernah menyaksikan betapa tegar tengkuknya orang-orang Israel tatkala berontak kepada Musa. Ia juga pernah menyaksikan bagaimana orang-orang Israel itu bersungut-sungut tatkala mereka tidak puas dengan masalah konsumsi. Hingga hari ini Yosua masih ingat terhadap kedahsyatan Musa memepinpin orang Israel menyeberangi Laut Teberau dalam keadaan kering. Tentu semua ini menjadi tantangan yang besar? Apakah ia juga sanggup sejajar dengan Musa si pendahulunya itu? Bagaimana pendapat orang-orang Israel?

Namun kita bersyukur, berkali-kali Yosua mendapat perintah dan dukungan dari Tuhan Allah supaya kuat dan teguhkan hati. Peringatan Tuhan agar dia jangan pula menyimpang ke kanan ataupun ke kiri. Dan hingga usia lanjut semua perintah Tuhan sudah ditaati, itu lah yang membuat Yosua terhitung sebagai orang yang berhasil.

Setiap manusia memiliki hidup yang cukup rentan dan riskan. Khilaf saja sedikit kita akan jatuh pada kesalahan (dosa). Hingga hari ini tidak ada asuransi yang dapat kita beli untuk menjamin agar kita akan hidup bersih hingga masa tua. Oleh sebab itu yang kita butuh hanyalah ketaatan seperti Yosua. Format dari Tuhan itu selalu sama, apabila orang Israel taat, maka mereka menang. Sebaliknya apabila mereka tidak taat maka mereka kalah.

Kita datang dari latar belakang yang berbeda, namun kebutuhan kita sama. Kita butuh Tuhan, kita butuh petunjuk Arah hidup. Khususnya bagi mereka yang merantau ke luar kota untuk sekolah , bekerja dan menetap di sana. Apalagi mereka yang baru saja pindah ke suatu kota, kadang merasa sangat kesepian, teman belum ada, suasana asing sekali. Atau sebaliknya ada juga yang merasa justru bebas merdeka, tidak dikungkung lagi oleh orang tua. Dalam kondisi ini jika tidak ada firman Tuhan yang kita taati dan sebagai penopang hidup tentu akan menggoyahkan hidup kita.

II YOSUA TELAH MENGERJAKAN SEMUA PERINTAH TUHAN

Yosua sudah tua (lanjut usia). Saat itulah ia mengumpulkan para tua-tua Israel untuk membagikan beban yang ada dalam hatinya ( Yos 23 : 1). Ia telah menyelesaikan tugas di bumi ini, Ia telah memimpin umat Israel memasuki Tanah Perjanjian. Ia telah mengalahkan kekuatan-kekuatan Kanaan yang mengancam Israel. Ia telah menyelesaikan tugasnya untuk membagi tanah kepada suku-suku Israel. Dan saat ini ia akan meninggalkan pesan-pesan yang terakhir untuk umat Israel.

Menarik sekali ~ Yosua tidak menonjolkan nama pribadinya, tidak seperti para pemimpin masa kini, padahal boleh dibilang ia yang berjasa dan layak untuk semua ini. Para pemimpin masa kini sering menyebut, saya telah membangun ini dan itu. Saya telah mengangat siapa dan siapa. Saya merencanakan apa dan apa. Beda dengan Yosua, nama Tuhan yang ia kedepankan. Lihat ayat 3 “Dan kamu ini telah melihat segala yang dilakukan Tuhan Allahmu kepada semua bangsa di sini demi kamu, sebab Tuhan Allahmu, Dia telah berperang bagi kamu” Lalu ayat 5 mencatat “Tuhan Allah yang mengusir dan menghalau mereka dari depanmu”

Ayat 6 Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab Hukum Musa supaya kamu jangan menyimpang ke kanan maupun ke kiri. Nasihat yang ia terima dahulu waktu masih muda dari Tuhan, sekarang dengan nasihat yang sama ia pakai untuk menasihati umat Israel. Bahkan Yosua menambah kata “benar-benar” , menunjukkan ketegasan. Yosua tahu bahwa dengan menjalankan nasihat tersebut , maka langkah umat Israel juga akan berhasil.

Saya tidak tahu hingga detik ini masih adakah tersisa dalam hidup Anda segala janji yang belum terpenuhi. Apakah Anda sudah mengerjakannya? Hutang janji apa yang Anda belum bayar? Pelayanan apa yang belum Anda kerjakan? Komitmen apa yang Anda belum penuhi? Yosua telah melaksanakan semua? Lalu, kita bagaimana? Anda bagaimana?

III. YOSUA TELAH MEYERAHKAN SEMUA KEPADA TUHAN

Bagi Yosua, kemenangan demi kemenangan yang ia rebut tidak terlepas dari sangkut-paut dirinya dengan Tuhan. Makanya di ayat 8 nasihatnya supaya umat Israel harus berpaut kepada Tuhan; seperti yang telah dilakukan selama ini. Bagi Yosua apabila ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan maka Tuhan tidak segan-segan menolong dan meberikan kekuatan yang sangat dahsyat. Ayat 10 mencatat “ Satu orang saja dari padamu dapat mengejar seribu, sebab Tuhan Allahmu Dialah yang berperang bagi kamu” Satu melawan seribu, tidak tanggung-tanggung. Semua kekuatan ini tentu berasal dari Tuhan. Itulah sebabnya di ayat 11 dikatakan “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allah Mu”

Seseorang yang menyerahkan semua kepada Tuhan, pasti di dalam kehidupannya terlihat nilai plus. Tatakala Musa mengirim dua belas orang pengintai untuk mengintip kota Kanaan yakni negeri Perjanjian ini, maka sepuluh orang kembali dengan bersungut-sungut. Mereka berkata di kota itu penuh melimpah susu dan madu dan tinggal juga orang-orang yang bertubuh tegap (raksana) orang Enak; dengan demikian maka tidak ada harapan lagi bagi kita untuk merebut kota tersebut. Beda dengan pendapat dua orang lain yakni Yosua dan Kaleb, mereka juga melihat kota Kanaan penuh dengan susu dan madu, dan dihuni oleh orang-orang besar (raksasa), namun Yosua berkeyakinan akan merebut kota itu. Inilah letaknya kelebihan orang yang menyerahkan semua kepada Tuhan. Ada nilai plusnya.

Pada kesempatan lain tatkala Yosua menyampaikan pidato lanjutannya di Sikhem. Secara panjang lebar ia menyampaikan sejarah perjalanan panggilan mulai dari Abraham hingga memasuki negeri perjanjian itu. (lih dan banding dengan Yosua 24). Yosua juga menantang para pendengarnya untuk mengambil keputusan dalam hal keagamaan mereka. Yos 24:15 “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Sekali lagi letak perbedaan Yosua dengan umat Isreal lainnya. Ia memiliki nilai plus dari yang lain.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda memiliki nilai plus atau minus? Nilai minus nadanya biasanya sumbang atau tidak enak. Orang yang dipakai Tuhan dengan sungguh-sungguh harus memiliki nilai plus. Dengan demikian maka pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menebus dosa kita juga tidak sia-sia. Akhirnya biarlah kita tetap memegang wejangan orang tua yang bernama Yosua ini. Ia sukses karena keteguhan dan ketaatan serta kesetiaannya pada Firman Tuhan. Perjalanan hidupnya tidak menyimpang dari Firman Tuhan. Bahkan hingga akhir riwayat hidupnya ia ditemukan bersih.Kita juga rindu kehidupan yang demikian bukan? “Hanya, kuatkan dan teguhkan hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hokum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa, jangan menyimpang ke kanan dan ke kiri, supaya engaku beruntung kemanapun engkau pergi”.(Yos 1 : 7)

Tuesday, September 05, 2006

CAN I MOVE A MOUNTAIN OF LIFE?

CAN I MOVE A MOUNTAIN OF LIFE?
(Matius 17 : 20)

“Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkatakepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. “

Kita harus mengerti dengan baik kata-kata Yesus dalam ayat ini. Jangan kita pahami secara harafiah. Sebab sering kali kita juga dalam percakapan sehari-hari memakai kata ‘Gunung’ tidak dalam arti yang sebenarnya atau istilahnya kiasan ~ idiom. Contohnya, tidak jarang kita mendengar kaum ibu mengomel bahwa selama minggu ini ia sibuk sekali dengan tugas-tugas sehingga pakaiannya sudah “segunung” belum di cuci dan strika. Atau ada mahasiswa yang mengatakan bahwa dalam bulan ini “paper” (tugas) yang harus dikerjakannya itu “segunung”. Dulu sewaktu saya kuliah di Seminari malah ada teman saya yang bernama “Gunung”; dan lucunya bertepatan itu juga ada teman saya yang lain bernama “Kilat”. Gunung dalam kalimat-kalimat ini tentu bukan berarti “Gunung” yang sebenarnya, namun dalam pengertian cucian banyak, paper banyak dan nama orang.

Boleh dibilang secara pribadi saya belum pernah mendengar kalau ada gunung yang berpindah karena iman. Namun saya juga tidak menutup kemungkinan kalau Tuhan kita dapat melakukannya. Memang ada berita-berita yang pernah mengatakan bahwa ada gunung yang bergeser sedikit karena masalah gempa. Kita harus ingat bahwa tatkala Tuhan Yesus mengatakan bahwa gunung itu pindah bukan berarti Tuhan Yesus sedang main sulap seperti David Coperfield. Lalu bagaimana ini? Apa yang dimaksud dengan perkataan Yesus ini?

Orang Yahudi mempunyai kebiasaan menggunakan “kiasan” yaitu bahasa bandingan. Tuhan Yesus juga sering menggunakan itu supaya kalimat yang diucapkan itu gampang diingat dan dimengerti oleh murid-murid-Nya. Coba bandingkan dengan Yohanes 16:25 “Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu”.

Biji Sesawi menggambarkan sesuatu yang kecil ~ saya sendiri tidak pernah melihat biji tersebut. Namun kalau Anda pernah melihat benih tumbuhan bunga, mungkin kira-kira besarnya seperti itu. Gordon Powell menggambarkan Biji Sesawi itu besarnya seperti sebutir gula pasir, atau sebesar lubang jarum. Jadi sangat kecil dan lemah sekali. Sebaliknya kontras dari “Biji Sesawi” adalah “Gunung” melambangkan sesuatu yang besar, kokoh , tinggi dan perkasa. Dalam bahasa Inggrisnya disebut “Over Whelming” Artinya saking hebat dan spektakuler membuat kita kecil dan tidak berdaya. Anda pernah berlayar ke tengah lautan? Di situ kita melihat ke angkasa luas, bahwa diri kita terasa begitu kecil.

Kebanyakan penafsir menandaskan bahwa “Gunung” yang dimaksud di sini adalah problem atau masalah yang ada dalam hidup ini. Tuhan Yesus katakan bahwa engkau dapat memindahkan “Gunung” itu. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya? Can I move A mountain Of life?

I. Yang pertama, kita memerlukan The Dynamic Of Faith (Perlu Iman Yang Dinamis)

Iman atau Faith, Forsaking All I Trust Him. Iman yang dinamis itu adalah iman yang memiliki potensi dan kekuatan. Kekuatan itu harus memiliki Penopang yakni Tuhan Yesus. Iman yang dinamis bukan sekadar percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup menolong, tetapi beranjak dari itu ia juga harus telah mengalami pertolongan secara pribadi.

Banyak orang kalau ditanya apakah engkau percaya pada Tuhan Yesus? Mereka dengan spontan menjawab ya. Lalu kalau kita bertanya lagi apakah Tuhan Yesus sanggup membereskan masalahnya, maka sekali lagi ia menjawab dengan tegas, ya. Selanjutnya kita bertanya lagi, apakah kamu sudah mempertaruhkan seluruh masalahmu kepada-Nya, maka dia menjawab belum? Mengapa demikian? Karena imannya hanya sekadar percaya saja, belum samapi pada tingkat mempercayakan.

. Jadi jika hanya sekadar percaya saja tidak cukup, sebab banyak orang di luar sana juga percaya. Penampakan di luar saja juga tidak cukup, ia harus secara dinamis atau ada semacam kekuatan yang menembus hati kita yang terdalam. Itu sebabnya orang-orang yang mengalami pengalaman bersama Yesus akan terlihat perubahan yang nyata di dalam hidupnya.

Seseorang yang mengalami kuasa Yesus di dalam hidupnya pasti ada perubahan menuju yang lebih baik. Kalau tadinya ia malas sekarang menjadi rajin. Kalau tadinya ia suka menyontek sewaktu ujian, sekarang tidak lagi. Ada perubahan yang nyata. Anda tentu kenal Hollywood. Di sana para bintang selebrity berkumpul. Salah seorang aktor yang sekaligus sutradara Mel Gibson juga di sana. Ia menjadi kesohor dan melejit karena film The Passion Of The Christ yang disutradarai. Namun beberapa waktu yang lalu ia berurusan dengan polisi karena dalam keadaan mabuk ia mengendara mobil dengan kecepatan 140. Kita tidak menghakimi dia, namun karena beliau adalah orang yang sangat berperan dalam film yang terkenal, sehingga sorotan sangat tertuju kepadanya. Apalagi sebelumnya beliau berkali-kali telah melakukan kesalahan yang sama.

Saya hendak menyimpulkan bahwa ~ Iman yang dinamis adalah Iman yang ditambah dengan tindakan. Contoh yang konkret dapat kita baca dalam Ibrani 11. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. (ay. 4) Hampir semua tokoh Alkitab memperlihatkan iman ditambah dengan tindakannya. Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. (ay. 7) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. (ay.8)

Jadi kalau belum terlihat tindakan yang nyata, sangat sulit sekali dikatakan bahwa Anda itu beriman.

II. Yang ke dua, kita memerlukan The Progressive Of Faith (Perlu Iman Yang Progresif)

Iman progresif ini artinya iman yang semakin hari semakin bertambah percaya atau makin bertumbuh. Iman yang progresif juga berarti iman yang hidup. Tadinya mungkin sebesar Biji Sesawi, namun karena iman itu hidup maka ia makin lama makin besar.

Bagi orang yang baru percaya pada Tuhan Yesus sering kali mereka dianggap imannya baru bertumbuh. sehingga mereka masih perlu banyak belajar, mendengar, supaya lebih peka terhadap suara Tuhan. Namun ada juga orang yang sudah lama percaya, tetapi imannya tidak bertumbuh, bahkan makin kerdil. Lumayan jika sebesar Biji Sesawi, masih bisa memindahkan gunung; tetapi celakanya imannya itu kosong melompong. Inilah yang disebut orang percaya Bonsai. Bonsai itu pendek, rendah kecil, kusut, dan keriput. Sebaliknya karena begitu rindu hati bagi orang yang baru percaya untuk belajar mengenal Tuhan, maka ada diantara mereka yang imannya bertumbuh dengan pesat dan dewasa.

Rasul Petrus mengalami iman yang secara progresif ini dengan luar biasa. Tadinya ia telah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan ia hampir putus asa melihat-Nya sudah mati. Itu sebabnya dengan cepat tanggap ia mengajak teman-temannya kembali kepada profesi lama yakni memangkap ikan. Namun Tuhan tetap memelihara panggilan Petrus, itu sebabnya di tepi pantai Petrus mengalami kebangunan rohani yang dahsyat. Dengan demikian tadinya ia telah berinisiatif untuk kembali menangkap ikan, sekarang ia harus ikut perintah Tuhan Yesus untuk menjala manusia. Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bahwa hasil pelayanannya cukup dahsyat, ada lima ribu orang yang bertobat dan dibaptis melalui kotbahnya, tidak termasuk wanita dan anak-anak. (lih Yoh 21, dan Kis 2) Kisah 2:41 “ Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”.

Hari ini mungkin masih ada dosa yang masih melekat dalam diri kita? Kebiasaan buruk yang belum terhapus tuntas. Sebagai orang percaya maka kita harus memilki iman yang progresif ini. Semakin percaya pada Yesus maka semestinya semakin bertambah iman kita. Akhirnya kita berani seperti rasul Paulus berkata “Dahulu yang saya anggap itu keuntungan ternyata adalah sampah” Filipi 3:8 “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” Iman yang progresif yakni iman yang ditambah dengan pertumbuhan.

III. Yang ke tiga, kita memerlukan The Reality Of Faith (Perlu Iman Yang Realistis)

Iman yang realistis (nyata) ~ faktual tidak harus selalu logika. Tatkala Tuhan Yesus berkata “Jika engkau memiliki iman sebesar Biji Sesawi, maka engakau dapat memindahkan gunung ini ke sana” maka ada sebagian ornag mengatakan hal ini tidak masuk akal. Namun Yesus menambahkan bahwa hal ini tidak mustahil bagi orang percaya. Maka inilah fakta.

Kita perlu sadar bahwa manusia itu bukan mahluk “swasembada” artinya ia butuh lingkungan, ia butuh orang lain, termasuk yang paling ia butuh adalah Tuhan. Jadi apabila seseorang meletakkan seluruh ketergantungannya kepada Tuhan, maka disitulah terletak seluruh kekuatannya. Namun di dalam kebergantungan yang total kepada Tuhan itu, kita juga mebutuhkan iman yang realita. Artinya kita tidak mengandalkan iman yang membabi buta. Racun yang ada di dalam gelas, tetap adalah racun, walaupun kita tetap mengakui jika Tuhan Yesus dapat mengubahnya menjadi Coca-cola. Tatkala berita tersebar bahwa ombak Tsunami akan menerjang kota Anda, maka sebagai orang percaya kita perlu berdoa minta perlindungn Tuhan dan tetap waspada mencari jalan menyelamatkan diri. Walau kitapun percaya tidak mustahil kalau Tuhan sanggup meyelamatkan kita. Jadi, jangan coba-coba mengadakan tes terhadap Tuhan kita. Kita yakin dan percaya bahwa mujijat Tuhan Yesus sanggup, namun tetap kita menjaga agar diri kita tidak jatuh ke dalam hal-hal yang ekstrim. Iman yang realistis adalah iman yang memiliki keberanian untuk menghadapi kenyataan.

IV. Yang ke empat, kita memerlukan The Consistency Of Faith (Perlu Iman Yang Konsisten)

Iman yang Konsisten artinya setelah penyerahan kita secara total kepada Tuhan, maka dalam perjalanan hidupnya ia tetap percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Ia juga percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik dan nomer satu..

Ingat saja, Yesus mengatakan “Because you have little faith, I tell you the Truth, if you have faith as small a mustard seed you can say to this mountain, move from here to there and it will move nothing will be impossible for you” Artinya apa? Dalam konteks ini Tuhan Yesus tidak mengatkan to delete atau trash menuju Recycle bin; seperti sampah yang ada di computer kita. Tetapi “move” dipindahkan. Itu artinya jika problem itu masih ada, sebabagai orang percaya yang memiliki iman yang Konsisten, maka ia tetap saja percaya kepada Tuhan tidak goyah. Iman ornag percaya yang sejati adalah tatkala ketika telah bersandar kepada Tuhan dan mempercayakan segala persoalan kepada-Nya.

Tatkala rasul Paulus dan kawan-kawan berada di penjara, kalau mereka masih boleh tetap bernyanyi memuji Tuhan bukan berarti mereka itu sinting atau stress; tetapi lebih dari itu karena mereka percaya bahwa Tuhan ada bersama mereka dan mereka konsisten percaya kepada-Nya. Demikian juga teman-temannya Daniel yaitu Sadrak, Mesack dan Abednego. Mereka tetap teguh dan tidak goyah walaupun ada ancaman bahwa mereka akan dibakar hidup-hidup jika mereka tidak mau menyembah kepada Nebukadnezar. (lih Daniel 3 :17-18) “ Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Inilah yang kita katakan dengan Iman yang konsisten, Iman yang ditambah dengan kekonsistenan hati.

Banyak orang yang merasa terkecoh mengikut Tuhan. Mereka berpikir bahwa kalau mengikut Tuhan Yesus itu segala sesuatunya pasti beres. Ikut Tuhan Yesus berarti menjadi orang kaya. Atau ikut Yesus maka usaha kita pasti sukses. Bahkan saya pernah mendengar ada hamba Tuhan (pendeta) yang berkata ikutlah Yesus, maka engkau yang ke gereja hari ini naik motor dipersilahkana membuang helm. Engkau pulang pasti naik mobil. Benar sekali, setelah helm dibuang maka ia pulang naik mobil, yaitu mobil Mikrolet. Sebab kalau naik motor tanpa helm bisa ditangkap polisi. Apabila kita beriman seperti model begini, maka kekeristenan kita sangat rentan, sedikit saja mengalami kesulitan maka kita tidak segan-segan akan meyalahkan Yesus, bahkan meninggalkan-Nya. Tidak heran banyak orang yang dahulunya mengaku Kristen namun kini mereka tidak ke gereja lagi.

Iman yang konsisten justru ingin mengajarkan kita bahwa kita tidak hanya minta Tuhan memindahkan Gunung persoalan hidup kita. Namun sekali-kali mungkin ada baiknya kita mohon supaya Tuhan ijinkan dan memberikan kekuatan kepada kita mengalami dan menghadapi masalah tersebut. Kalau hari ini kita merasa bebas dari masalah yang sulit, bersyukurlah; karena kemungkinan besar Tuhan mengetahui bahwa Anda itu lemah sehingga kalau Anda menghadapi masalah maka Anda tidak kuat. Namun bila Anda menghadapi banyak masalah saat ini, juga bersyukurlah; sebab Allah mengerti kemampuan dan kapasitas Anda, bahkan Ia telah memberikan kekuatan kepada Anda untuk menghadapinya. (Bnd 1 Korintus 10 : 13) "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." (1Yohanes 5:4)